Aku teringat saat pertama kali kaki ini berpijak pada lembah yang aku belum pernah menapakinya. Begitu asing tempat itu, tak pernah bermimpi sekejap pun akan berada di tepian itu. Sungguh aku tak tahu akan hal itu. Membayangkan pun tidak, bilakah aku memimpikannya sementara aku lupa mengingatnya? Â Entahlah...
Namun itu bukanlah mimpi. Aku benar-benar berada di tempat itu. Dan aku memang harus bisa berbenah, menjelmakan lembah menjadi istana yang indah. Tak mudah menguatkan kaki ini untuk berpijak. Lingkaran duri menghalangi langkah ini. Kubangan rintang menghadang. Â Tak mudah menguatkan sayap-sayapku yang menggigil menahan dingin. Aku tergugu di tempat itu.
Perlahan....dengan segala keyakinan. Sayap-sayapku tumbuh kembali, bebulu indahnya mekar mengembang ketika tangan-tangan penolong itu datang disertai senyuman. Tatkala siang lembah ditemani mentari yang berpendar. Saat senja, lembah itu teduh berlabuh. Kala malam, berhias rembulan dan bintang yang melukis malam.
Suatu senja, Â sekumpulan angin datang berhembus, menyapu satu sayapku hingga terlepas dan aku tak mampu mengikatnya, membiarkan terlepas dari tubuhku.
Cirebon, 05052019
Novi Nurul Khotimah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H