Mohon tunggu...
Novilianti Purnamadewi
Novilianti Purnamadewi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Novilianti Purnamadewi adalah seorang Guru Bahasa Inggris yang berasal dari Garut

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Seri Penulis Kecil (Perempuanku)

20 April 2024   19:56 Diperbarui: 20 April 2024   21:48 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di teras yang sederhana, kuseruput kopi secara perlahan. Mencecap pahit dan manis sekaligus disertai hawa panas aroma Robusta. Ada satu yang kurang karena lidah ini terasa asam, belum kena tembakau rupanya. Kretek yang tergeletak seketika kusulut ujungnya dengan korek api. Menghisapnya secara perlahan lalu menghembuskan lingkaran-lingkaran asap putih ke udara. Dengan cara seperti inilah sering kudapati ide yang seketika bermain di pikiran menunggu untuk dieksekusi. Terkadang ekspektasi tak selalu sesuai dengan realita, apa yang kau pikirkan bisa saja berbeda dengan apa yang kau tuangkan. Terlihat istriku menghampiri,  diletakannya sepiring penuh rempeyek kacang di meja. 

"Neng, abang kira rempeyekmu kali ini kurang konsistensi, terlalu ringan." 

"Ini bukan buatan eneng, Bang. Tadi neng beli di warung depan." 

"Pantas saja ada rasa yang berbeda. Dari sudut pandang abang, rempeyek buatan Neng komposisinya pas, feelnya dapat."  

"Abang mah kebanyakan nonton novel. Ini bahas rempeyek pake bawa-bawa sudut pandang, komposisi segala. Eneng pusing bang" 

Aku terkekeh melihat tingkahnya yang manja, tapi aku suka. 

"Neng, royalti buku kali ini tak terlalu besar. Belum teman abang yang minta buku gratisan. Apa mereka tak tahu kalau harga satu buku setara dengan royalti beberapa penjualan buku." 

"Itu dia bang, kemaren aja ada yang bilang neng pelit gegara ga ngasih novel. Neng bilang belilah." 

"Makanya di Indonesia tuh penulis susah kaya. Udah royaltinya cuman dikit, pajaknya gede, jarang ada yang beli pula. Apalagi kalau kena plagiarisem (plagiarisme), makin merana." 

"Plagiarijem, Bang. Plagiarijem itu Siapanya mbok Ijem." 

"Saudaranya." Sebenarnya aku sering menahan tawa karena kelakuan perempuanku ini. Tak apa. ****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun