Dalam kehidupan dewasa ini tidak selalu mulus dan ideal.Kalau film Habibi dan Ainun yang menggambarkan pasangan yang ideal sekali selaluberdua, saling bergenggam tangan sampai akhir hayat, entah itu suatu karunia atau keberuntungan atau apa yang bagus-bagus. Kalau saya melihat adalah suatu hal yang alami.Kalau hanya yang seperti ini yang bagus, lalu kaum-kaum yang berjuang melawan kekurangan itu apa tidak termasuk suatu keindahan?
Begitu juga pasangan yang harus menempuh perjalanan tidak dengan cara berkumpul karena keadaan, itupun bisa menjadi contoh kegigihan yang indah. Misalnya sepasang kekasih dari keluarga yang sederhana, mereka menikah usai lulus dan sang laki-laki harus mencari kerja di kotanya tidak didapat, didapatnya di luarkota. Untuk bersama belum memungkinkan akibatnya ya harus berpisah dulu agar kekayaan terkumpul dan kelak akan bersatu kembali.
Anggap wajar
Bila menjadi pasangan seperti ini anggap wajar saja lah, jangan terlalu menganggap ini suatu penderitaan dalam kehidupan.Bila ada suara-suara yang tidak mengenakkan di lingkungan, anggap angin lalu saja. Biarkan anjing menggongong kafilah tetap berlalu.
Bila yang wanita yang ada di kota, terus isi kegiatan dalam hari-hari dengan bijaksana. Minta uang dulu pada saudarauntuk sekolah lagi, atau mengambil kursus yang berguna untuk kehidupan. Selain bisa untuk mengisi hari-hari juga untuk membekali diri dengan ketrampilan-ketrampilan. Makin lama jarak jauh belum berkumpulnya pasangan harus didisiplinkan diri makin banyak ketrampilan yang dimiliki.
Hidup tidak selalu indah dan mulus, banyak kejadian dalam hidup ini dan anggap itu semua wajar saja dan alamiah. Dulu kita lahir juga sendiri bertemu dengan pasangan adalah jalan hidup. Berpisah jarak jauh ya bukan masalah wong dulu ya sendiri. Suatu ketika takdir memisahkan entah karena apa yang terima dengan sukacita, wong dulu ya sendiri. Pokoknya seperti kata Pujangga Jawa yang sangat terkenal yaitu Ronggowarsito, “Aja gumunan , lan aja kagetan”, yang artinya jangan terlalu memusingkan keadaan apalagi sampai membuat terhenyak, shock dan sebagainya karena semua itu berasal dari Yang Di Atas, Yang Maha Pencipta. Semua itu dijalani saja tidak usah banyak mengingkari ataupun protes. Karena Yang Maha Menciptakan ini akan selalu menciptakan yang terbaik yang dipilih untuk yang diciptakan. Jadi, yang diciptakan tidak bijaksana kalau mengingkari rencana untuk kita dari-Nya.
Bagi manusia yang diciptakan itu hanyalah ‘”eling lan waspada” menghadapi kehidupan ini. Eling, yaitu ingat pada Yang Maha Kuasa bahwa dia bisa berkehendak apa saja terhadap kita yang diciptakan jadi kita hanya diwajibkan taat. ,tunduk pada-Nya mohon maaf kepada-Nya dan mohon petunjuk jalan hidup untuk kita yang terbaik. Bila ada kesulitan mohon untuk dimudahkan. Waspada artinya yaitu selalu waspada terhadap kejadian alam yang akan mengingatkan kita pada Sang pencipta, apakah kita sudah menyakiti alam atau sudah sampai seberapa kita berbuat yang berguna untuk alam agar alam selalu berfihak pada kita. Bukan sebaliknya, berbuat untuk kepuasan hati dan kepentingan diri.
Urip ing donya mung mampir ngombe. Arti kata bahwa hidup hanya sebentar sebagaimana hanya mampir untuk minum seteguk air, artinya sangat dalam sekali bahwa segala sesuatu didunia ini hanyalah segelas air saja. Selebihnya air dilautan itu adalah dunia nanti. Jadi pergunakan yang sedikit ini untuk mendapatkan raport yang sangat bagus untuk memasuki dunia yang kekal abadi yang bandingannya adalah satu lautan itu. Satu lautan, dibanding satu gelas, ah sungguh suatu perbandingan yang membuat merinding bulu kuduk sekaligus melecut semangat untuk berbuat yang terbaik.
Jangan sempit arti jarak jauh
Jangan sempit mengartikan cinta jarak jauh itu hanya cinta yang terjadi antara pasangan wanita dan laki-laki saja. Namun ketika kita berada di rantau dengan pasangan kita namun ternyata kita juga mengalami cinta jarak jauh yang sangat hakiki yaitu cinta jarak jauh kita dengan orang tua kita, dengan ibu kita yang sangat berjasa bagi kehidupan kita.
Bagaimana kita mengatur cinta jarak jauh dengan ibu kita yang berada di luar kota. Dia yang menyebabkan kita ada dan berada seperti sekarang ini. Apakah kita bisa membagi cinta kita padanya seperti dia menyayangi kita pada waktu kita kecil? Yang berkorban apapun demi anaknya? Yang tak henti belajar untuk mendidik anaknya? Ketika kita suda berkeluarga, pulang membawa masalah, ibu tetap membuka tangannya lebar-lebar.
Come here baby, that’s no problem for our life. Jangan khawatir tidak ada yang perlu dicemaskan. I love you baby……… tanpa kenal kata bosan
Novi Saptina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H