Saya adalah masyarakat umum. Saya ingin Indonesia ini menjadi negeri yang baik, indah, dan agung. Seperti yang dikatakan dalam banyak lakon di pewayangan itu 'Ayem tentrem kerta raharja, gemah ripah loh jinawi' Â yaitu negara yang subur dan makmur penuh dengan pepohonan yang memberikan penghasilan kepada rakyatnya secara cukup, dalam kesehariannya seluruh daerahnya aman dan tentram, rakyatnya punya pekerjaan dan penghasilan yang memadai sehingga bisa mengenyam pendidikan yang cukup untuk anak dan keturunannya, maka negaranya menjadi makin berisi dan bermartabat kedudukannya di mata dunia. Di dalam agama, hal tersebut dikatakan dalam Bahasa Arab yaitu 'Baldatun toyyibatun wa robbun ghofur'. Artinya negeri yang baik dan ditaburi berkah oleh Allah SWT.
Bila dua kata dalam dua bahasa itu disatukan, semua itu menjadi sempurna, yaitu negara yang yang subur dan makmur, penuh dengan tumbuhan yang memberikan penghasilan kepada rakyatnya secara cukup. Dalam kesehariannya, seluruh daerahnya aman dan tentram, rakyatnya punya pekerjaan dan penghasilan yang memadai sehingga bisa mengenyam pendidikan yang cukup untuk anak dan keturunannya, maka negaranya menjadi makin berisi dan bermartabat kedudukannya di mata dunia. Dan menjadi  negeri yang baik dan ditaburi berkah oleh Allah SWT.
Sebagai masyarakat umum, saya ingin sekali negeri itu terwujud. Sehingga aku bisa hidup dengan tenang dalam negaraku yang sangat aku cintai ini. Aku selalu menyanyikan lagu 'Tanah Air Tidak Kulupakan', 'Indonesia Tanah Air Beta', dan satu lagi yaitu 'Indonesia Indah Permai'. Ketiga lagu ini selalu membuat aku terharu saat menyanyikan. Kadang aku mengalirkan air mata saat menyanyikan lagu-lagu ini. Aku menjadi bangga mempunyai tanah air seperti ini.
Tetapi kampung dan rumahku
Disanalah ku rasa senang
Tanah ku tak kulupakan
Engkau kubanggakan....
Dapat dibayangkan, isi lagu itu menceritakan anak bangsa yang sukses yang berada di negara yang ada di belahan dunia ini, namun kecantikan dan kebaikan tanah airnya membuat dia bangga dan rindu untuk selalu ingin pulang dan membangun negerinya menyempurnakannya dari hasil kelananya di negeri yang dijalaninya di dunia.
Tidak dapat dipungkiri, semua ini tentunya menjadi sangat penting untuk menitikberatkan pada pendidikan. Sebagai masyarakat umum, saya tahu itu. Dan saya merasa sekarang ini sudah saatnya anak bangsa itu mempunyai produk bangsa yang 'Baldatun toyyibatun wa robbun ghofur, gemah ripah loh jinawi, ayem tentrem kerta raharjo'. Yaitu bangsa yang anak negerinya baik dan bagus menjaga negaranya, diberkahi oleh Allah, bermartabat dan bermanfaat bagi bangsa dan negaranya. Saya tidak mau negara saya mempunyai sejarah masa kini yang tidak bermartabat, karena perjuangan para pendahulu sudah cukup dalam mewujudkan negara yang merdeka bebas dari penjajahan. Tengok Jendral Soedirman, yang membuat Indonesia sah merdeka di mata dunia dan dihormati oleh negara-negara lain. Negara lain juga mengakui dan berteriak "Hai penjajah Indonesia, Enyahlah kau dari Bumi Indonesia!, Kami mengutukmu bila kalian masih berada di Indonesia!". Demikian para pemimpin dunia itu berteriak. Semua itu karena Jendral Soedirman yang hebat. Indonesia sudah hebat sejak saat itu beserta perjuangannya.
