Sejuta cerita terukir indah dan mesra dari perhelatan lomba kepala sekolah berprestasi jenjang SD tingkat provinsi Jawa Barat di tahun 2017. Peserta yang hadir berjumlah 24 orang dari 27 kabupaten dan kota yang ada di daerah Jawa Barat membaur menjadi satu.  Pertemuan terjalin dalam kebersamaan, lupa akan perbedaan daerah darimana berasal. Meskipun memang pada awalnya terasa asing dan masih  terlihat ada beberapa yang berusaha menjaga image,  karena belum dimulainya pertemanan. Kemungkinan hanya beberapa kepala sekolah yang sudah saling mengenal sebelumnya sehingga terlihat akrab.
Begitupun dengan penulis yang sudah mengenal beberapa peserta,  satu diantaranya teman sesama guru berprestasi pada tahun 2009, yakni ibu Eva Eriva dari Kota Depok.  Meskipun awal bertatap wajah belum menyadari bahwa dirinya adalah teman seperjuangan saat ajang lomba yang sama. Namun saat itu yang diikuti jenjang lomba guru berprestasi tingkat Sekokah Dasar. Alhamdulillah, Allah  mempertemukan kami kembali. Selain itu penulis juga bertemu sahabat lama yang kehadiran dia dimanapun pasti suasana akan sangat menyenangkan, bawaannya rame,  humoris, dan agak sedikit jahil bahkan nyeleneh.  Tapi itulah dia Pak Apit Partakusumah dari Kota Cimahi yang memiliki kepribadian unik dan menyenangkan. Selebihnya bisa jadi baru pertama kali bertemu,  dipersatukan dalam ajang lomba Kepala Sekolah Berprestasi ini.  Namun,  bukanlah kepala sekolah jika tidak segera dapat membaur, mencairkan suasana dan menjadi akrab tentunya.
Suasana kebersamaan muncul manakala sesi test presentasi dimulai. Setiap peserta kepala sekolah berprestasi harus mengikuti penilaian ini. Â Prosedurnya, setiap peserta wajib mempresentasikan hasil penelitian karya tulis ilmiah baik berupa penelitian tindakan sekolah, penelitian tindakan kelas maupun best practise. Dengan lama waktu presentasi maksimal 7 menit, dilanjutkan dengan tanya jawab seputar penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah. Â Begitulah kira-kira aturan yang ada di dalam pedoman pemilihan kepala sekolah berprestasi tahun 2017, begitupun sama persis apa yang dikatakan dewan juri pada saat pengarahan teknis kepada para peserta sebelum penilaian presentasi dimulai.Â
Adapun cara melakukan penilaian tidak melalui nomor urut peserta namun dengan cara diundi. Untuk mendapatkan undian pertama siapa peserta yang akan tampil menjadi hak perogratif dewan juri untuk mengambil nomor undian. Â Selanjutnya, peserta yang sudah tampillah yang mengambil nomor undian untuk penampilan berikutnya sampai dengan semua peserta lomba mengikuti penilaian presentasi tersebut.
Penilaian presentasi akan dinilai oleh 3 juri. Juri I, Â Dr. Dharma Kesuma, Â M. Pd. Juri II, Drs. H. Tahyan Somantri. Juri III, Drs. Cepih Saefulloh, M. Pd. Juri-juri yang super hebat ketiganya. Sepengetahuan penulis, Â mereka pakar dalam bidang penelitian karya tulis ilmiah dan pakar dalam penjurian penilaian kepala sekolah berprestasi untuk tingkat provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu bagi Guru Tenaga Kependidikan yang sudah kerap kali mengikuti ajang GTK berprestasi ini, baik bagi guru, Â kepala sekolah maupun pengawas sudah tidak asing lagi dengan wajah-wajah mereka yang sudah familiar. Selain itu, dua diantara tiga orang juri tersebut sering menjadi nara sumber di kabupaten/kota yang ada di Jawa Barat berkaitan dengan program-program pendidikan. Â
Mereka sangat ramah dan menyenangkan. Namun demikian, hal itu tidak akan terjadi pada saat mereka menjadi juri dalam presentasi. Pastinya akan sangat berbeda, Â peserta harus siap menghadapi wajah-wajah serius mereka dengan cecaran deretan pertanyaan, yang terkadang menyulitkan untuk mencari jawabannya. Â Namun begitulah ciri-ciri juri yang menjunjung tinggi profesionalisme. Di pundak mereka ada tanggung jawab yang sangat besar dalam menyeleksi calon kepala sekolah dasar berprestasi yang benar-benar layak mewakili daerah provinsi Jawa Barat di tingkat Nasional Jakarta.
Pada saat proses penilaian presentasi, peserta lain nunggu diluar dengan harap-harap cemas, siapakah gerangan yang akan tampil berikutnya. Begitu peserta yang sudah tampil keluar dari ruang presentasi pasti akan diserbu oleh peserta yang sedang menunggu dengan diberondong berbagai pertanyaan, apa saja yang ditanyakan dewan juri. Berbagai ekspresi wajah tampak berbeda-beda, Â ada yang serius, tegang, biasa-biasa saja cenderung cuek, ada yang pura-pura tak peduli, Â ada juga yang asyik ngobrol sesama peserta, Â ada yang asyik menggoda orang lewat, Â dan lain sebagainya. Inilah ekspresi para peserta yang menunggu giliran. Itulah trik dewan juri, mengundi secara mendadak dan tidak diundi di awal agar semua peserta selalu siap semuanya, tidak ada yang santai-santai karena undiannya terakhir.
Berlangsungnya presentasi sudah hampir setengahnya dari seluruh peserta. Situasi menunggu mulai menjenuhkan. Setiap peserta sepertinya berharap besar giliran berikut adalah dirinya. Saat itu suasana sudah mulai beranjak sore. Â Di saat kejenuhan muncul, teman kami Apit Partakusumah selalu bisa membuat suasana pecah dengan tertawa dan candaannya. Â Idenya yang tak pernah habis dalam membuat situasi menyenangkan. Orang lewat depan kami bisa dijadikan bahan candaan, terutama jika yang lewat itu adalah perempuan cantik. Dia berpura-pura memperkenalkan diri sebagai komite, sehingga perempuan yang disapa akan berhenti dan menyimak sapaannya yang dianggap serius. Â
Namun kami semua senyum-senyum menahan tawa  saat Apit Partakusumah sedang beraksi.  Ketika itu disadari oleh yang bersangkutan barulah perempuan itu pergi dengan senyum menahan malu atau memang senang digoda. Nah disitulah Apit Partakusumah merasa senang karena jebakannya kena sasaran. Kamipun tertawa lepas,  gembira bersama sehingga bisa jadi kelompok Kepala SD berprestasi paling rame dan heboh.  Namun disitulah kebersamaan diantara kami mulai terbangun mesra. Â
Persatuan diantara kami mulai terjalin erat. Kami seakan tidak menyadari bahwa kami berasal dari daerah yang berbeda. Tidak tampak persaingan yang tidak sehat meskipun ini adalah ajang kompetisi. Dalam hal ini yang terbentuk adalah jiwa persatuan daerah Jawa Barat, Â itulah yang melekat.
Klimaks dari penilaian presentasi ini adalah pada saat sepertiga dari jumlah peserta tampil penilaian selepas sholat tarawih. Â Penilaian presentasi dilanjutkan mulai pukul 20.00 wib, secara psikologis, situasi yang sudah sangat melelahkan, tetapi disitulah titik berat perjuangan dalam kompetisi. Kestabilan emosi diri sedang diuji. Namun demikian, peserta tidak menampakkan kejenuhan sedikitpun, itulah hebatnya Kepala SD berprestasi, semangat masih tetap terlihat meskipun dari sisi usia ada yang sudah tidak muda lagi. Satu hal yang menjadi kekuatan bagi peserta yang giliran tampilnya malam hari, Â teman-teman yang sudah tampilpun ikut menemani dan tetap memberi dukungan penuh. Luar biasa!!!! Lagi-lagi kebersamaan yang lebih diutamakan.Â