Mohon tunggu...
Novi Touristiani Susan
Novi Touristiani Susan Mohon Tunggu... -

Wirausaha dibidang makanan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ocean Ecopark dan Fantastique Multimedia Show, Oase Bagi Kaum Urban

3 November 2011   10:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:06 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_146333" align="aligncenter" width="240" caption="(Logo Ancol Taman Impian, Sumber Foto: www.ancol.com)"][/caption]

"Mau nonton film di bioskop mana?", tanya temanku melalui telepon genggamnya.

"Belum tahu nih...., di bioskop lagi tidak ada film yang bagus. "Apa kita belanja aja kali ya..?", ujar temanku lagi. "Belanja lagi..., bukannya kemarin kita habis belanja. Lagipula apa lagi yang mau dibeli?", jawabku sambil menahan nafas. "Iya...yah. Kok jadi bosan banget ya. Masa' Jakarta yang sedemikian luasnya, tidak ada hiburan yang bisa menyenangkan hati ya. Boring banget nih. Mana teman-teman masih pada pulang kampung lagi. Kan cuma kita yang tidak pulang mudik lebaran", ucap temanku. "Banyak sih hiburan di Jakarta. Tapi belum tentu cocok dengan maunya kita. Kita kan sukanya hiburan yang mendidik, bermanfaat, dan tetap gaya", selorohku pada sang teman. "Oh ya..., bagaimana kalau keluar kota aja", tanya temanku mantap. "Maaf deh. Keluar kota di akhir minggu..., tidak janji yaa. Cari hiburan apa cari macet?", tukasku cepat. "Iya sih. Jadi bagaimana dong. Ini nggak mau..., itu nggak mau. Jadi bagaimana?", ujar kawanku mulai kesal. "Nanti aku cari info dulu ya. Oh ya, aku mau Silaturrahmi lebaran dulu ketempat temanku di Mangga Dua. Nanti aku telpon lagi ya, Bye...", ucapku sambil menutup pembicaraan. Cukup lama juga aku ngobrol dengan temanku yang juga merupakan tetangga satu komplek, dimana anakku dengan anaknya yang pertama juga bersekolah di sekolah yang sama. Kesamaan itulah yang kemudian membuat kami akrab dan sering pergi bersama-sama. Sejam kemudian, aku sudah meluncur menuju arah Mangga Dua. Turun dari pintu tol dalam kota, aku melewati kawasan Ancol Taman Impian, dan melihat sebuah Spanduk besar berwarna biru, yang berisi info tentang adanya wahana baru di Ancol Taman Impian, yaitu Ocean Ecopark dan wahana-wahana hiburan lain di dalamnya (seperti Bike Track, Fantastique, EcoBoat dan lain-lain). "Boleh juga nih...", ujarku dalam hati, dan berencana untuk menghubungi Ancol Taman Impian untuk meminta Informasi lebih lanjut, setelah selesai bersilaturahmi. Tak disangka, sepulangnya berbelanja, aku kembali terjerat dengan kesibukan seperti biasanya, dan tak terasa waktu sudah lewat beberapa hari. Hingga pada suatu siang, temanku yang "agak cerewet" itu kembali menelepon dan menagih janji soal informasi tempat liburan yang pernah aku janjikan. "Bagaimana tempat liburannya, sudah ada tempat yang oke nggak?", tanya temanku di seberang sana. "Waduh..., lupa aku. Sebentar-sebentar. Kemarin aku lewat di depan Ancol Taman Impian, dan baca spanduk tentang wahana baru Ocean Ecopark. Aku sambil browsing internet nih. Coba kita lihat dulu, ada apa disana", kataku dengan sibuk menggerakkan tombol Mouse Komputer sambil memegang telepon genggam. "Nah, ini ada informasinya. Kamu senang main sepeda kan. Di Ocean Ecopark ada Trek Sepedanya lho. Selain itu ada wahana Fantastique Multimedia Show, yang didukung dengan musik, laser, dan gerak tari", ucapku menjelaskan.

[caption id="attachment_146334" align="aligncenter" width="448" caption="(Trek Sepeda Ocean Ecopark, Sumber Foto: www.ancol.com)"][/caption] "Wah..., kayaknya seru tuh. Boleh juga dicoba. Tapi ada permainan untuk bapak-bapak dan anak-anaknya nggak?. Mana enak kalau kita cuma berdua kesana, yang oke kalau kita ajak aja sekeluarga kesana, hitung-hitung rekreasi keluarga", tanya temanku lagi. "Bisa banget deh. Kan ada trek sepeda buat kita dan anak-anak. Kalau mereka tidak mau bersepeda, kan ada danau buatan buat anak-anak. Ada paintball buat suami kita. Udah gitu, kita bisa nonton Fantastique Multimedia Show bareng-bareng", kataku meyakinkan sang teman.

[caption id="attachment_146335" align="aligncenter" width="493" caption="(Banner Fantastique Multimedia Show, Sumber Foto www.ancol.com)"][/caption] "Pinter banget sih kamu...", puji temanku. "Oops..., sorry. Tidak ada uang recehan nih", balasku sambil berseloroh. Akhirnya kami menyusun rencana untuk mengajak seluruh keluarga mengunjungi Ancol Taman Impian pada hari minggu. Dan..., tibalah hari minggu yang dinanti-nantikan tersebut. Aku beserta suami dan anak tunggalku yang sudah beranjak remaja. Serta temanku beserta suaminya, dan kedua anaknya yang kurang lebih usianya seumur dengan anakku. Kedua mobil kami berjalan beriringan menuju Ancol Taman Impian yang kami tempuh dengan cepat dan lancar melalui Tol dalam kota, keluar langsung di pintu Tol Ancol. Ringkas sekali perjalanannya!. Lokasi Ocean Ecopark yang melalui kawasan pantai, memberikan sensasi lebih bagi perjalanan kami. Hingga kemudian kami memasuki halaman parkir Ocean Ecopark yang luas, bersih, dan memiliki tenaga pengamanan yang cukup memadai. Harus diakui, pengamanan yang memadai tersebut, telah menambah kenyamanan dan ketenangan kami saat parkir selama menikmati berbagai wahana yang ada di Ocean Ecopark. Kami juga mendapat informasi yang sangat jelas tentang berbagai wahana yang bisa kami nikmati di Ocean Ecopark. Yang sangat asyik..., masing-masing kami ingin bersepeda. Entah karena melihat trek sepeda yang menantang dan terlihat asri, atau karena melihat sepeda yang masih baru-baru, bagus-bagus,  dan bermerek terkenal. Sepeda-sepeda tersebut bisa disewa pada bagian penyewaan di penerimaan tamu Ocean  Ecopark. Tak lama kemudian, masing-masing kami meluncur dengan mengendarai sepeda masing-masing. Trek sepeda di Ocean Ecopark sangat menyenangkan. Cukup menantang, tetapi tetap memperhatikan faktor keamanan. Terbukti dengan adanya pemisahan antara trek sepeda dengan trek pejalan kaki. Tetapi yang paling berkesan adalah ketika kami memandang danau buatan dari tepi trek sepeda. Kami bisa melihat betapa luasnya lahan Ocean Ecopark yang dulunya merupakan sebuah lapangan Golf. Hingga akhirnya aku dikagetkan dengan kenyataan bahwa ditepi danau tersebut ada sekelompok burung pelikan yang bergerombol di tepi danau Ocean Ecopark. "Hebaaat..., masih ada burung Pelikan di dalam kota...", ucap temanku terheran-heran. Dan ia lebih terheran-heran lagi saat kami berhenti di dermaga, dan melihat ada banyak ikan mas yang bergerombol seolah-olah memberikan salam kepada kami.

