Mohon tunggu...
Novika WindyAstuti
Novika WindyAstuti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

hobi travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pedagang Jadah Tempe Lereng Merapi

11 Juni 2024   13:49 Diperbarui: 17 Juni 2024   19:30 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar tempat berjualan

Sebuah tradisi kuliner jadah tempe yang sudah ada sejak lama dapat ditemukan di Kaliurang, di mana pohon-pohon pinus memberi keteduhan dan udara sejuk pegunungan yang menyegarkan. Para pedagang jadah tempe, yang setia dengan produk mereka di sepanjang jalan menuju lereng Merapi, menjual makanan, sekaligus menghidupkan warisan sosial yang kaya dan luar biasa.

Salah satu penjual jadah tempe yang ada di lereng Merapi  adalah Ibu Atin, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah dan tangan yang cekatan. Setiap hari sebelum fajar menyingsing, Ibu Atin mulai menyiapkan dagangannya. Kesabaran dan keahlian dibutuhkan untuk proses pembuatan jadah yang terdiri dari ketan dan kelapa serta tempe bacem yang gurih dan manis. Ia berkata sambil mengaduk adonan ketan, "Ulenan jadah lan tempe iki digawe kanggo roso tresno."

Selama lebih dari 20 tahun, Ibu Atin telah berjualan jadah tempe. Ia belajar dari nenek dan ibunya yang juga berjualan jadah tempe. Saat ini, ia menjalankan kebiasaannya ini dengan penuh kepuasan. "Ini bukan hanya tentang makanannya, tapi juga tentang meneruskan tradisi keluarga." Sejumlah besar pelanggannya yang setia datang dari berbagai usia, mengenang masa muda mereka yang penuh kebahagiaan saat menyantap jadah tempe bersama keluarga di kawasan wisata Kaliurang.

Kehidupan Ibu Atin bukannya tanpa kesulitan. Berbagai lontaran material Merapi yang terjadi karena erupsi kecil setiap saat sering kali membuat para pedagang seperti Ibu Atin harus berhenti berjualan untuk sementara waktu. Namun, semangatnya yang luar biasa ditunjukkan dengan tekadnya untuk kembali berjualan ketika situasi membaik. "Kami menganggap Merapi sebagai teman. Kadang-kadang kami juga agak kesal, namun setelah itu kami kembali ingin berjualan," katanya sambil tertawa.

Ibu Atin menawarkan jadah tempe untuk mendapatkan penghasilan yang cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, sekaligus melestarikan budaya dan adat istiadat setempat. Dia sering menunjukkan kepada anak-anak muda di sekitar rumahnya cara membuat jadah tempe, dengan keyakinan bahwa kebiasaan ini tidak akan hilang ditelan waktu. "Saya ingin anak muda bangga dengan masakan tradisional kami. Ini adalah warisan para pendahulu kita yang harus dilestarikan," katanya.

Wisatawan datang ke Kaliurang untuk membeli dan menyantap jadah tempe Ibu Atin. Selain menikmati kelezatan makanan tradisional, mereka juga merasakan kehangatan dan kearifan penduduk setempat. Setiap gigitannya bercerita tentang cinta, ketekunan, dan kebanggaan akan warisan budaya. Ibu Atin adalah sosok yang mengingatkan kita bahwa di balik setiap makanan tradisional, ada tangan-tangan penuh kasih yang merawat dan menjaganya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun