Oleh:
Dra. Novi Saptina
Guru SD Muhammadiyah 1 Surakarta
Mengamati negeri Indonesia dan berandai-andai menjadi pemimpin adalah sesuatu yang sangat sulit. Namun ide dari mimpi menjadi pemimpin bisa menyumbangkan pemikiran tentang kepemimpinan. Bila berbagai ide itu dipersatukan, akan menjadi buah karya motivasi kepemimpinan.
Aku mendengar pidato Sri Sultan Hamengkubuwana. Pesannya berisi tentang apa yang harus dilakukan masyarakat pada masa pandemi. Masyarakat harus mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa, prihatin setiap harinya dan harus bersabar dalam arti sabar yang sebenar-benarnya. Begitu ungkapnya.
Beliau mengawali dengan menyapa anak-anak sekolah, dengan kata-kata "Anak-anakku kang lagi pada sinau ana ing omah" artinya anak-anakku yang sedang belajar di rumah. Dengan menyebut seperti ini, terlihat bahwa kedekatan pikiran Sultan  yang pertama kali dan sangat erat adalah dengan anak-anak sekolah.Â
Setelah menyapa anak-anak, kemudian Sultan berkata "lan sedulur kabeh, kang pada ngayahi masyarakat tak suwun ingkang sabar." Disebutkan bahwa masyarakat, tertama para pemangku masyarakat  harus bertindak sabar.Â
Disebutkan juga bahwa "wong sabar iku rejekine jembar", artinya orang sabar itu akan mempunyai rejeki yang luas. Disebutkan juga "ngalah" , urip luwih berkah. Artinya bila mengalah, hidup akan menjadi lebih berkah. Itu memang kata-kata Bahasa Jawa yang sudah cukup terkenal. Kata-kata bijak menjadi motivasi hidup yang bagus.
Itulah kepribadian Sultan Jogya yang sangat menawan hati. Beliau juga menyarankan warganya untuk "dzikir wengi, nyuwun pangaksami lan pangayoman" artinya berdzikir pada waktu malam hari mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa, mohon maaf dan mohon perlindungan pada Nya. Dari sini, terlihat bahwa Sultan menitikberatkan pada segi spiritual. Namun melihat beliau menomor atukan  anak-anak, berarti pendidikan menjadi konsentrasi tersendiri.
Bila aku menjadi pemimpin, aku akan seperti Sri Sultan Hamengkubuwana yang begitu bijaksana dan mendalam sambung rasanya dengan warganya. Warganya juga sangat menghormatinya karena beliau juga memberi teladan pada semuanya.Â
Keteladanannya diterima masyarakat dan dihormati sesuai dengan keteladanan yang diberikan. Disebutkan oleh Sultan bahwa adanya virus covid-19 ini sama dengan bencana, namun bencana yang tidak kasad mata. Semua yang tidak kasat mata membuat sulit untuk bertindak.Â