[caption id="attachment_146336" align="aligncenter" width="720" caption="(Aku di Danau Ecopark, sumber: Domentasi Pribadi)"][/caption] Akhirnya kami tutup kegiatan bersepeda dengan istirahat di tepi danau dengan melepas pandangan ke arah ikan-ikan tersebut. Kami habiskan waktu dengan ngobrol ngalor ngidul tentang banyak hal. Hingga kami menyadari bahwa kedua suami kami tidak ada lagi di sekitar kami. "Papa kemana...?", tanya temanku pada anaknya. "Kayaknya tadi ke bagian informasi, nggak tahu mau ngapain", jawabnya singkat. Tak lama kemudian, para suami yang ganteng-ganteng namun mulai agak gendut itu (he..he..he), datang sambil membawa bungkusan di kedua belah tangannya. "Makanan apa pah", tanyaku pada sang "Arjuna-ku". "Enak nih, mau...?", tanya suamiku dengan wajah yang tampak serius. Aku yang memang merasa agak lapar, dengan cepat meraih bungkusan tersebut. Dan setelah kubuka, aku langsung menampakkan wajah cemberut. Bagaimana aku tidak jadi cemberut. Yang disebut makanan enak, ternyata adalah pelet untuk makanan ikan mas. Ternyata di bagian informasi menjual makanan ikan khusus untuk diberikan pada ikan-ikan "penghuni" danau buatan tersebut. Melihat wajahku yang kontan cemberut itu, seluruh anggota keluarga kami langsung tertawa terpingkal-pingkal. Suamiku yang melihat "gelagat tidak baik" segera pergi menjauh. "Mau kemana lagi?", tanyaku pada suamiku. "Mau cari makanan beneran buat mama", jawabnya sambil tersenyum-senyum. "Gitu dong, masa isterinya mau dikasih makanan ikan. Yang bener aja", jawabku sambil menahan senyum agar tampak benar-benar mendongkol.

[caption id="attachment_146337" align="aligncenter" width="563" caption="(Pemandangan Danau Ocean Ecopark, Sumber Foto: www.ancol.com)"][/caption] Usai beristirahat, kami sepakat untuk melihat wahana lain di Ocean Ecopark. Kami mengunjungi arena permainan Paintball, dan melihat-lihat wahana lainnya. Tapi kami yang sudah cukup lelah bersepeda, hanya ingin melihat-lihat, dan hanya berjanji bahwa suatu waktu nanti kami akan mencoba untuk bermain Paintball dengan mengajak beberapa keluarga kawan-kawan yang lain. "Makin ramai makin seru", ucap temanku menyetujui usulku diatas. Agar bisa lebih "heboh", kami mencoba menaiki EcoBoat menyusuri danau buatan Ocean Ecopark. Harus kuakui, pembuatan Ocean Ecopark benar-benar merupakan ide yang brilliant!. Disaat Jakarta kekurangan ruang terbuka hijau, Ancol Taman Impian malah menutup lapangan Golf-nya, dan membuka Ocean Ecopark yang bisa dinikmati oleh lebih banyak orang. Bagiku, Ocean Ecopark bagaikan sebuah Oase ditengah "tandusnya" hutan beton Jakarta. Oase inilah yang dibutuhkan oleh kaum urban seperti aku dan temanku beserta seluruh keluarga kami. Selama ini seolah-olah hiburan bagi kaum urban seperti kami, hanyalah menyusuri pusat-pusat perbelanjaan. Yang kami lakukan juga hanya berbelanja, nonton film di bioskop, dan makan. Standard banget ya... Di Ocean Ecopark, kami bisa mendekatkan diri ke alam sekitar.

[caption id="attachment_146338" align="aligncenter" width="394" caption="(Ocean Ecopark, sumber: www.ancol.com)"][/caption] Bayangkan saja, karena tidak pernahnya anak-anak berinteraksi dengan alam dan binatang, anak temanku sampai menyangka bahwa burung pelikan adalah itik. Tapi wajarlah, selama ini kami lebih sering mengajak anak-anak ke Mall. Hanya sekedar menonton film, belanja, makan dan main game di pusat-pusat permainan. Kalaupun keluar kota seperti ke Bandung, agendanya ya tetap, belanja. Bukan di Mall, tapi di Factory Outlet. Walaupun kami sering merencanakan untuk jogging saat berwisata di Puncak, pada akhirnya yang kami lakukan hanyalah tidur sepanjang hari di penginapan. Hawa dingin dan lelah setelah didera kemacetan parah saat menuju puncak, membuat kami hanya "numpang tidur" saja di Puncak. Tidak ada olah raga atau keringat di sana!. Lain dengan di Ocean Ecopark. Kami bisa benar-benar beraktifitas fisik. Mengeluarkan keringat, tetapi tetap segar karena dibelai oleh angin sejuk pantai dan dibuai keasrian Ocean Ecopark yang mulai rimbun oleh berbagai jenis tumbuhan.

[caption id="attachment_146339" align="aligncenter" width="425" caption="(Ocean Ecopark, sumber: www.ancol.com)"][/caption] Tak terasa, hari sudah beranjak siang. Aku dan seluruh anggota rombongan, bersama-sama menuju ruang bilas yang tersedia. Aahh..., nyaman sekali. Ruang bilas yang cukup banyak, bersih, dan dekat dengan lokasi bersepeda, terbukti bisa mengembalikan kesegaran tubuh kami yang sempat merasa lelah setelah bermain sepeda. Usai berbilas, kami sepakat untuk menghabiskan siang di beberapa wahana lain, masih di lingkungan Ancol Taman Impian, sambil menunggu senja untuk kemudian menyaksikan Fantastique Multimedia Show di Ocean Ecopark. Kamipun asyik "menekuni" berbagai permainandan pertunjukkan di wahana lainnya, hingga tidak terasa waktu telah menunjukkan jam 18.00 WiB, dimana kami harus bergegas menuju Ocean Ecopark agar tidak tertinggal mengikuti pertunjukkan Fantastique Multimedia Show yang akan segera berlangsung. Tepat jam 18.30 wib, pertunjukan dimulai dengan Tema Fantastique Magic Mountain, yang menceritakan tentang legenda Indonesia Timun Mas dan Buto Ijo.

[caption id="attachment_146340" align="aligncenter" width="600" caption="(Fantastique Multimedia Show, sumber: www.ancol.com)"][/caption] Anak-anak kami yang terbiasa dengan tontonan "Magic" barat seperti Harry Potter, sempat meremehkan Tema  Timun Mas dan Buto Ijo yang mereka anggap kampungan dan cerita anak Taman kanak-kanak. Hingga kemudian mereka terdiam, ternganga, dan terpaku melihat canggihnya teknologi laser yang digunakan dan betapa indahnya aransemen musik yang digunakan. Indah, karena ternyata pertunjukan tersebut digarap oleh ahlinya, yaitu  N. Riantiarno sebagai sutradaranya, dan Djaduk Ferianto sebagai pencipta ilustrasi musiknya. So, pastilah. Anak-anak lebih terpaku saat tampilnya hampir limapuluh penari pendukung pertunjukkan yang sedemikian terampilnya dalam "menghidupkan" pertunjukan tersebut.

[caption id="attachment_146341" align="aligncenter" width="591" caption="(Penari Pendukung Fantastique Multimedia Show, sumber: www.ancol.com)"][/caption] Dan yang paling "menggetarkan" hati dan mata, adalah tampilnya Jember Fashion Carnaval. Tidak kurang ada lima tema pakaian daerah yang dikemas dan ditampilkan secara sangat meriah dan menarik. Jember Fashion Carnaval benar-benar menampilkan "kelasnya" yang memang sudah mendunia. Hebaat!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun