Keraton Surakarta, yang lebih sering disebut sebagai Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Setelah Sunan Pakubuwono II memisahkan diri dari Kesultanan Mataram yang terpecah pada tahun 1745, Keraton Surakarta muncul sebagai pusat kekuasaan politik dan budaya di wilayah tersebut. Keraton ini dibangun oleh Sunan Pakubuwono II sebagai representasi baru dari kekuasaannya dan untuk memperkuat posisi kepemimpinannya. Keraton mencapai puncak keemasannya pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwono III, yang berlangsung dari tahun 1788 hingga 1820. Selama masa ini, keraton mengalami kemajuan artistik dan budaya yang signifikan serta perluasan wilayah kekuasaan.
Keraton terlibat dalam sejumlah perselisihan dengan pemerintah kolonial Belanda pada abad ke-19 saat mereka berusaha meningkatkan pengaruhnya di Jawa Tengah. Peperangan ini tidak hanya berdampak pada politik istana, tetapi juga pada lanskap sosial dan ekonomi di daerah sekitarnya. Seiring berjalannya waktu, keraton menemukan cara untuk mengimbangi keberadaannya dan secara mengejutkan mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwono X (memerintah 1893-1939). Di bawah kepemimpinannya, keraton mengalami kemajuan yang signifikan dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra, dan seni, dan berkembang menjadi pusat seni dan budaya yang terkenal di Jawa.
Keraton ini terus memainkan peran penting sebagai ikon budaya dan warisan sejarah yang berharga bahkan setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945. Keraton Surakarta merupakan simbol dari berbagai kegiatan budaya dan upacara tradisional Jawa yang masih digunakan hingga saat ini. Keraton Surakarta adalah tujuan wisata populer bagi pengunjung lokal dan internasional yang ingin belajar lebih banyak tentang sejarah dan budaya Jawa yang beragam. Keraton ini juga memiliki arsitektur yang indah dan koleksi seni yang berharga.
Keraton Solo terkenal dengan koleksi benda-benda antik dan benda-benda kuno yang menunjukkan keindahan budaya Jawa. Kompleks keraton ini menyimpan berbagai macam artefak, termasuk wayang kulit, lukisan klasik, perhiasan kerajaan, dan pakaian tradisional keluarga kerajaan. Karena nilai historisnya yang tinggi, setiap artefak berkontribusi pada pemahaman kita tentang masa lalu Jawa. Kebun-kebun yang mengelilingi kompleks keraton juga tak kalah menariknya. Selain berfungsi sebagai tempat untuk bersantai, taman-taman ini memiliki makna simbolis dalam kosmologi Jawa. Taman-taman ini membantu individu dalam menjalani kehidupan spiritual yang harmonis. Keraton Solo adalah tempat untuk diskusi budaya dan kegiatan intelektual, serta pusat budaya dan pendidikan. Orang-orang cerdas dari Jawa berkumpul di sini untuk mengkaji tulisan, keahlian dan teori. Hal ini memberikan ruang untuk kreativitas dan banyak ide untuk dibagikan.
Keraton Solo juga menjaga tradisi Grebeg dan Sekaten, dua acara penting dalam kalender budaya Jawa. Perayaan-perayaan ini merayakan adat istiadat dan pengalaman alam serta mendukung pribadi sosial masyarakat Jawa. Keraton Solo bukan hanya sebuah tempat bersejarah tetapi juga sebuah institusi budaya yang hidup dan berkembang. Karena arsitekturnya yang megah, koleksi seni yang berharga, dan peran aktifnya dalam pelestarian warisan budaya, Keraton Solo masih menjadi salah satu ikon budaya Indonesia yang tak ternilai harganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H