Saya sebagai masyarakat umum, selalu menangis mengenang perjuangan itu. Darah kami menghentak-hentak merindukan para pahlawan bangsa itu. Lebih lagi mengenang ke belakang lagi bagaimana gagahnya pahlawan negeri pertiwi, bunga bangsa : Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari, Tengku Umar, Tuanku Imam Bonjol, Cut Nyak Dien, Cut Mutia, dan semua teman-teman seperjuangannya yang sungguh heroik perjuangannya. Air mata kami selalu deras mengalir. Selalu saya tangisi 'Tembok Jebol' yang mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro dalam mengusir penjajahan di Bumi Indonesia. Seluruh hartanya musnah dipersembahkan untuk kemerdekaan bangsa semata. Itulah Tembok Jebol, saksi sejarah  yang berada di kompleks Museum Pangeran Diponegoro. Selalu saya kunjungi untuk mengingat perjuangan bangsa kami.
Dalam hal Pendidikan, sebagai masyarakat umum, saya selalu mengenang perjuangan Budi Utomo, yaitu para dokter jawa yang memperjuangkan pendidikan untuk para pemuda bangsa Indonesia agar mempunyai pendidikan yang cukup agar bisa menjadi setara dengan pemikiran bangsa lain. Dan untuk wanitanya, saya kenang selalu Raden ajeng Kartini, Dewi Sartika, Walijah Ahmad Dahlan, dan teman-teman lainnya yang mensetarakan wanita untuk berpendidikan. Akhirnya saya pun selalu membanggakan Ki Hajar Dewantara yang hebat sebagai pendidik bangsa Indonesia. Prestasinya di luar negeri juga diakui. Kini saya berharap bangsa Indonesia mencetak generasi yang hebat untuk negeri yang hebat dalam mendidik putra-putri bangsa Indonesia dalam pendidikan.Â
Entah bagaimana olahan pendidikan, yang saya tahu sekarang ini adalah Kurikulum Merdeka Belajar, yang memusatkan pada keberdayaan siswa. Semua harus berpusat pada siswa, yang bertujuan untuk mempercepat melihat dan mengembangkan keberdayaan serta keahlian siswa sebagai anak didik bangsa. Sebagai masyarakat umum, saya setuju dengan ukuran ketercapaian kompetensi siswa yang tidak hanya kognitif saja, namun memotret hasil belajar sosial emosional yang termasuk di dalamnya sikap, nilai, keyakinan, serta perilaku tindakan yang relevan dengan berbagai konteks. Semua ini diambil  dari dasar sebuah pemikiran agung, yaitu  filosofi  Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha (Di depan memberikan teladan),  Ing Madya Mbangun Karsa (Di tengah menjadi fasilitator dan bekerja sama),  Tut Wuri Handayani (Di belakang mengikuti perkembangannya). Dari penjabaran  pernyataan ini, kemudian  dicarilah  nilai kemanusiaan dari bangsa Indonesia untuk membangun peradaban yang sesuai dengan kebudayaan di Indonesia yang terus bergerak dan mengadakan perubahan, yang sudah diuji kesaktiannya  yaitu Pancasila.
Maka profil pelajar Pancasila, menjadi rujukan pencapaian karakter siswa yang meliputi, sebagai berikut: (1) Beriman dan bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa, (2) Berkebhinekaan global, (3) Mandiri, (4) Bernalar kritis, (5) Kreatif, (6) Gotong Royong.
Dengan demikian, siswa, guru, orang tua dan kehadiran negara, akan menjadikan keluaran produk  (output) pelajar Pancasila yang sungguh hebat . Dengan beriman dan bertakwa pada Tuhan YME, pastilah siswa ini akan menjadi siswa yang teguh pendiriannya, tidak takut terhadap apapun keculi takut pada Tuhannya. Dengan berkebhinekaan global, maka siswa ini akan menjadi siswa yang supel dan adaptif terhadap segala keadaan dan tetap berpegang pada tali Tuhannya. Kemandirian siswa juga akan terbentuk karena keyakinan Tuhan dan rasa saling kenal yang terbentuk dalam pembiasaan. Karena karakter-karakter tersebut yang melekat dalam dirinya, dari dalam dirinya akan menjadi pelajar yang kritis melihat setiap fenomena yang ada. Dan dalam semangat persatuannya, akan ringan berbuat gotong royong.