[caption id="attachment_154573" align="aligncenter" width="394" caption="(Letusan Gunung Berapi-sumber: eworldpost.com)"][/caption]
Kemarin aku baru saja mencermati berita televisi tentang gunung Gamalama yang sedang “terbatuk-batuk”.
Terasa masih segar juga berita heboh tentang meletusnya gunung Merapi yang menyebabkan tewasnya Mbah Marijan yang kharismatik.
Sering aku berfikir, kenapa ya, di Indonesia ini ada banyak sekali gunung berapi yang bisa membuat banyak orang menjadi ketar-ketir dibuatnya.
Hingga akhirnya aku menyadari bahwa gunung berapi ada diseluruh dunia. Dan jika Indonesia banyak memiliki gunung berapi yang aktif, adalah karena Indonesia terletak di sepanjang Cincin Api Pasifik (Pasific Ring Of Fire).
[caption id="attachment_154574" align="aligncenter" width="480" caption="(Pacific Ring Of Fire-Sumber: worldatlas.com) "][/caption]
Sebuah resiko dari memiliki Negara yang subur dan Indah karena banyaknya gunung berapi aktif.
Gunung berapi sendiri memiliki beberapa status keaktifan, antara lain Aktif, separuh aktif, Istirahat, dan akhirnya menjadi tidak aktif. Dan masa jeda tersebut, bisa memakan waktu ratusan tahun. Karenanya adalah sangat sulit untuk menentukan status keaktifan suatu gunung berapi. Hal tersebut hanya bisa dilakukan melalui pengamatan intensif dari dinas terkait.
Nah, kita juga perlu tahu tentang bagaimana gunung-gunung berapi tersebut di kelompokkan.
[caption id="attachment_154576" align="aligncenter" width="410" caption="(Debu Vulkanik-sumber: freeextras.com)"][/caption]
Pengelompokan gunung berapi bisa dilakukan dengan cara menilik sejarah letusannya, sebagaimana berikut ini,
- Gunung berapi Tipe A, merupakan gunung yang tercatat pernah mengalami letusan setidaknya satu kali sesudah tahun 1600 masehi.
- Gunung berapi Tipe B, yang merupakan gunung yang sejak tahun 1600 masehi, belum pernah meletus, akan tetapi masih memperlihatkan kegiatan vukanik.
- Gunung berapi Tipe C, yang merupakan gunung berapi yang tidak pernah tercatat pernah meletus, akan tetapi menunjukkan pernah terjadinya aktifitas vulkanik.
Yang perlu kita garis bawahi adalah bahwa tidak ada gunung berapi yang mati!.
Yang ada hanyalah gunung berapi yang sedang tidak aktif, atau sedang beristirahat dari kegiatan vulkanik.
[caption id="attachment_154578" align="aligncenter" width="500" caption="(Gunung "][/caption]
Hal tersebut dibuktikan oleh Gunung Pinatubo di Filipina, yang selama ini dianggap oleh masyarakatnya sebagai gunung yang telah mati, karena selama 600 tahun (Gunung Pinatubo terakhir kali meletus pada tahun 1380 masehi) tidak pernah tercatat memiliki kegiatan vulkanis apapun.
Dikarenakan “ketenangan” yang menghanyutkan dari gunung tersebut, dibangunlah beragam fasilitas rekreasi alam pegunungan.
Hingga gunung akhirnya pada tanggal 10 Juni 1991, gunung yang telah dianggap mati tersebut, kemudian bangkit dan menggetarkan bumi.
Dan letusan gunung Pinatubo tersebut, hanya berselang sepekan sebelumnya, dimana pada tanggal 4 Juni 1991, Gunung berapi Unzen di Nagasaki Jepang yang sempat tidur pulas selama 189 tahun juga meledak dahsyat, dan menelan korban jiwa dan harta benda yang tidak kecil.
Letusan berberapa gunung berapi diatas menunjukkan bahwa tidak ada gunung berapi yang “mati”.
Jika tidak terlihat adanya aktifitas vulkanis, bukan berarti menunjukkan bahwa gunung berapi tersebut telah mati, akan tetapi karena adanya berbagai keterbatasan, seringkali manusia tidak bisa mendeteksi aktifitas magma yang seringkali tersembunyi ratusan kilometer dibawah perut bumi.
Hal yang sama juga pernah terjadi di Indonesia, dimana terjadinya letusan dua gunung berapi yang sudah dianggap "mati", yakni Gunung Tambora (tahun 1815) dan gunung Krakatau (1883).
[caption id="attachment_154579" align="aligncenter" width="291" caption="(Letusan Krakatau-sumber: drgeorgepc.com)"][/caption]
Setelah tertidur pulas selama 240 tahun, Krakatau meletus hebat, menimbulkan debu yang menutupi kawasan seluas 827.000 Km2, menelan korban manusia sebanyak 36.417 jiwa, bahkan debunya menyebabkan gangguan iklim. Dan yang tidak kalah dahsyatnya, timbulnya Tsunami setinggi 20 meter yang menyapu habis seluruh wilayah pesisir pantai.
Dari kejadian diatas, para ahli kegunung apian menyimpulkan bahwa semakin lama sebuah gunung berapi tertidur, maka akan semakin dahsyat letusannya.
Prof Katili, mantan Dirjen Geologi dan Sumberdaya Mineral menyebut fenomena ini sebagai fenomena gunung api Rice Cooker, yang menggambarkan tekanan kuat dari nasi yang dimasak di Rice Cooker, dan jika penahan tekanannya tidak kuat, maka nasi yang dimasak bisa terdorong keluar oleh tekanan tersebut.
Lucu juga ya…, menyamakan gunung berapi dengan Rice Cooker…
Tetapi tidak semua gunung berapi merupakan tipe Rice Cooker lho. Setidaknya ada dua gunung dengan tipe Rice Cooker ini, yaitu Gunung Tambora dan Gunung Krakatau, yang selama ini “adem ayem” bahkan dianggap mati selama beratus tahun. Hingga akhirnya aktifitas magmanya menjadi berlebih, dan menimbulkan ledakan Super Dahsyat.
[caption id="attachment_154580" align="aligncenter" width="300" caption="(Letusan Gunung Tambora-sumber: tamboratrek.com)"][/caption]
Karena itulah, kewaspadaan dalam mengamati berbagai gunung berapi yang ada di seluruh Indonesia, adalah sebuah keharusan. Agar kita jangan sampai “kecolongan” dengan aktifitas gunung berapi yang meningkat sedemikian cepatnya lalu menyebabkan bencana yang teramat dahsyat tanpa bisa mempersiapkan proses penyelamatan sebelumnya.
Semakin “adem ayem” sebuah gunung, maka semakin berbahaya dia. Justru gunung yang sering “batuk-batuk” dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama, malah tidak terlalu membahayakan.
Selain pengamatan manusia, juga bisa digunakan alat deteksi gunung berapi yang bisa mendeteksi aktifitas gunung berapi yang hendak meletus, sehingga bisa dilakukan upaya evakuasi secepatnya.
Evakuasi adalah satu-satunya cara yang bisa ditempuh saat sang gunung berapi menjadi murka. Letusan gunung berapi bisa menyebabkan banyak dampak kerusakan, seperti timbulnya Aliran lava pijar, semburan material panas, aliran lumpur/lahar dingin, debu vulkanik, kebakaran hutan akibat aliran lava pijar, timbulnya gas beracun, timbulnya gempa bumi vulkanik dan terjadinya gelombang Tsunami.
[caption id="attachment_154581" align="aligncenter" width="400" caption="(Gelombang Tsunami dari Letusan Gunung Krakatau-sumber: art.com)"][/caption]
Dan demi mencegah terjadi korban yang lebih banyak, perlu diadakan pengamatan dan persiapan untuk mengantisipasi bencana.
Dari pengamatan tersebut nantinya kita akan dapat menentukan status keaktifan gunung berapi tersebut, sepertinya adanya status,
1.Status SIAGA
Yang menandakan gunung berapi yang sedang mempersiapkan sebuah letusan. Dan status ini biasanya diikuti oleh adanya peningkatan aktifitas dari gunung berapi tersebut.
Tindakan yang bisa diambil adalah Sosialisasi penanganan bencana di wilayah yang bisa terkena dampak letusan. Dan harus dilakukan penyiapan sarana darurat.
2.Status WASPADA
Dimana adanya aktivitas gunung berapi apa pun bentuknya, dan terjadi kenaikan aktivitas gunung berapi di atas normal.
Tindakan yang bisa diambil adalah Sosialisasi penanganan bencana di wilayah yang bisa terkena dampak letusan.
3.NORMAL
Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma.
Dan tindakan yang bisa diambil adalah Pengamatan rutin, serta Survei dan penyelidikan.
Akan tetapi mengingat Indonesia adalah Negara yang terletak di wilayah Sabuk Api Pasifik, maka penyuluhan dan pelatihan tentang bagaimana menghadapi erupsi dari gunung berapi, adalah merupakan sebuah kebutuhan yang mendesak bagi masyarakat yang hidupnya berdampingan dengan gunung berapi.
Setidaknya masyarakat harus mengetahui hal-hal apa yang perlu dilakukan menjelang terjadinya letusan, saat terjadinya letusan, dan setelah terjadinya letusan.
Berikut ini hal yang harus dilakukan “Menjelang Terjadinya Letusan”:
·Aktif melakukan koordinasi dengan aparat yang berwenang.
·Pelajari Jalur Evakuasi.
·Fahami bahaya yang biasanya turut menyertai letusan gunung berapi, seperti Lahar panas, banjir lahar dingin, longsor, hujan material, Gempa bumi vulkanik, hujan abu, hujan asam dan Tsunami.
·Siapkan perlengkapan darurat, seperti senter, obat-obatan, perlengkapan pertolongan pertama, makanan kaleng dan air minum, masker debu, sepatu, dan kacamata tertutup.
[caption id="attachment_154583" align="aligncenter" width="565" caption="(Evakuasi Korban Gunung Meletus-sumber: tribunnews.com)"][/caption]
Dan berikut ini adalah hal yang harus dilakukan “Selama Terjadinya Letusan”:
·Ikuti arahan jalur evakuasi dari aparat yang berwenang.
·Hindari berjalan diarah aliran lava, gas beracun atau semburan material gunung berapi.
Dan apabila kita berada dalam suatu bangunan dan tidak bisa keluar dari bangunan tersebut di saat terjadinya letusan gunung berapi, maka tutuplah seluruh jendela, pintu-pintu masuk dan lubang/keran, agar tidak bisa dimasuki oleh uap beracun yang mungkin tertiup masuk oleh angin.
Apabila kita berada di ruang terbuka saat terjadi letusan gunung berapi, maka carilah ruang perlindungan, lindungi kepala dengan kedua belah tangan agar terhindar dari lontaran material, hindari aliran lahar dengan mencari tempat yang lebih tinggi, kenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, gunakan kacamata untuk melindungi mata, gunakan masker debu.Dan cepatlah pergi mencari tempat yang lebih aman.
Lalu berikut ini adalah hal yang harus dilakukan “Setelah Terjadinya Letusan”:
·Hindari daerah yang mengalami hujan abu. Lindungi saluran pernafasan dan mata anda dari debu yang bisa menyebabkan iritasi.
·Bersihkan atap rumah dari tumpukan debu gunung berapi, karena tumpukan debu yang berat tersebut, akan dapat merusakkan atap rumah.
·Tinggallah di dalam rumah hingga hujan debu menjadi reda.
[caption id="attachment_154582" align="aligncenter" width="452" caption="(Pasca Letusan Merapi-sumber: koransuroboyo.com)"][/caption]
Semoga ulasan ini akan bermanfaat bagi kita semua sebagai pembelajaran dalam mengenal gunung berapi, sehingga kita bisa mengantisipasi bencana letusan dari gunung berapi tersebut.
Novi T.Susan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H