Mohon tunggu...
Fitri Novita Sari
Fitri Novita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Selalu tetap semangat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kondisi Siswa Berkebutuhan dan Pola Interaksi dengan Siswa dalam Setting Sekolah Inklusi

28 Juni 2021   12:48 Diperbarui: 28 Juni 2021   13:35 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengertian Siswa Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah siswa yang memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Berkaitan dengan istilah disability, maka anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan baik itu bersifat fisik seperti tunanetra dan tunarungu, maupun bersifat psikologis seperti autism dan retardasi mental.
Pemahaman anak berkebutuhan khusus terhadap konteks, ada yang bersifat biologis, psikologis, sosio-kultural. Dasar biologis anak berkebutuhan khusus bisa dikaitkan dengan kelainan genetik dan menjelaskan secara biologis penggolongan anak berkebutuhan khusus, seperti brain injury yang bisa mengakibatkan kecacatan tunaganda. Dalam konteks psikologis, anak berkebutuhan khusus lebih mudah dikenali dari sikap dan perilaku, seperti gangguan pada kemampuan belajar pada anak slow learner, gangguan kemampuan emosional dan berinteraksi pada anak autis, gangguan kemampuan berbicara pada anak autis dan ADHD. Konsep sosio-kultural mengenal anak berkebutuhan khusus sebagai anak dengan kemampuan dan perilaku yang tidak pada umumnya, sehingga memerlukan penanganan khusus.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa. Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan (retarded) yang sangat sukar untuk berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya (Desiningrum, 2016).
Jenis Kondisi Siswa Berkebutuhan Khusus
Dalam dunia pendidikan, anak berkebutuhan khusus di klasifikasikan dalam beberapa kelompok sesuai dengan jenis kelainan anak. Berikut ini beberapa jenis anak berkebutuhan khusus, sebagai berikut:

Anak Tuna Netra
Anak tuna netra adalah anak yang mempunyai kekurangan secara indrawi, yakni indra penglihatan. Meskipun indra penglihatannya bermasalah, intelegensi yang mereka miliki masih dalam taraf normal. Hal-hal yang berhubungan dengan mata diganti dengan indra lain sebagai kompensasinya.
Anak Tuna Rungu
Anak tuna rungu adalah anak yang mempunyai kelainan pada pendengarannya. Mereka mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan bersosialisasi terhadap orang lain terhadap lingkungan termasuk pendidikan dan pengajaran. Anak tuna rungu dibagi menjadi 2 yaitu, tuli (the deaf), dan kurang dengar (hard of hearing).
Anak Tuna Daksa
Anak tuna daksa adalah anak yang mempunyai kelainan pada tubuhnya yakni kelumpuhan. Anak yang mengalami kelumpuhan ini disebabkan karena polio dan gangguan pada syaraf motoriknya.
Anak Tuna Wicara
Anak tuna wicara adalah anak yang mengalami kelainan pada proses berbicara atau berbahasa. Anak yang seperti ini mengalami kesulitan dalam berbahasa atau berbicara sehingga tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Kelainan Emosi
Kelainan emosi adalah anak yang mengalami gangguan pada tingkat emosinya. Hal ini berhubungan dengan masalah psikologisnya.
Keterbelakangan Mental
Keterbelakangan mental adalah anak yang memiliki mental yang sangat rendah, selalu membutuhkan bantuan orang lain karena tidak mampu mengurus dirinya sendiri, kecerdasannya terbatas, apatis, serta perhatiannya labil.
Psikoneurosis
Anak yang mengalami psikoneurosis pada dasarnya adalah anak yang normal. Mereka hanya mengalami ketegangan pribadi yang terus menerus, selain itu mereka tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri sehingga ketegangan tersebut tidak kunjung reda.
Psikosis
Psikosis disebut juga dengan kelainan kepribadian yang besar karena seluruh kepribadian orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak dapat hidup dengan normal.
Psikopathi
Psikopathi adalah kelainan tingkah laku, maksudnya penderita psikopathi ini tidak dapat memperdulikan norma-norma sosial. Mereka selalu berbuat semaunya sendiri tanpa mempertimbangkan kepentingan orang lain, hingga sering sekali merugikan orang lain. Dan penderita psikopathi ini tidak menyadari adanya kelainan pada dirinya.
Anak Tunagrahita
Tunagrahita merupakan istilah yang disematkan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami permasalahan seputar intelegensi. DiIndonesia istilah tunagrahita merupakan pengelompokan dari beberapa anak berkebutuhan khusus, namun dalam bidang pendidikan mereka memiliki hambatan yang sama dikarenakan permasalahan intelegensi.
Anak Tunalaras
Anak tunalaras merupakan gangguan perilaku yang menunjukan suatu penentangan yang terus menerus pada masyarakat, merusak diri sendiri, serta gagal dalam proses belajar di sekolah. Anak-anak tunalaras memerlukan layanan konseling dan rehabilitasi untuk menerapkan latihan-latihan secara khusus agar dapat berperilaku sesuai dengan norma dan aturan sosial dalam bermasyarakat.
Anak cerdas dan bakat istimewa
Anak berbakat dan cerdas istimewa yaitu mereka yang memiliki kemampuan atau IQ di atas rata-rata serta dapat berprestasi karena kemampuan tersebut. Anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa akan mendapat prestasi lebih banyak dan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibanding anak lain. Namun tentu dapat berakibat fatal jika mereka mengalami kegagalan, hal yang dapat terjadi adalah menutup diri, stress tinggi, sampai dengan bunuh diri dapat terjadi pada anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa yang mengalami kegagalan. Oleh karena itu, selain layanan untuk menunjang kecerdasan dan bakat mereka memerlukan layanan konseling serta pendampingan untuk memperkuat sisi sosial emosional mereka.
Pola Interaksi Dengan Siswa Dalam Seting Sekolah Inkluisi
Pada dasarnya pola adalah susunan teratur dari obyek atau peristiwa dalam waktu atau ruang. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, sebab merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Interaksi menjadi kunci dari semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama. Pola interaksi sosial adalah desain dan cara kerja teratur yang memodifikasi kondisi hubungan sosial dinamis, yang terjadi baik antar individu maupun individu dengan kelompok dan dapat diterima dalam waktu yang sama. Bentuk pola interaksi sosial meliputi 3 jenis, yaitu:
Pola Interaksi Individu dengan Individu. Dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan yang menyebabkan munculnya beberapa fenomena, seperti jarak sosial, perasaan simpati dan antipati, intensitas, dan frekuensi interaksi. Jarak sosial sangat dipengaruhi oleh status dan peranan sosial. Artinya, semakin besar perbedaan status sosial, semakin besar pula jarak sosialnya, dan sebaliknya. Pola interaksi individu dengan individu ditekankan pada aspek-aspek individual, yang setiap perilaku didasarkan pada keinginan dan tujuan pribadi, dipengaruhi oleh sosio-psikis pribadi, dan akibat dari hubungan menjadi tanggung jawabnya.
Pola interaksi individu dengan kelompok memiliki beberapa gambaran dari pola interaksi yang ada di masyarakat. Bentuk-bentuk Pola Interaksi Pola lingkaran merupakan pola interaksi yang menunjukkan adanya kebebasan dari setiap anggota untuk berhubungan dengan pihak manapun dalam kelompoknya (bersifat demokratis), baik secara vertikal maupun horizontal. Akan tetapi, pola ini sulit dalam menentukan keputusan karena harus ditetapkan bersama.
Pola Interaksi Kelompok dengan Kelompok Hubungan ini mempunyai ciri-ciri khusus berdasarkan pola yang tampak. Pola interaksi antarkelompok dapat terjadi karena aspek etnis, ras, dan agama, termasuk juga di dalam pola interaksi kelompok dengan kelompok hubungan ini mempunyai ciri-ciri khusus berdasarkan pola yang tampak. Pola interaksi antarkelompok dapat terjadi karena aspek etnis, ras, dan agama, termasuk juga di dalamnya perbedaan jenis kelamin dan usia, institusi, partai, organisasi, dan lainnya. Misalnya, kehidupan dalam masyarakat yang saling berbaur walaupun mereka berbeda agama, etnis atau ras.
Sumber
Desiningrum. 2016. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Psikosain.
Ekawati, Y., Wandasari, Y.Y. 2012. Perkembangan Interaksi Sosial Anak Autis di Sekolah Inklusi: Ditinjau dari Perspektif Ibu. Jurnal Psikologi Indonesia 1(1): 31-38

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun