Dan akhirnya saya menjadi mahasiswi di Politeknik Negeri Medan, tapi masih belum resmi karena kami para mahasiswa harus mengikuti BINTALFISDIS (Pembinaan Mental, Fisik dan Disiplin) atau P2MB (Penerimaan dan Pembinaan Mahasiswa Baru) sebagai bekal kami untuk melakukan kegiatan perkuliahan. Kalau menurut saya ini seperti Ospek, hanya saja menurut saya ini lebih menarik, modern dan bermanfaat.
Kegiatan BINTALFISDIS dilakukan selama seminggu tepatnya di Rindam I Bukit Barisan. Sungguh, ini adalah pengalaman pertama saya mengikuti kegiatan bela negara. Saya sudah membayangkan hal-hal yang tidak enak bila nanti sudah di sana. Yang saya pikirkan hanya bagaimana nanti saya akan tidur, bagaimana makanan yang akan saya santap, apa saja kegiatan yang akan dilakukan di sana, dan bagaimana jika saya tidak betah di sana. Kami pun harus mengenakan PDL (Pakaian Dinas Lapangan) layaknya seorang tentara. PDL itu pun dilengkapi dengan tali pinggang dan sepatu boot, tidak lupa kaos kaki TNI dan karet untuk menggulung celana.
Bawaan yang akan saya bawa nanti pun bisa dikatakan cukup banyak menurut saya, walau sebenarnya sangat banyak bagi mereka yang melihatnya. Yang saya pikirkan ketika nanti berada di sana, kami akan memiliki waktu senggang, mungkin ada sesi jalan-jalannya juga, dan mungkin kegiatan yang kami lakukan akan menghasilkan pakaian kotor setiap hari. Jadi saya membawa 7 pasang pakaian dan beberapa pakaian lain yang memang disuruh bawa. Saya juga membawa perlengkapan mandi, sarung, gayung, handuk, sepatu olahraga dan perlengkapan lainnya. Semua perlengkapan itu pun membuat saya harus menenteng 2 buah ransel besar dan 1 plastik asoy berukuran besar ke sana. Saya hanya berharap semua yang saya bawa akan bermanfaat.
Tiba lah hari keberangkatan. Saya pun berpamitan dengan Ibu saya dan berangkat meninggalkan rumah pukul 5 pagi untuk berkumpul di Polmed. Saya diantar oleh Ayah saya. Sampai di Polmed, Ayah saya membantu menurunkan baran-barang yang akan bawa dan saya pun berpamitan dengan Ayah saya dan memasuki gerbang Polmed. Seluruh mahasiswa Polmed berkumpul di gedung serbaguna kemudian diberikan arahan untuk naik ke bus atau truk TNI. Ketika itu saya mendapat Kompi dan Pleton yang kebetulan dapat kesempatan bisa berangkat naik truk TNI. Rasanya senang dan ini merupakan pengalaman baru bagi saya, bisa naik truk TNI dan bertemu teman-teman baru di Kompi C, Pleton 4.
Kami pun sampai di Rindam I Bukit Barisan. Setelah diberikan arahan, kami pun memasuki barak yang telah ditentukan. Sungguh saya merasa asing ketika memasuk barak. Kami harus tidur di Velbed dan itu merupakan tempat tidur kami selama seminggu. Belum apa-apa saya sudah merindukan rumah saat itu.
DI Rindam I Bukit Barisan, kami bisa dibilang mempunyai jadwal yang sangat padat. Bisa dibilang tidak ada waktu untuk bersantai-santai. Waktu luang pun cuma ada saat malam hari setelah apel malam. Pagi-pagi sekali sekitar pukul 4 kami harus sudah berpakaian olahraga dan pergi ke lapangan untuk melakukan senam. Terkadang saya sendiri masih terkantuk-kantuk di lapangan. Setelah senam kami pun diberi waktu untuk melakukan pembersihan, setelah itu kami pergi sarapan. Saya melihat sesuatu yang unik di sini. Sebelum memasuki ruang makan kami harus mengucapkan “Viyata! Polmed!” dengan lantang sambil melangkah dan mengayunkan tangan layaknya seorang prajurit. Kami juga diajarkan cara makan yang benar. Mulai dari cara mengambil ompreng, mengambil nasi, mengambil lauk, mengambil minum, cara makan, cara merapikan ompreng, sampai selesai makan. Begitulah cara kami makan pagi, siang dan malam selama seminggu. Benar-benar sangat disiplin.
Selain itu juga banyak kegiatan yang kami lakukan. Mulai dari latihan baris-berbaris, belajar bongkar pasang senjata, belajar materi-materi bela negara, out bond, lari keliling lapangan, dan banyak lagi lainnya. Ada salah satu hal yang saya suka saat itu dan hal itu adalah yang paling saya tunggu yaitu “extra pudding”. Extra pudding itu semacam makanan dan minuman untuk menambah tenaga setelah kami melakukan kegiatan yang melelahkan. Isinya adalah teh manis hangat, roti dan telur rebus. Walau sederhana, tapi makanan dan minuman itu benar-benar nikmat saat disantap apalagi bersama teman-teman satu barak, sangat menyenangkan.
Tidak hanya itu, kejadian horor pun juga terjadi. Ketika itu terjadi hal yang tidak pernah saya dan teman-teman saya inginkan, salah satu dari teman kami kerasukan. Yang menambah ngeri saya, teman saya itu tidurnya bersebelahan dengan saya, lebih tepatnya kami berdua dijaraki oleh satu orang. Walaupun begitu saya, lebih tepatnya kami semua, jadi parno sendiri. Pada malam kerasukan teman kami itu pun, kami semua tidur berderet. Semua yang tidur sederet dengan teman kami yang kerasukan itu, termasuk saya, menarik velbed kami ke deretan di depan kami. Alhasil kami semua tidur dalam satu deretan.
Ada lagi yang paling menegangkan, menyebalkan dan mengesalakan bagi saya, yaitu ketika dibunyikan alarm stelling di tengah malam. Suatu hari saat di saat apel malam kami diingatkan bahwa akan ada alarm stelling nanti malam, jadi kami disuruh untuk mempersiapkan diri. Ketika alarm tersebut itu dinyalakan kami semua harus terbangun dengan PDL lengkap dan melakukan posisi tiarap di rumput-rumput menghadap jurang. Saya pun hanya bisa pasrah harus menjatuhkan badan saya di rerumputan yang lumayan basah dan entah binatang kecil apa yang ada di sana.
Kami seperti sedang berperang. Para TNI yang melatih kami pun menembakkan beberapa tembakkan ke langit. Alarm masih terus berbunyi seperti bunyi ambulans. Benar-benar sangat menengangkan namun lucu juga. Selama 2 kali dilakukan alarm stelling di hari yang berbeda, pada hari alarm stelling terakhir saya lupa membawa kopel (tali pinggang). Bukan hanya saya yang mengalami kelupaan, ada juga yang lupa mengenakan PDL, dia malah menggunakan baju tidur. Ada juga yang tidak memakai sepatu boot, ada yang memakai PDL tetapi mengenakan celana training, dan macam-macam kejadian lucu lainnya.
Menjelang hari terakhir kami berada di Rindam. Malamnya kami mengadakan Caraka Malam. Kegiatan dimana kami per kelompok bersama sama menjalankan sebuah misi. Dengan wajah yang dibaluri zat berwarna hitam, kami memasuki hutan, berjalan di semak-semak, memecahkan kode, ditakut-takuti. Kegiatan ini sangat melatih kekompakkan, keberanian, dan mental kami.