Di senja yang mulai kelam, seorang pria tambun sedang duduk termenung di pojok ruangan restorannya. Dia memikirkan bagaimana kelangsungan bisnis ini pada masa yang akan datang, dikarenakan pertimbangan krisis moneter yang sedang melanda dan Rupiah yang selalu terdepresiasi.
Sebut saja namanya Ambo. Ambo adalah seorang pengusaha restoran berdarah minang yang bisa dibilang cukup sukses meniti bisnis di negeri orang. Ambo merantau ke Batam bersama istri dan 2 orang anak. Â Awalnya Ambo merintis usaha hanya berdua dengan istrinya. Namun sekarang Ambo sudah bisa menggaji 7 orang pegawai karena bisnis yang semakin maju dan orang-orang yang datang semakin bertambah banyak.
Namun dengan merosotnya nilai tukar rupiah terhadap USD sedikit membuat Ambo cemas. Harga produk kemasan meningkat dan fluktuasi harga bahan pokok menjadi sangat tidak jelas. Sementara dia mengaku, "tidak mungkin Saya menaikkan harga setiap masakan, terlebih saat daya beli masyarakat yang menurun seperti saat ini".Â
Dan dia juga tidak buru-buru menyalahkan pemerintahan yang sedang berjalan sekarang. Dia berpendapat, "Setiap kita sebagai warga negara Indonesia lah yang bertanggungjawab mengatasinya. Kita wajib mempertahankan kedaulatan bangsa. Kita harus bertindak untuk maju!!!".
Salah seorang warga negara Singapura datang kepada Ambo, "I just have these Dollars. I don't have enough time to change it to your country's currency. Please,..accept it, Mr.Ambo." Dengan tegas Ambo menolak, "No,Sir. I can't. As one of a good citizen of this country, I have to obey my country's rule, because I Love Rupiah". Dan untuk mengantisipasi kesalahan orang asing yang akan bertransaksi, maka di depan restoran di tempel pengumuman, MA'AF KAMI TIDAK BERTRANSAKSI DENGAN MATA UANG SELAIN RUPIAH, SORRY, WE ONLY ACCEPT RUPIAH.
Selain itu, Ambo juga tidak segan-segan menegur pelanggannya, apabila didapati pelanggan tersebut melipat atau meremas uang kembalian yang sebelumnya masih bagus diberikan. Dia berkata, "Tolong perlakukan Rupiah kita dengan baik. Tahu tidak,... bahwa Rupiah merupakan simbol kedaulatan negara kita. Kalau bukan kita yang menjaga, lalu siapa lagi?". Dan dia kadang-kadang mengeluh jika menerima uang kertas yang telah dicorat-coret. Namun, Ambo tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa menggerutu dalam hati.
Di dalam keluarga kecilnya, Ambo membudayakan gaya hidup hemat dan sederhana. Dia selalu mengatakan untuk selalu 'Cinta Produksi Dalam Negeri' dan 'Cinta Rupiah'. Kepada anak-anaknya Ambo mengajarkan untuk lebih kreatif dalam segala hal dan tidak mengandalkan orang lain. Contohya, dengan membuat dompet dari kardus untuk menyimpan uang kertas jajanan dan membuat tabung celengan dari kaleng susu yang nantinya diisi dengan uang receh.Â
Disamping itu, kepada istrinya Ambo  juga memberikan dompet khusus untuk menyimpan uang kertas maupun recehan. Pernah satu kali ambo mendapati uang kertas istrinya distaples. Ambo langsung memarahi, "Gunakanlah klip kecil, kalau takut uang ini tercecer. Lubang kecil dari staples ini dianggap sebagai uang rusak oleh mesin setelah sampai di Bank Indonesia. Sayang kan....!!! Uang yang sudah susah dibuat dengan proses yang rumit dan harga yang mahal langsung dihancurkan begitu saja, cuma gara-gara lubang setitik dari staples".