Mohon tunggu...
Novis Fouriandi
Novis Fouriandi Mohon Tunggu... Lainnya - Wiraswasta

Olahraga, Seni

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Cinta Ilmu dan Cinta Buku"

10 Januari 2024   14:15 Diperbarui: 10 Januari 2024   14:50 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Peribahasa menyebutkan 'buku adalah gudang ilmu'. Pernyataan tersebut sepertinya tidak pernah lekang oleh waktu. Entah siapa yang mulai menyampaikan hingga bisa viral sampai sekarang. Pastinya istilah ini mengandung makna bahwa buku merupakan sumber segala pengetahuan, orang yang membaca serta menelaahnya akan mendapatkan peningkatan wawasan dan kualitas hidup. Seperti halnya dengan para ilmuan-ilmuan besar, mereka berkarya karena adanya referensi (buku). Salah satu tokoh Indonesia, Bung Hatta pernah berkata karena cintanya pada buku, "buku adalah istri pertama kemanapun aku pergi dan dimanapun aku berada buku selalu menemaniku." 

Namun, kenapa dari beberapa hasil penelitian internasional dikatakan, bangsa Indonesia memiliki minat baca paling rendah? Hal ini terlihat pada data Program for International Student Assessmant (PISA) tahun 2015, negara Indonesia yang mempunyai masyarakat terbesar di Asia Tenggara, tercatat sebagai bangsa yang tidak suka baca buku. 

Penelitian dilakukan pada 540 ribu responden anak-anak sekolah usia 15 tahun, dan didapatkan hasil bahwa literasi Indonesia berada di urutan 62 dari 70 sampel negara. 

Setahun kemudian, berdasarkan peringkat literasi bertajuk 'World Most Literate Nations' pada Central Connecticut State University (CCSU-2016) mengumumkan bahwa tingkat literasi Indonesia masih berada di level bawah, yaitu deretan 60 dari 61 responden negara.

Jika data sudah muncul, maka tidak ada yang bisa menyangkal. Tetapi mustahil rasanya, jika bangsa Indonesia mempunyai budaya baca yang tertinggal jauh. 

Bagaimana dengan buku-buku lain yang mereka minati? Pada kenyataannya, hampir di kebanyakan bazar buku selalu ramai dikunjungi orang-orang yang antusias. Jika boleh memilih, mereka pasti akan memboyong semua buku tersebut. Serta, menurut data London Book Fair 2019 mempublikasikan bahwa Indonesia merupakan negara yang paling aktif menerbitkan buku dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. 

Dan para pegiat literasi juga melihat adanya minat baca yang cukup tinggi pada orang Indonesia lainnya, namun belum menjadi perilaku, dan kebiasaan, karena faktor: harga buku mahal, adanya perpustakaan tetapi kurang fasilitas, serta terbatasnya akses untuk memiliki buku terutama di daerah yang tidak bisa dijangkau oleh Pustaka Bergerak (Perahu Pustaka, Becak Pustaka dan Mobil Pustaka).

Adanya kemajuan teknologi di era digital 4.0 seperti sekarang ini, berdasarkan data dari hasil riset 'Hootsuite' dan 'We Are Social' tahun 2017 melaporkan bahwa persentase pengguna internet di Indonesia telah menjangkau hampir 73,7% dari total keseluruhan masyarakat Indonesia. 

Di lain sisi, Indonesia juga berada di urutan kelima dunia terbanyak kepemilikan gadget. Oleh karena itu tanpa mengenal ruang dan waktu, akses dan kesempatan terbuka lebar bagi orang-orang hingga ke pelosok tanah air untuk mengejar ketertinggalan, terutama dalam bidang literasi, melalui keberadaan perpustakaan digital (e-library).

Berbicara mengenai perpu       stakaan, menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan WJ. Purwadarminta perpustakaan terdiri dari kata 'pustaka' yang berarti buku, sedangkan 'perpustakaan' berarti kumpulan buku. Maka, perpustakaan merupakan jembatan bagi orang-orang dalam menimba ilmu pengetahuan dan mencerdaskan bangsa.

E-library merupakan perpustakaan yang menyajikan informasi, baik primer maupun sekunder secara elektronis dengan bantuan jaringan komunikasi (communication network). E-library yang dibangun dengan konsep library without wall ini bertujuan untuk memberikan keleluasaan dalam mengakses sumber informasi digital secara elektronik kapanpun dan dimanapun tanpa harus pergi ke perpustakaan konvensional atau ke toko buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun