Mohon tunggu...
Lyfe

Pengalaman Masuk Politeknik Negeri Medan

11 November 2015   05:09 Diperbarui: 11 November 2015   06:44 1959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum Wr. Wb.

Di sini saya ingin bercerita sedikit walaupun tidak sedikit mengenai pengalaman saya, tepatnya pengalaman pendidikan saya sampai saya sekarang bisa duduk di bangku kuliah program studi Teknik Komputer (Computer Engineering) di Politeknik Negeri Medan.

Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri saya. Nama saya Novira Anggriyani Sugiono, sering disapa Novira oleh teman-teman saya dan sering dipanggil Anggi oleh kerabat dekat dan keluarga saya. Sebelum saya mengecap pendididikan di bangku kuliah, saya menempuh pendidikan di SMA Negeri 3 Medan, yang menurut saya Smantig, nama populernya, merupan salah satu sekolah terbaik di Kota Medan dengan segudang prestasi. Saya merasa bangga dan beruntung pernah menjadi siswa Smantig, walaupun saya tidak pernah menyumbang piala atau piagam penghargaan di sana, tapi setidaknya saya pernah punya angan untuk itu dan pernah berusaha untuk itu. Dan di sana saya banyak belajar, tidak hanya belajar di bidang akademik dan non-akademik saja, tetapi saya juga belajar banyak makna kehidupan di sana. Belajar berorganisasi, belajar bergaul, belajar menjadi seseorang yang bertanggung jawab, rela berkorban, tidak pantang menyerah, percaya diri dan lainnya. Semua itu menjadi sedikit bekal untuk saya bawa ketika saya duduk di bangku kuliah dan saya berharap hal-hal positif di masa SMA dapat saya aplikasikan dan kembangkan lagi di dunia perkuliahan.

Saat itu tiba lah bagi kami mulai mempersiapkan diri untuk UN, SNMPTN, SBMPTN, UMB, dan teman-temannya. Bisa dibilang itu adalah bulan-bulan yang sibuk dan menegangkan untuk saya dan mungkin untuk semua siswa seperti saya. Setiap harinya saya harus pergi ke tempat bimbingan belajar, membahas buku soal, konsultasi dan menyiapkan strategi dalam memilih jurusan dan PTN, mempersiapkan mental, dan lainnya. Sungguh dalam hati yang paling dalam saya beharap bisa lulus di jalur SNMPTN saja. Jangankan saya, mungkin sebagian besar siswa harapannya seperti itu. Tapi saya tetap mempersiapkan diri juga untuk setiap kemungkinan yang bisa saja terjadi dengan membahas soal-soal, ikut bimbingan belajar, dan tetap diiringi dengan doa.

Tidak bisa dipungkiri, memang saya sangat berharap bisa lulus di jalur SNMPTN. Jika dinilai dari nilai rapor, nilai saya bisa dibilang bagus berdasarkan statistiknya dan jika dinilai dari peringkat paralel, peluang saya juga besar dan bagus untuk masuk di jurusan tersebut. Ketika itu disediakan 2 PTN dengan 3 pilihan jurusan, pilihan pertama saya adalah USU - Teknologi Informasi, pilihan kedua saya adalah USU – Ilmu Komputer, dan pilihan ketiga, saya kosongkan. Saya tidak tahu harus mengisi apa di pilihan ketiga. DI satu  sisi, orang tua lebih mendukung saya untuk berkuliah di Kota Medan dan di sisi yang lain, tidak ada lagi pilihan jurusan yang saya minati di universitas di Kota Medan selain kedua jurusan tersebut. Tiba lah hari pengumuman kelulusan jalur SNMPTN, dan ketika saat itu saya dinyatakan tidak lulus SNMPTN. Rasa kecewa itu pasti ada, sedih, marah, semua perasaan saya campur aduk. Rasanya lega bagi mereka yang sudah lulus di jalur SNMPTN, mereka tidak perlu bergelut lagi dengan soal-soal, tinggal menunggu waktu pendaftaran ulang saja. Rasanya saya juga ingin seperti itu, tapi semua pikiran itu saya buang jauh-jauh dan saya harus mempersiapkan diri untuk rintangan selanjutnya, SBMPTN. Saya hanya bisa pasrah, ikhlas dan yakin bahwa Allah mempunyai rencana lain yang lebih baik untuk saya.

Saya pun kembali melanjutkan rutinitas yang dilakukan oleh para pejuang-pejuang SBMPTN, pergi ke tempat bimbingan belajar, belajar, dan membahas buku soal-soal. Saya berusaha keras mengeluarkan segala kemampuan saya dan mengembangkannya lagi dan lagi. Pilihan yang akan saya buat saat ujian SBMPTN pun sama seperti pilihan saya saat SNMPTN. Saya sangat senang, hasil Try Out saya setiap minggu selalu meningkat. Harapan saya, semoga hasil tersebut bisa saya aplikasikan dan saya tingkatkan saat ujian SBMPTN tiba dan menjadi titik terang untuk bisa lulus di universitas dan jurusan yang saya inginkan. Tiba lah hari ujian SBMPTN, segalanya sudah saya siapkan, doa, pengetahuan, alat tulis, fisik, dan mental. Ujian berjalan cukup menegangkan bagi saya ketika saya harus memaksimalkan apa yang saya ketahui dan melingkarinya di lembar jawaban. Ketika pengawas sudah mengambil lembar jawaban, saya hanya berharap semoga lembar jawaban yang saya lingkar-lingkari itu bisa membawa saya menuju gerbang kelulusan SBMPTN. Deg degan, khawatir, pesimis, optimis, semua perasaan saya jadi satu menunggu pengumuman SBMPTN selama sebulan. Saya benar-benar tidak berani memeriksa jawaban saya. Saya benar-benar takut meruntuhkan rasa keoptimisan saya. Saya hanya bisa berdoa, menyerahkan segalanya kepada Allah, semoga Allah memberikan ridho dan karunianya kepada saya, memberikan hasil terbaik kepada saya.

Di saat-saat menunggu pengumuman hasil SBMPTN, saya mendapat berita dari teman saya mengenai pembukaan pendaftaran UMPN I di Politeknik Negeri Medan (Polmed),  namun pendaftarannya tinggal 1 hari lagi. Sebelumnya saya tidak ada kepikiran untuk daftar, tapi saya coba saja. Saya dan teman saya pun mendaftar pada hari terakhir pendaftaran. Kami datang ke bank cukup pagi tapi yang datang untuk mendaftar di sana sudah cukup ramai. Sebelumnya saya sudah mencari referensi tentang Politeknik Negeri Medan dan apa saja jurusan yang terdapat di sana, dan ketika itu saya memilih dua jurusan, yang pertama adalah Sistem Informasi dan yang kedua adalah Teknik Komputer.

Tiba lah hari Ujian Masuk Politeknik Negeri I (UMPN I). Malamnya sebelum ujian saya sudah mempelajari beberapa materi yang akan diujiankan dari contoh soal-soal UMPN tahun lalu yang ada di internet. Saat itu saya ujian di gedung serbaguna, yang ada hanya kursi dan papan triplek untuk dijadikan alas. Ya mungkin karena saya daftar pada hari-hari terakhir jadi dapat tempat ujian di sana. Saya melihat banyak sekali pendaftar di Politeknik Negeri Medan, yang ada di gedung serbaguna saja ada ratusan orang, belum lagi yang ujian dari gedung A-Z, saya sedikit pesmis dengan diri saya waktu itu, tapi saya berdoa semoga dimudahkan segalanya. Saya pun menunggu pengumuman UMPN I kira-kira selama seminggu dan saat hari pengumuman saya sangat senang dinyatakan lulus di program studi Teknik Komputer. Rasanya saya seperti orang yang sangat beruntung dan Allah telah mengabulkan doa saya.

Saat itu pengumuman hasil UMPN I diumumkan sebelum pengumuman SBMPTN. Saya merasa sedikit agak lega, setidaknya saya sudah ada pegangan jika tidak lulus SBMPTN. Saya pun mulai memberanikan diri untuk memeriksa jawaban ujian SBMPTN saya. Dan jika hasilnya disesuaikan dengan passing grade yang ada di bimbingan belajar saya, passing grade saya tidak mencukupi untuk masuk di salah satu dari dua pilihan saya tersebut. Tapi entah kenapa saya masih saja optimis, namun persentase keoptimisannya sudah agak berkurang. Saya sangat bingung saat itu, pendaftaran ulang dan pembayaran sudah harus dilakukan, tepatnya sebelum pengumuman SBMPTN. Walaupun kemungkinan saya lulus SBMPTN sangat kecil, tapi saya tetap saja yakin, tetap saja berharap bisa lulus SBMPTN, saya berharap keajaiban Allah datang pada saya. Setiap malam pun saya sholat istikharah dan saya juga berkonsultasi dengan orang tua saya. Dan Alhamdulillah saya yakin untuk memilih Polmed.

Tiba lah pengumuman SBMPTN, rasa deg degan saya tidak terlalu menggebu-gebu, dan saya benar-benar pasrah dengan hasil yang ada. Saya dinyatakan tidak lulus SBMPTN. Untungnya rasa kecewa dan sedih tidak terlalu membekas di hati saya. Saya turut senang saat itu atas kelulusan teman-teman saya di jalur SBMPTN. Mereka adalah pejuang-pejuang yang tangguh.

Tak lama setelah SBMPTN, terbitlah UMB (Ujian Masuk Bersama). Saya tidak mengikutinya. Saya berpikir soal biaya yang akan dikeluarkan orang tua saya. Saat itu dua adik saya juga akan masuk SMP dan SMA, biaya yang dikeluarkan pun juga akan lebih banyak. Sebelumnya mereka telah melunasi biaya pendaftaran saya di Polmed, ditambah lagi jika misalnya saya lulus di jalur UMB mereka harus melunasi biaya pendaftarannya lagi dan membayar UKT-nya.  Bisa berapa kali lipat yang harus mereka keluarkan untuk saya jika saya ikut UMB dan misalnya saya lulus di jalur UMB. Saya pikir, lebih baik saya jalani apa yang sudah saya dapatkan.

Dan akhirnya saya menjadi mahasiswi di Politeknik Negeri Medan, tapi masih belum resmi karena kami para mahasiswa harus mengikuti BINTALFISDIS (Pembinaan Mental, Fisik dan Disiplin) atau P2MB (Penerimaan dan Pembinaan Mahasiswa Baru) sebagai bekal kami untuk melakukan kegiatan perkuliahan. Kalau menurut saya ini seperti Ospek, hanya saja menurut saya ini lebih menarik, modern dan bermanfaat.

Kegiatan BINTALFISDIS dilakukan selama seminggu tepatnya di Rindam I Bukit Barisan. Sungguh, ini adalah pengalaman pertama saya mengikuti kegiatan bela negara. Saya sudah membayangkan hal-hal yang tidak enak bila nanti sudah di sana. Yang saya pikirkan hanya bagaimana nanti saya akan tidur, bagaimana makanan yang akan saya santap, apa saja kegiatan yang akan dilakukan di sana, dan bagaimana jika saya tidak betah di sana. Kami pun harus mengenakan PDL (Pakaian Dinas Lapangan) layaknya seorang tentara. PDL itu pun dilengkapi dengan tali pinggang  dan sepatu boot, tidak lupa kaos kaki TNI dan karet untuk menggulung celana.

Bawaan yang akan saya bawa nanti pun bisa dikatakan cukup banyak menurut saya, walau sebenarnya sangat banyak bagi mereka yang melihatnya. Yang saya pikirkan ketika nanti berada di sana, kami akan memiliki waktu senggang, mungkin ada sesi jalan-jalannya juga, dan mungkin kegiatan yang kami lakukan akan menghasilkan pakaian kotor setiap hari. Jadi saya membawa 7 pasang pakaian dan beberapa pakaian lain yang memang disuruh bawa. Saya juga membawa perlengkapan mandi, sarung, gayung, handuk, sepatu olahraga dan perlengkapan lainnya. Semua perlengkapan itu pun membuat saya harus menenteng 2 buah ransel besar dan 1 plastik asoy berukuran besar ke sana. Saya hanya berharap semua yang saya bawa akan bermanfaat.

Tiba lah hari keberangkatan. Saya pun berpamitan dengan Ibu saya dan berangkat meninggalkan rumah pukul 5 pagi untuk berkumpul di Polmed. Saya diantar oleh Ayah saya. Sampai di Polmed, Ayah saya membantu menurunkan baran-barang yang akan bawa dan saya pun berpamitan dengan Ayah saya dan memasuki gerbang Polmed.  Seluruh mahasiswa Polmed berkumpul di gedung serbaguna kemudian diberikan arahan untuk naik ke bus atau truk TNI. Ketika itu saya mendapat Kompi dan Pleton yang kebetulan dapat kesempatan bisa berangkat naik truk TNI. Rasanya senang  dan ini merupakan pengalaman baru bagi saya, bisa naik truk TNI dan bertemu teman-teman baru di Kompi C, Pleton 4.

Kami pun sampai di Rindam I Bukit Barisan. Setelah diberikan arahan, kami pun memasuki barak yang telah ditentukan. Sungguh saya merasa asing ketika memasuk barak. Kami harus tidur di Velbed dan itu merupakan tempat tidur kami selama seminggu. Belum apa-apa saya sudah merindukan rumah saat itu.

DI Rindam I Bukit Barisan, kami bisa dibilang mempunyai jadwal yang sangat padat. Bisa dibilang tidak ada waktu untuk bersantai-santai. Waktu luang pun cuma ada saat malam hari setelah apel malam. Pagi-pagi sekali sekitar pukul 4 kami harus sudah berpakaian olahraga dan pergi ke lapangan untuk melakukan senam. Terkadang saya sendiri masih terkantuk-kantuk di lapangan. Setelah senam kami pun diberi waktu untuk melakukan pembersihan, setelah itu kami pergi sarapan. Saya melihat sesuatu yang unik di sini. Sebelum memasuki ruang makan kami harus mengucapkan “Viyata! Polmed!” dengan lantang sambil melangkah dan mengayunkan tangan layaknya seorang prajurit. Kami juga diajarkan cara makan yang benar. Mulai dari cara mengambil ompreng, mengambil nasi, mengambil lauk, mengambil minum, cara makan, cara merapikan ompreng, sampai selesai makan. Begitulah cara kami makan pagi, siang dan malam selama seminggu. Benar-benar sangat disiplin.

Selain itu juga banyak kegiatan yang kami lakukan. Mulai dari latihan baris-berbaris, belajar bongkar pasang senjata, belajar materi-materi bela negara, out bond, lari keliling lapangan, dan banyak lagi lainnya. Ada salah satu hal yang saya suka saat itu dan hal itu adalah yang paling saya tunggu yaitu “extra pudding”. Extra pudding itu semacam makanan dan minuman untuk menambah tenaga setelah kami melakukan kegiatan yang melelahkan. Isinya adalah teh manis hangat, roti dan telur rebus. Walau sederhana, tapi makanan dan minuman itu benar-benar nikmat saat disantap apalagi bersama teman-teman satu barak, sangat menyenangkan.

