Mohon tunggu...
Novilla Abidin
Novilla Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya senang mengikuti kegiatan sosial yang berhubungan dengan masyarakat luas karena dapat memberi banyak insight untuk saya.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengenal dan Mencegah Penyakit Monkeypox

3 Oktober 2024   07:03 Diperbarui: 3 Oktober 2024   07:07 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pada Agustus 2022, kasus monkeypox pertama kali ditemukan di Indonesia. Namun pada saat itu, kasus cacar monyet ini belum terlalu di kenal masyarakat itu karena saat itu kasus Covid- 19 masih merajalela. Mpox atau monkeypox adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus monkeypox. Prof. Dr. Apt. Ika Puspita Sari, M.Si. mengatakan bahwa penyakit ini sudah ditemukan sejak tahun '58. Pertama kali d, itemukan pada monyet yang sedang diteliti. Tapi sekarang bermutasi hingga menyerang manusia, zoonosis. Muncul pertama kali pada manusia itu di tahun 1970 di Republik Demokrasi Kongo. Kongo ini salah satu daerah endemik, ya. Jadi virus-virus mematikan banyak yang ditemukan di Afrika, dan virus monkeypox ini juga termasuk.

Kasus cacar monyet yang semakin meningkat mengakibatkan banyak orang memprediksi penyakit ini akan menjadi endemic desease atau penyakit yang akan menyerang banyak negara. Hal tersebut di buktikan dari laporan WHO per tanggal 21 Mei 2022, di mana cacar monyet ini sudah menyerang beberapa kawasan di luar negeri seperti Eropa, Amerika, Australia.

Cacar monyet disebabkan oleh paparan percikan liur yang terkontaminasi virus, misalnya saat berada di dekat orang yang terinfeksi ketika mereka batuk atau bersin, maupun saat berbicara tatap muka dengan penderita. Selain itu juga bisa di sebabkan oleh Gigitan atau cakaran dari hewan pengerat dan primata, seperti tikus, monyet, atau tupai, yang terinfeksi.

Gejala yang akan muncul apabila terdampak cacar monyet adalah sakit kepala berat, demam, nyeri otot, menggigil, sakit punggung, dan tubuh terasa sangat lemas. Umumnya gejal tersebut akan di rasakan oleh penderita selama 5-21 hari sejak penderita terinfeksi virus monkeypox.

Penanganan mpox melibatkan deteksi dini, isolasi kasus, dan pengobatan. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah penyebaran virus. Penggunaan metode diagnostik cepat, seperti PCR, dapat membantu mengidentifikasi kasus secara akurat. Setelah kasus terdeteksi, langkah isolasi harus segera dilakukan untuk mencegah kontak dengan individu lain. Pengobatan mpox bersifat suportif, dengan fokus pada mengurangi gejala dan mencegah komplikasi. Pengobatan yang bisa dilakukan dari rumah seperti isolasi diri, menjaga kulit tetap kering dan tidak tertutup, kemudian selalu mencuci tangan dengan sabun dan air, baik sebelum maupun sesudah menyentuh ruam kulit.

Sebelum terdampak virus mpox lebih baik berusaha untuk mencegahnya dengan melakukan deteksi dini, dukungan pengobatan, vaksinasi, edukasi, dan kolaborasi global merupakan langkah-langkah kunci yang harus diambil. Dengan pendekatan yang holistik ini, diharapkan kita dapat mengurangi penyebaran mpox dan melindungi kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Upaya ini membutuhkan partisipasi aktif dari pemerintah sebagai penyedia layanan kesehatan, institusi kesehatan untuk memberi edukasi kepada masyarakat baik anak-anak hingga lansia, dan tentunya juga masyarakat yang harus berpartisiapasi aktif untuk mewujudkan hasil yang optimal. Dalam beberapa kasus, vaksinasi dengan vaksin cacar dapat diberikan sebagai pencegahan.

KATA KUNCI : Mpox, Pencegahan, Pengobatan, Virus

DAFTAR PUSTAKA

Ardhi, Satria. 2023. Monkey Pox, Lebih Berbahaya dari Cacar Air dan Dapat Ditularkan dari Hewan ke Manusia. https://ugm.ac.id/id/berita/monkey-pox-lebih-berbahaya-dari-cacar-air-dan-dapat-ditularkan- dari-hewan-ke-manusia/ [online]. (di akses tanggal 27 September 2024).

Nareza, Meva. 2024. Cacar Monyet. https://www.alodokter.com/cacar-monyet [online]. (di akses tanggal 27 September 2024).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun