Mungkin karena saya terlalu banyak membaca berita tentang partai ini dan juga terbiasa dengan lingkungan yang terlalu konservatif di Bayern.
Sebaliknya, tidak disangka-sangka, saya justru jatuh cinta dengan Dresden. Menjadikan kota ini pun salah satu kota favorit saya di Jerman. Apalagi setelah berkunjung ke Altstadt (kota tua).
Waah, saya tidak bisa lagi berkata-kata. Inginnya hanya tidak beranjak dari pelatarannya dan duduk-duduk saja sambil menyaksikan langit biru khas musim panas dengan para pengunjung yang lalu-lalang dan juga pemandangan arsitektur kotanya yang menghipnotis.
Dresden juga merupakan salah satu kota besar di Jerman. Jadi, tidak heran jika kawasan kota tuanya sangat luas dan mengelilinginya bisa jadi membuat kaki pegal-pegal.Â
Tapi bagi saya, selama masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki, jalan kaki saja. Tak apa meski pegal, asal bisa menikmati keindahan Kota Dresden dengan seksama.
Jangan lupa selalu sedia air putih jika banyak berjalan kaki dan tidak ingin dehidrasi. Musim panas di Eropa sangatlah kering, berbeda dengan di cuaca di Indonesia yang selalu lembab.
Jika ingin hemat, bawa botol minum sendiri saja, siapa tahu di perjalanan menemukan kran air minum, jadi bisa selalu kapan saja mengisi botol kita.
Iya, kran air. Tidak usah khawatir dengan air mentah di Eropa. Karena minum air mentah atau air kran di sana sangat aman. Dan yang pasti, lebih murah daripada membeli air putih di supermarket.
Jika tidak ingin berjalan kaki, mungkin bisa juga sedikit menganggarkan untuk menaiki bis kota khusus untuk wisatawan.
Lumayan kan tetap bisa duduk manis di dalam bus dan berkeliling kota tanpa harus kepanasan. Bisnya juga terbuka di bagian samping, jadi angin sepoi-sepoi sudah pasti menyejukkan suasana musim panas di Dresden.
Suasana musim panas tak lagi terasa terik karena kota tua Dresden sangat berwarna siang itu.Â