Dari sekian banyak tokoh Indonesia yang hebat seperti Agus Salim, Moh Hatta, Buya Hamka, Jenderal Soedirman, juga Kartono yang terkenal karena kecerdasannya dan kepiawaiannya dalam berbahasa, namun idola saya tetap Soekarno. Bukan semata-mata karena beliau adalah Presiden RI no. 1, buat saya Soekarno itu berkarakter, yang mungkin terpancar sehingga disebutlah si Karismatik.
Kepiawaiannya dalam berorasi membuat daftar simpatik saya semakin lengkap kepadanya. Soekarno mampu menyatukan begitu banyak latar belakang, etnik, budaya, dan agama dalam satu orasi yang tidak jarang memukau khalayak, baik generasi dulu maupun saat ini. Saya ingat ketika ayah saya bercerita sewaktu saya kecil, ayah bilang jika Soekarno sedang berorasi maka masyarakat Indonesia baik yang sedang bekerja ataupun beraktiftas lainnya berhenti sejenak untuk mendengarkan orasinya.
Keahliannya ini tentu tidak didapat secara instan karena beliau adalah seorang kutu buku yang seringkali menghabiskan waktu di perpustakaan ayahnya. Namun dalam buku The Possible Dreams karya Howard PJ, berada di dalam jeruji besi dan pengasingan merupakan waktu pendidikan terbaik baginya, banyak sekali buku yang beliau bawa ke penjara untuk dibaca, jika anda ingat di dalam buku Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan KH, Soekarno kala itu meminta Inggit istrinya untuk membawakan banyak buku ke penjara.
Howard pun menuliskan di dalam bukunya bahwa Soekarno mampu mengutip panjang kata-kata Jefferson, Lincoln, atau pun Karl Marx persis dalam bahasa aslinya dan terpukau dengan kemampuannya itu. Soekarno juga sangat mumpuni dalam menguasai berbagai macam bahasa. Kecerdasannya pun membuat Soekarno mampu berteman dengan banyak tokoh dunia yang juga tidak sungkan untuk menjadi sahabatnya seperti John F Kennedy, Jawaharlal Nehru, Gamal Abdul Nasser, Nikita Kruschev, Che Guevara, dan Josep Broz Tito.
Dalam majalah Time edisi akhir Agustus tahun 1999 yang menampilkan 100 tokoh terkemuka abad 20, disebutkan bahwa Soekarno layak masuk 100 tokoh terkemuka karena bakatnya dalam berbahasa dan pidato untuk mempersatukan negerinya, media internasional itu juga menyatakan bahwa Soekarno telah membebaskan rakyatnya dari rasa rendah diri dan juga bangga menjadi orang Indonesia setelah dijajah ratusan tahun oleh Belanda juga Jepang. “Soekarno mungkin satu-satunya pemimpin Asia di Era Modern yang mampu mempersatukan rakyatnya dengan latar belakang, etnis, budaya dan agama yang beragam dengan lidahnya tanpa pertumpahan darah” tulis majalah itu.
Kemampuan orasi dan kemultibahasaan (Poliglotisme) Soekarno ini juga muncul di beberapa kajian dan penelitian dari beberapa Universitas di Indonesia yang membahas perilaku, komunikasi juga gaya bahasa Soekarno diantaranya adalah tulisan Justin Wejak yang merupakan dosen Universitas Kristen Petra Surabaya di tahun 2000 yaitu Soekarno: His Mannerism and Method of Communication juga Heru Purwanto yang menuliskan tesis (2010) mengenai Analisis Diksi dan Gaya Bahasa terhadap pidato Soekarno yang tidak lain untuk mendeskripsikan diksi, gaya bahasa dan kemampuan berkomunikasi Soekarno, oleh karenanya beliau memang layak untuk disebut negarawan paling karismatik di dunia sekaligus si Otak Gajah karena kemampuan menghafalnya.
Sumber: sastra-indonesia.com dan cnnindonesia.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H