Mohon tunggu...
Novi Juita Astuti
Novi Juita Astuti Mohon Tunggu... -

just an ordinary girl ^-^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kubuang Ibuku Ke Hutan..

29 November 2011   01:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:04 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Desaku berada di pinggir hutan rimba. Kehidupan pun tak begitu melenakan. Semua masih serba bergantung pada alam. Ada satu adat di desa kami yang sudah turun temurun kami jalani. Adat yang sebenarnya mengoyak batinku jika aku melakukannya. Namun, apa daya? Adat ini harus kujalani.

Dan itu adalah, jika seorang ibu yang sudah renta lagi jompo, akan dibuang ke tengah hutan rimba. Agar tak menyusahkan lagi. Aku adalah anak satu-satunya yang tersisa di rumah. setelah kedua kakakku pergi merantau ke seberang desa. Aku hanya tinggal berdua dengan ibuku saja yang sudah tak kuat bangun dari peraduannya.

Sempat bergejolak beberapa saat hatiku. Apa aku tega melakukannya? Tapi ini adat, dan ini benar. Nenek tua yang sudah tak kuat lagi berjalan hanya akan menyusahkan aku saja. Aku harus memandikannya, menyuapinya, menggantikan pakaian untuknya, bahkan saat ia buang air pun aku yang harus membersihkannya. Kubulatkan tekadku, hingga pada suatu pagi yang berawan, aku menggendongnya menuju hutan rimba pinggir desa. Tak banyak kata yang terucap darinya, hanya sunggingan senyum yang tersirat dari wajah penuh keriputnya. Mungkin ia sudah tahu bahwa aku akan membuangnya ke tengah hutan.

Kulihat Ibu memegang sepotong roti yang tadi pagi kuberikan, entah kenapa ia tidak langsung memakannya seperti biasa. Aku tak memperdulikan dan terus berjalan memasuki hutan, dalam dan semakin dalam.

Setelah kurasa cukup dalam, aku menurunkan Ibu dari punggungku. Ku biarkan ia duduk tergeletak di bawah pohon besar. "Ya, inilah tempat Ibu." Hatiku menguatkan. "Kau ingin kembali ke desa, Nak?" Tanya Ibu, ketika aku baru melangkahkan kaki beberapa centimeter meninggalkannya. "Tentu." Jawabku lirih.

"Ibu sudah meninggalkan jejak beberapa potongan kecil roti sepanjang perjalanan masuk hutan tadi. Ikutilah potongan roti itu agak kau tidak tersesat kembali ke rumah." Kata-katanya meruntuhkanku.

Aku berlari menuju Ibu, memeluknya dan menciumi pipinya.

"Ibu, masih sempatnya engkau memikirkan keselamatanku di saat aku malah mengabaikanmu di tengah hutan rimba seperti ini. Anak macam apa aku ini? mengeluh karena merasa lelah mengurusimu beberapa tahun terakhir ini. Sedang engkau? Duhai Ibu.. maafkan aku, maafkan aku Ibu.." Aku menangis tersedu dalam pelukan hangatnya.

Aku pun kembali menggendongnya keluar hutan dan berjalan menuju rumah. Aku berjanji pada diriku sendiri, aku akan merawat ibu dengan penuh cinta di setiap waktu. Ibu, maafkan keluhku yang tak seharusnya. Aku mencintaimu, sungguh aku mencintaimu..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun