Pak Man adalah seorang penjaga sekolah. Beberapa hari yang lalu, Pak Man diwisuda purna tugasnya oleh sekolah. Dalam sambutan dari resepsi itu dikatakan Pak Man mempunyai kebiasaan pagi-pagi sekali sekolah sudah dibersihkan dan dgn pot-pot dan tumbuhan semua sudah basah disirami. Dan kemudian sudah berpakaian rapi di depan gerbang sekolah, mendahului guru yang menyambut anak-anak datang ke sekolah.
Pak Man selalu nomor satu melakukan hal ini. Lalu setelah ada guru yang bertugas salaman dengan anak- anak, barulah Pak Man meninggalkan gerbang sekolah, dan bekerja untuk yang lainnya.Â
Entah itu membersihkan taman, mengontrol barang -barang dan tempat yang kotor dan rusak dan lain-lainnya sangat banyak sekali. Itu yang khas yang mungkin jarang bisa dilakukan orang lain, begitu kata Kepala Sekolah.
Pada kesempatan itu pula sambutan dari Pejabat Pendidikan juga mengemukakan hal yang tidak berbeda yaitu keberhasilan sekolah justru terletak pada kisah pengabdi tenaga kependidikan yang unik seperti Pak Man itu.Â
Tekun (care) pada profesi, mempunyai kesenangan yang amat dalam (passion) sehingga dengan ringannya melakukan tugas yang tidak bisa dilakukan orang lain karena sumbernya dari keikhlasan yang paling dalam disertai rasa sayang terhadap manusia yang melingkupi itu semua.
Akhirnya kisah ini menginspirasi yang lain untuk spontan bergerak melepas Pak Man dengan penghargaan yang bagus.
[caption caption="Pak Man mendapat penghargaan "][/caption]Aspek Interpersonal yang Bagus
Bila dilihat dari uraian itu, Pak Man mempunyai kemampuan aspek interpersonal yang bagus dengan kemampuan unik yang dimiliki itulah kepribadiannya terangkat, yaitu ketika Pak Man dengan setulus hati mendahului pagi-pagi di sekolah sebelum guru-guru datang.
Pak Man adalah penjaga sekolah di Sekolah Dasar Muhammadiyah di Solo. Namun ternyata di SD Muhammadiyah di Jakarta  juga mempunyai cerita yang sama.Â
Di tengah deru Metropolitan Sekolah Muhammadiyah di Jakarta itu mempunyai penjaga sekolah yang selalu menyambut siswa- siswa pagi hari dengan menyebut namanya, Mbak Nia, Mas Gilang, begitu hafalnya kemampuan interpersonalnya dikembangkan dengan caranya mendekatkan diri pada siswa secara akrab pada  anak-anak yang bersekolah di SD Muhammadiyah Jakarta itu.
Panggilan seperti mbak dan mas adalah perwujudan kedekatan itu, ditambah dengan kecintaan dan kehormatan pada siswa. Semua siswa yang akan jajan diberitahu agar memberi tahu padanya.Â