Ketakutan terhadap COVID-19, Studi Baru Dosen UMM Tawarkan Alat Ukur Efektif
Malang, Jawa Timur – Pandemi COVID-19 telah melanda hampir seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Ketakutan dan kecemasan menjadi masalah besar yang dirasakan masyarakat. Namun, kabar baiknya, tim dosen keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil mengembangkan alat ukur yang dapat membantu memahami dan mengatasi ketakutan ini.
Dipimpin oleh tujuh dosen, yaitu Henny Dwi Susanti, Ismaila Sonkob, Andi Muhammad Yauriec, Indah Dwi Pratiwi, Edi Purwanto, Henik Tri Rahayu, dan Faqih Ruhyanuddin, penelitian ini fokus pada penerjemahan dan analisis alat ukur bernama COVID-19 Fear Scale (FCV-19S) ke dalam versi bahasa Indonesia.
“COVID-19 bukan hanya menyerang fisik, tetapi juga mental. Ketakutan yang berlebihan dapat memperburuk kondisi kesehatan masyarakat. Kami merasa perlu melakukan penelitian ini agar bisa memberikan kontribusi nyata dalam membantu masyarakat menghadapi pandemi,” ujar Henny Dwi Susanti, salah satu peneliti utama dalam studi ini.
Ismaila Sonkob menambahkan, “Penelitian ini kami lakukan dengan melibatkan sampel masyarakat Indonesia. Kami menggunakan metode sampling yang sederhana namun efektif untuk mendapatkan data yang relevan. Hasilnya sangat menggembirakan karena alat ukur ini menunjukkan hasil yang konsisten dan dapat dipercaya.”
Alat Ukur yang Mudah Digunakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa COVID-19 Fear Scale versi Indonesia memiliki tingkat konsistensi internal yang sangat baik, dengan nilai Cronbach’s alpha sebesar 0,87. Artinya, alat ini dapat diandalkan untuk mengukur tingkat ketakutan masyarakat terhadap COVID-19.
“Kami menyederhanakan alat ini agar mudah dipahami oleh masyarakat luas. Tujuan kami adalah membuatnya menjadi alat yang praktis untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik oleh tenaga kesehatan, peneliti, maupun masyarakat umum,” jelas Andi Muhammad Yauriec.
Alat ukur ini terdiri dari beberapa pernyataan yang terkait dengan ketakutan terhadap pandemi, seperti kekhawatiran terhadap penyebaran virus, rasa cemas akan keselamatan diri, dan ketidakpastian tentang masa depan.
Manfaat untuk Masa Depan
“Ketakutan adalah reaksi alami, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, dampaknya bisa merugikan. Dengan alat ukur ini, kita bisa mendeteksi tingkat ketakutan seseorang secara dini, sehingga intervensi psikologis bisa segera dilakukan,” kata Indah Dwi Pratiwi.
Henik Tri Rahayu menambahkan bahwa penelitian ini juga membuka peluang untuk studi lanjutan, terutama untuk melihat hubungan antara ketakutan terhadap COVID-19 dengan variabel lain, seperti tingkat stres, kepatuhan protokol kesehatan, atau bahkan kualitas tidur masyarakat.
“Kami berharap alat ini bisa menjadi bagian dari solusi untuk menghadapi pandemi, bukan hanya untuk sekarang, tetapi juga untuk tantangan kesehatan mental di masa mendatang,” tutur Henik.