Tidak hanya itu, kejadian horor pun juga terjadi. Ketika itu terjadi hal yang tidak pernah saya dan teman-teman saya inginkan, salah satu dari teman kami kerasukan. Yang menambah ngeri saya, teman saya itu tidurnya bersebelahan dengan saya, lebih tepatnya kami berdua dijaraki oleh satu orang. Walaupun begitu saya, lebih tepatnya kami semua, jadi parno sendiri. Pada malam kerasukan teman kami itu pun, kami semua tidur berderet. Semua yang tidur sederet dengan teman kami yang kerasukan itu, termasuk saya, menarik velbed kami ke deretan di depan kami. Alhasil kami semua tidur dalam satu deretan.

Ada lagi yang paling menegangkan, menyebalkan dan mengesalakan bagi saya, yaitu ketika dibunyikan alarm stelling di tengah malam. Suatu hari saat di saat apel malam kami diingatkan bahwa akan ada alarm stelling nanti malam, jadi kami disuruh untuk mempersiapkan diri. Ketika alarm tersebut itu dinyalakan kami semua harus terbangun dengan PDL lengkap dan melakukan posisi tiarap di rumput-rumput menghadap jurang. Saya pun hanya bisa pasrah harus menjatuhkan badan saya di rerumputan yang lumayan basah dan entah binatang kecil apa yang ada di sana. 

Kami seperti sedang berperang. Para TNI yang melatih kami pun menembakkan beberapa tembakkan ke langit. Alarm masih terus berbunyi seperti bunyi ambulans. Benar-benar sangat menengangkan namun lucu juga. Selama 2 kali dilakukan alarm stelling di hari yang berbeda, pada hari alarm stelling terakhir saya lupa membawa kopel (tali pinggang). Bukan hanya saya yang mengalami kelupaan, ada juga yang lupa mengenakan PDL, dia malah menggunakan baju tidur. Ada juga yang tidak memakai sepatu boot, ada yang memakai PDL tetapi mengenakan celana training, dan macam-macam kejadian lucu lainnya.

Menjelang hari terakhir kami berada di Rindam. Malamnya kami mengadakan Caraka Malam. Kegiatan dimana kami per kelompok bersama sama menjalankan sebuah misi. Dengan wajah yang dibaluri zat berwarna hitam, kami memasuki hutan, berjalan di semak-semak, memecahkan kode, ditakut-takuti. Kegiatan ini sangat melatih kekompakkan, keberanian, dan mental kami.

Menjelang kepulangan kami pun juga diadakan acara api unggun. Acara yang menurut saya sangat khidmat. Membuat saya sangat sedih harus meninggalkan Rindam dan meninggalkan segala kebiasan yang kami lakukan selama satu minggu. Yang awalnya saya pikir kegiatan ini akan sangat membosankan, membuat saya ingin cepat pulang, semuanya berubah. Rasanya ingin lebih lama, tapi mungkin waktu belum memberi kesempatan.

Selama BINTALFISDIS saya mendapatkan banyak pelajaran. Mulai dari menjadi seseorang yang disiplin, berani, bertanggung jawab, tidak mudah putus asa, sabar, selalu bersyukur, dan lainnya. Saya juga belajar tentang arti kekompakkan, kebersamaan, dan kesetiakawanan. Kegiatan ini benar-benar sangat bermanfaat bagi saya pribadi karena tidak hanya melatih fisik, tetapi juga mental dan kedisiplinan saya.

Itulah pengalaman saya masuk Politeknik Negeri Medan. Mungkin Polmed memang bukan pilihan pertama saya, tapi saya benar-benar menikmati proses hingga saya duduk di bangku kuliahnya sekarang.

Dimana pun saya berkuliah, saya hanya berharap bisa menjadi lulusan dengan IPK yang bagus dan menjadi lulusan dengan kualitas yang sangat baik sehingga kelak saya dapat bekerja secara profesional dan membuka lapangan kerja untuk orang banyak.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun