Gagasan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang diresmikan oleh Bank Indonesia bersama Pemerintah (Kemenku, Kemenko Ekonomi, APPSI/Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia dan Pemda DKI) pada tanggal 14 Agustus 2014 yang lalu, merupakan salah satu upaya Bank Indonesia dalam mengembangkan smart money di negeri ini.
GNNT dicanangkan dengan tujuan untuk mengajak para masyarakat Indonesia agar mulai beralih dari kebiasaan tradisional yang selalu bertransaksi dengan menggunakan uang tunai menjadi sedikit demi sedikit mulai menyadari bahwa bertransaksi dengan menggunakan uang non tunai terasa lebih simple dan menyenangkan.
Cara bertransaksi dengan menggunakan uang non tunai bisa bermacam-macam, yaitu mulai dari internet banking, elektronik banking, automated teller machine (ATM), kartu kredit, kartu debet, ataupun uang elektronik.
Namun faktanya dilapangan, berdasarkan penelitian McKinsey & Company tahun 2013 bahwa sebesar 70% dari penduduk di Indonesia selalu bertransaksi dengan menggunakan uang tunai. Dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, persentase mereka bertransaksi dengan menggunakan uang tunai sudah dibawah 50% daripada mereka bertransaksi dengan menggunakan uang non tunai. Dengan itu, mengindikasikan bahwa masih dibutuhkan usaha dan kemauan yang cukup keras dari berbagai pihak untuk menghadirkan kelancaran penggunaan smart money di Indonesia.
Untuk kasus di Sumatera Barat sendiri, gerakan GNNT yang telah disebarluaskan di berbagai daerah di seluruh Indonesia telah memberikan dampak penurunan transaksi penggunaan uang tunai. Dengan itu, kesadaran masyarakat, pelaku bisnis dan instansi pemerintah setempat untuk menggunakan sarana non tunai dalam melakukan transaksi keuangan sudah mulai terlihat meningkat.
Sebagai indikasi dari GNNT tersebut, banyak permintaan penggunaan APMK di berbagai perbankan yang tersebar di Sumatera Barat. Tentunya bagi KPwBI Provinsi Sumatera Barat yang berkarakteristik net inflow (uang yang masuk lebih banyak daripada uang keluar), maka dampak gerakan tersebut sangat dirasakan dengan menurunnya aliran inflow, walaupun tercatat masih relatif kecil.
                    Perkembangan IOP KPwBI Provinsi Sumatera Barat 2011 s.d 2015
Tingginya aliran inflow yang rata-rata didominasi oleh Uang Pecahan Besar (UPB) disinyalir merupakan imbas dari provinsi tetangga (Provinsi Riau, Provinsi Kepri dan Provinsi Jambi). Hal tersebut diperparah dengan budaya masyarakat Sumatera Barat yang masih suka menggunakan uang tunai dalam bertransaksi terutama dalam jumlah besar.
Di sisi lain meskipun penggunaan instrumen non tunai semakin meningkat, namun secara umum penggunaan tunai masih mendominasi transaksi pembayaran di Sumatera Barat. Hal ini antara lain disebabkan karena masih banyaknya masyarakat yang belum memahami fungsi dan cara menggunakan instrumen non tunai. Di samping itu, perbaikan infrastruktur sistem pembayaran juga mesti harus dilakukan guna memudahkan proses transaksi non tunai yang dilakukan oleh masyarakat dan terlihat masih banyaknya masyarakat di daerah yang belum terjangkau oleh layanan sistem pembayaran non tunai.
Untuk itu, Bank Indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran bersama perbankan terus berupaya mensosialisasikan penggunaan non tunai di seluruh nusantara. Karena transaksi non tunai sangat memberikan banyak keuntungan bagi penggunanya, antara lain: sangat praktis dan tidak perlu membawa banyak uang tunai dalam bertransaksi, memiliki security level yang tinggi dari usaha kejahatan kriminal, akses yang lebih luas, tentunya lebih efisiensi dalam menekan biaya pengelolaan uang Rupiah dan cash handling yang sangat mahal. Oleh sebab itu, perlu edukasi dan usaha yang berkelanjutan untuk mendorong masyarakat agar terus terbiasa menggunakan ragam alat pembayaran non tunai.
Saat ini, arus modernisasi berbasis teknologi terus berkembang. Dimana masyarakat selalu menginginkan kehidupan yang jauh lebih mudah, lebih nyaman dan lebih berarti dari sebelumnya. Sehingga segala sesuatu yang bersifat tunai harusnya mulai sekarang sudah dikuranggi penggunaannya. Apalagi  tiga tahun belakangan ini, kota-kota besar di Indonesia sudah mulai berbenah menerapkan kota pintar yang dikenal dengan smart city salah satunya adalah Kota Jakarta.