Ghosting, sesuatu yang identik dengan menghilang secara tiba-tiba. Umumnya terjadi dalam hubungan romantisme antar dua insan. Ketika salah satu melakukan ghosting, pupus sudah harapan dari satu yang lain dan berganti dengan patah hati teramat dalam.
Entah apa yang dipikirkan,
Hingga tak sampai hati menyampaikan,
Bukankah mulut ini untuk bicara?
Juga tangan untuk bersurat?
Sesulit itukah untuk menyapa?
Bahkan hanya untuk mengucap salam perpisahan?
Namun semakin bertambahnya usia, saya menemukan bahwa fenomena ghosting ini tak hanya terjadi dalam hal percintaan saja. Pasalnya, jika makna dari ghosting adalah tiba-tiba saja menghilang, maka hal ini kerap terjadi di dunia pertemanan sekalipun. Apalagi, di usia yang semakin dewasa ini.
Semakin bertambahnya usia, semakin banyak hal yang harus dipikirkan, hingga tak jarang beberapa hal kecil lainnya termasuk pertemanan pun terlupakan.
Kita bertumbuh semakin jauh dengan kenangan masa lalu, karena sudah semakin terlena dengan lingkungan yang baru. Pun demikian dengan pertemanan. Bukan bermaksud melupakan, melainkan waktunya tak lagi sama. Juga dengan interaksi, tak lagi seirama seperti di masa lampau.
Kesibukan dan lingkungan yang baru bahkan kerap kali membuat kita sulit untuk berkomunikasi dengan teman lama.Â
Sebut saja, lupa membalas pesan WhatsApp karena terlalu sibuk bekerja. Atau karena terlalu sibuk bercakap dengan teman-teman baru, hingga yang lama pun mau tak mau terpaksa terlupakan.
"Hanya yang benar-benar sayang dan rindu, yang terus mengingat", batin saya sendu kala itu.
Kesibukan membuat lupa membalas pesan
Keanehan mulai terjadi saat pesan-pesan mulai terlambat terbalaskan. Lama-lama membuat malas untuk berbalas pesan. Selanjutnya, yang terjadi bisa saja saling ghosting.
Alasan kesibukan pun kerap kali menjadi alasan utama ketika menjawab pesan setelah berminggu-minggu lamanya. Padahal, bukan kali pertama untuk berkomunikasi.