Mohon tunggu...
Novi Saptina
Novi Saptina Mohon Tunggu... Guru - Guru berprestasi di bidang bahasa dan menaruh perhatian pada kajian sosial dan budaya

Penulis adalah guru. Dalam bidang seni, dia juga menulis skenario drama musikal dan anggota paduan suara. Penulis juga sebagai pengurus lingkungan sekolah. Pada jurnalistik, penulis adalah alumni Akademi Pers dan Wartawan dan turut berpartisipasi sebagai kolumnis koran hingga saat ini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenangan Manis Musim Hujan

4 November 2013   19:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:35 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hujan rintik pagi hari membasahi bumi

Seirama air mata membasahi pipi….

( Lagu Hujan Pagi Hari oleh Rien Jamain bersama Jack Lesmana )

Lagu jazzy ini memang manis. Ketika saya remaja, saya suka menyanyikan lagu ini kalau hujan. Bila nyanyi “Tik, Tik, Tik Bunyi Hujan” seperti sudah tidak pantas lagi karena sudah beranjak besar.

Hujan memang indah, anugrah Tuhan Yang Maha Kuasa untuk Bumi. Di Arab,bila terjadi hujan semua penduduk bersyukur bergembira berterima kasih pada Allah dengan kegembiraan yang luar biasa.

Bagi saya, hujan juga mempunyai kenangan manis tersendiri. Ketika saya masih kecil , sekitar kelas satu atau dua Sekolah Dasar di rumah saya di Solo. Rumah joglo dengan luas lima ratus meter itu menyenangkan.

Suryan

Kita anak-anak kalau hujan turun boleh suryan saja. Suryan adalah membersihkan badan dengan tidak mandi. Hanya mengelapi tubuh kami dengan wash lap. Entah mengapa, bapak ibu saya menerapkan aturan seperti itu. Memang seperti ingatanku, waktu saya kecil itu bila hujan sangat dingin sekali. Mungkin karena jaman dulu udara masih sangat bersih jadi terasa sekali bila hujan sangat dingin sekali.

Maka kami, anak-anak boleh suryan lalu mengganti baju dan memakai baju hangat.Lalu  kesenangan ku adalah duduk dekat jendela melihat hujan yang turun. Saya melihat hujan turun indah sekali seperti kristal yang jatuh. Lalu jatuhan air yang menetes diatas tanah membentuk gelembung-gelembung seperti topi yang kadang berjalan mengikuti air yang mengalir karena curah hujan yang banyak.

Dalam menunggu hujan reda ini ayah sering bercerita tentang nabi-nabi ataupun sekedar bercerita tentang masa kecil ataupun ramah tamah yang lain

Lalu ibu memberi kue dan minuman hangat yang diletakkan di meja. Bila cerita ayah sudah selesai, saya minum dan mengambil kue lalu memilih kembali lagi duduk dekat jendela memandangi hujan lagi.

Ketika remaja , bila hujan tiba aku juga ingat masa kecil itu, tapi ketika remaja aku biasanya sambil mengerjakan tugas-tugas sekolah. Tidak bisa berlama-lama memandangi hujan. Ketika mahasiswa juga sama seperti waktu remaja.

Namun ketika dewasa dan sudah menikah sampai sekarang semua itu sudah tidak bisa saya nikmati lagi. Musim hujan membuatku berdebar-debar. Dua kali rumahku kemasukan air hujan yang sangat lebat dan membuataku repot membersihkannya.

Cuaca Ekstrem

Sekarang hawa panas sangat menyengat dan ketika hujan turun curah hujan sangat besar. Saya suka takut dengan keadaan ini .Bila melihat di televisi banjir ada dimana-mana, yang penyebabnya berbagai macam faktor.

Demikianlah musim sekarang sudah kacau, cerita hujan sekarang lain dengan cerita hujan dulu yang bisa dipandangi dari jendela seperti kristal yang turun. Cerita hujan sekarang adalah cerita angkut-angkut barang ketempat yang tinggi, mendorong air keluar dengan alat pembersih.

Cerita hujanku adalah cerita yang kucari mana kristalku dulu yang jatuh kecil-kecil sangat indah, memakai baju hangat ,minum teh panas, makan kue, mendengarkan cerita ayah, lalu berdoa agar hujan bermanfaat bagi Bumi dan makhluk hidup yang diciptakan Allah.

Kemana semua itu? Anak-anak kecil sekarang bercerita hujan identik dengan banjir. Namun semua optimis bahwa hujan adalah berkah yang datang dari Allah. Dan semoga semua manusia di dunia juga optimis untuk berusaha menjaga lingkungan agar anak-anak bisa menikmati hujan dengan cerita ayahnya dan hidangan kue ibunya serta memandangi hujan yang indah seperti kristal jatuh.

Dengan sering mendengarkan cerita, anak-anak akan menjadi cerdas dalam segala hal karena terpenuhi semua kebutuhan rohaninya.

(Novi Saptina)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun