Dipuji dalam Al Qur’an orang yang berbuat adil, bukan orang yang buat persamaan.
وَإِنْ حَكَمْتَ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.” (QS. Al Maidah: 42)
فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Hujurat: 9)
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah: 8)
Yang Allah Ta’ala perintahkan adalah berlaku adil, bukan menuntut selalu ada persamaan.
اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Maidah: 8)
Berdasarkan ayat-ayat tersebut dapat dianilisa bahwasannya konsep dari ‘persamaan’ dan ‘keadilan’ hakikatnya berbeda. Persamaan bukanlah cara untuk mewujudkan keadilan dan sebaliknya keadilan bukan lah hasil dari implementasi dari persamaan. Persamaan dan keadilan memiliki nilai masing-masing yang tidak bisa dikatakan memiliki definisi sama. Contoh : Ketika kita memiliki dua anak, yang satu anak SD dan yang satu SMA, tentu saja kebutuhan mereka tidak bisa disamakan.
Disini kita bisa melihat prinsip keadilan dan persamaan sama-sama bisa menghasilkan kompetisi. Bedanya, prinsip keadilan menghasilkan kompetisi yang positif. Sedangkan prinsip persamaan menghasilkan kompetisi yang negatif. Prinsip keadilan akan merangsang terciptanya kompetisi menuju kerja keras, efisiensi, kecepatan, prestasi, dll. Sedangkan prinsip persamaan akan merangsang semua pihak berkompetisi dalam hal inefisiensi, kemalasan, menuntut yang lebih dari haknya, dll.
Jadi adil tidak harus sama dan persamaan belum tentu adil. Inilah sebabnya mengapa negara-negara yang menganut prinsip persamaaan menjadi bangkrut semua. Karena prinsip persamaan terbukti kontra produktif. Semua pihak saling berlomba menuju keburukan. Satu hal yang tidak terfikirkan dari para penggagas prinsip persamaan ini: Menafikan sifat dasar manusia. Pada dasarnya manusia itu serakah dan punya sifat iri.
Beruntungnya negara kita, karna negara kita sama sekali tidak pernah memiliki semangat persamaan. Tapi jelas memiliki semangat keadilan sosial. Dapat dilihat dari ideologi indonesia pada Sila kelima Pancasila: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Berdasarkan dari sila tersebut sangat jelas dan tegas tidak ada satupun kata persamaan disana. Namun ternyata ada yang menyalah artikan bahwa sila kelima itu mengandung prinsip persamaan. Konsep dengan pemahaman seperti ini lah yang perlu di kaji ulang agar tidak terjadi pertentangan pendapat hingga menimbulkan konflik-konflik dan akhirnya menciptakan suasana yang tidak ‘adem ayem’.
Berdasarkan dari sila kelima tersebut kita dapat menjadikannya sebagai dasar dan acuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita dengan tujuan mensejahterakan kehidupan bangsa tanpa harus membeda-bedakan karna suatu hal apapun itu sudah memiliki porsinya masing-masing terlepas dari keinginan yang tinggi dari tiap-tiap individu. Sila ini dapat menjadi perekat ketika perpecahan melanda bangsa ini, bagamaina bisa ? karna sila kelima ini mengandung banyak nilai sebagai dasar untuk membentuk keadilan agar dapat dirasakan semua warga negara indonesia.
Kerja sama yang tinggi diperlukan untuk mewujudkan sila kelima ini dapat terlaksana dengan optimal. Kesadaran akan posisi di tiap tiap hal nya tanpa harus mengikuti obsesi diri dengan begitu akan tercipta kehidupan yang damai dan tentram. Untuk itu harapannya negara kita kedepan tidak akan ada lagi pertumpahan darah akibat rasa ‘keiriian’ yang tumbuh dimasyarakat akibat tuntutan persamaan di keseluruhannya. Adil itu hakikatnya indah !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H