Mohon tunggu...
Novi Saptina
Novi Saptina Mohon Tunggu... Guru - Guru berprestasi di bidang bahasa dan menaruh perhatian pada kajian sosial dan budaya

Penulis adalah guru. Dalam bidang seni, dia juga menulis skenario drama musikal dan anggota paduan suara. Penulis juga sebagai pengurus lingkungan sekolah. Pada jurnalistik, penulis adalah alumni Akademi Pers dan Wartawan dan turut berpartisipasi sebagai kolumnis koran hingga saat ini

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Lagu Itu dan Suatu Sore

2 Februari 2015   04:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:58 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap lagu itu mengalun, ingatanku paling melayang pada peristiwa sore itu. Padahal lagu itu terlantun setiap pembukaan dalam segala peristiwa di organisasiku. Aku selalu nikmati betul- betul sambil mengenang masa kecil pada waktu itu.

Sore itu ketika masa itu memang menawan sekali seperti redup-redup dan asri. Bapak yang bekerja di Pemda itu memang aktif di organisasi juga, uniknya bapak yang pintar mencipta lagu itu mengisi hari- harinya dengan mempersembahkan banyak lagu-lagu nya untuk organisasinya. Banyak sekali macam lagu itu . Ada lagu mars, ada hymne, atau lagu-lagu anak dan dewasa yang semua itu untuk kebangunan diri.

Beberapa lagu sudah disosialisasikan dan dipakai sebagai lagu pokok atau wajib, serta lagu pendamping untuk pembangunan mental organisasinya.

'Kenapa ta? ' tanya ibu pada bapak sore itu yang kedatangan tamu dari sebuah Universitas. Lalu kudengar secara samar karena aku dibiasakan untuk tidak ikut mendengarkan pembicaraan orang tua kecuali bila diijinkan.

Namun sepertinya pembicaraan kali ini bapak seperti mempunyai firasat bahwa aku harus mengetahui sebagai saksi sejarah waktu kedepan.

Bapak menerangkan pada ibu kalau bapak dari universitas itu menginginkan sebuah lagu lagi. Yah saat itulah lagu itu diberikan pada tamu itu.

Pun kini ketika lagu itu mengalun pada resepsi pembukaan di organisasi yang datangi ini , dua lagu itu mengalun selalu. namun lagu yang satu,orang orang tahunya yang menciptakan bapak dari universitas itu. Bila keluargaku berkumpul hal ini aku ceritakan pada keluarga, kami semua hanya tersenyum sambil biasanya pikiran pada kemana mana sendiri sendiri. entah apa yang kami pikirkan.

Tidak banyak yang kami bicarakan kalau aku mengetengahkan hal itu.

Tapi pernah suatu ketika kakak tertua dari kami berkata,yah semua pelakunya sudah meninggal dunia. Baik ayahku ataupun bapak dari universitas itu. Aku yakin kakakku sangat hati hati sekali dalam berfikir.Dan akhirnya keluarlah kata- kata itu.

Dan kami tidak membicarakannya lagi.Namun kami semua selalu mengenang ayah kami. Biasanya memang dari aku karena aku yang aktif di organisasi ini.Sedang kakak kakakku bergerak di bidang lainnya.

Biasanya aku menulis di BBM kelg WA kelgbiasanya foto lalu kuberikan captions lagu ayah kita mengalun di acara ini. Biasanya kami dengan kakak-kakakakan saling comment dengan kangen-kangenan waktu kecil. Kini kami mempunyai cara seperti itu untuk mempererat silaturahmi antar putra putri bapak ibu setelah mereka meninggal.

Delapan bersaudara sudah menjadi baya semua wuih... ha ha ha satu-satunya cara selalu muda ya hanya dengan becanda-becanda dan sedikit berkonsultasi dengan anak-anak 'Kebo nusu gudel', kata pepatah jawa, artinya belajar pada anak muda .Terutama dalam soal IT agar kami semua bisa saling silaturahmi seperti ini.

Namun tiba tiba ada pernyataan yang aneh...disaat kami semua sekeluarga bapak ini ikhlas dan bangga akan bapak hanya dilingkungan keluarga saja.Suatu pernyataan aneh muncul.Ketika itu dalam suatu pelantikan dari bagian organisasi yang aku ikuti. lagu yang mengalun adalah lagu pertama organisasi dan lagu bagian organisasi itu. Dua-duanya ciptaan ayahku.

Namun pimpinan yang tahu waktu itu aku datang. mengatakan bahwa lagu utama organisasi seharusnya ada dua yang dimaksud adalah yang satu ciptaan ayahku yang satu yang banyak orang berkeyakinan ciptaan bapak dari universitas itu.

' lagu yang satu skalanya Nasional, sedang yang satu lokal, tandasnya. Betapa mudah hal ini terucap.

Sampai dirumah kami saling BBM dengan kakak- kakak. Kami semua mengenang peristiwa sore itu. Salah satu kakakku berkata,' Andai sebelum akhir hayatnya, bapak dari universitas itu bercerita yang sebenarnya....' Lalu aku juga membuat foto instagramaku beri narasi, Ayah kita berbahagia dengan mendermakan lagu-lagu ciptaannya untuk organisasi yang dicintainya. Baginya berderma , loyal, kreatif itu adalah keharusan . Ada atau tidak pengakuan bukan targetnya. Namun kenyataan gemanya menggetarkan dada hamba organisasi yang dicintainya. Selamat tidur panjang ayahanda. Senyumlah selalu , pengorbananmu tidak sia- sia.

Kami semua membuat emoticon tersenyum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun