Mohon tunggu...
Novi Setyowati
Novi Setyowati Mohon Tunggu... Lainnya - berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Belajar di Negeri Pretzel, yang Kurindukan Justru Nasi Pecel

6 Februari 2021   12:59 Diperbarui: 6 Februari 2021   20:41 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pretzel (Sumber gambar: pixabay.com)

Minggu pagi, pukul 09.00 CET, jalanan Kota Munich sangat sepi dengan langitnya yang mendung dan gerimis tipis-tipis. Sepertinya cuaca musim dingin belum sepenuhnya pergi. Tapi cuaca musim semi belum juga sepenuhnya datang. "Ah, dinginnya tanggung", batin saya.

Tapi, yang cukup membuat saya terheran-heran adalah sepinya kota yang dikenal sebagai kota klub bola terkenal di Negeri Pretzel ini. Bahkan sejak dari dalam pesawat, sudah bisa nampak jalanan di bawah sana yang sepi dari kendaraan. "Apa benar ini Munich? Kok sepi, ya? Oh mungkin karena cuacanya mendung", batin saya lagi.

Setibanya di WG (Wohngemeinschaft - sebutan untuk tempat tinggal yang kita tinggali bersama orang lain, semacam kita mengontrak satu kamar di rumah tersebut), si empunya rumah memberi tahu saya jika hari itu adalah hari Minggu. Itu artinya, toko-toko di Jerman tutup. Besoknya adalah hari Senin, tapi juga hari libur Paskah, jadi toko-toko juga akan tutup. Beliau kembali menjelaskan, jika di hari-hari biasa toko-toko buka hanya hingga jam 20.00 malam.

"Hah? Toko-toko tutup di hari Minggu dan hari libur? Buka hanya sampai jam delapan malam?", ulang saya terheran-heran. "Waduh! Aku makan apa dong? Di dalam koper hanya ada abon sapi dan sambal tuna saja", saya mulai sedikit panik.

Beruntung, si empunya rumah memaklumi ketidaktahuan saya akan hal ini, dan memberikan saya beberapa buah pisang serta Vollkornbrot, roti gandum khas Jerman.

Vollkornbrot (Sumber gambar: pinterest.com)
Vollkornbrot (Sumber gambar: pinterest.com)
Hmm, penasaran juga bagaimana rasa roti ini. Warnanya cokelat gelap dan teksturnya sangat keras. Saat saya gigit, asam dan....entahlah, tidak karuan. Seketika itu juga saya merindukan roti goreng yang biasa saya beli di dekat pasar, yang rasanya cukup memanjakan lidah saya dengan manis gurih dan teksturnya yang empuk.

Saya mulai sedikit kangen rumah di hari pertama saya tiba. Sekedar mengingat-ingat minimarket di dekat rumah yang tutupnya jam sepuluh malam, bahkan ada yang buka 24 jam non-stop. Tapi mungkin ini adalah bentuk kedisplinan di Negeri Pretzel ini, semua ada aturannya termasuk jam buka tutup tempat-tempat perbelanjaan, saya menarik kesimpulan.

Singkat cerita, tak butuh waktu lama untuk saya bisa beradaptasi dengan Negeri Pretzel. Segala hal yang baru saat itu cukup membuat saya tidak bosan menjalaninya. Seolah-olah menemukan dunia baru dan melepas kejenuhan yang mungkin selama ini sedikit tertanam tanpa saya sadari.

Saya pun mulai aktif menjelajah tempat-tempat wisata di wilayah selatan Negeri Pretzel itu saat akhir pekan. Sadar akan singkatnya waktu studi yang nantinya akan saya tempuh, tentu kesempatan untuk berwisata ini tidak akan mungkin saya lewatkan!

Mulai dari kota tua, pegunungan, hutan, sungai, dan juga danau. Indah sekali pemandangan yang disuguhkan. Apalagi jika dalam perjalanan menjelajah bisa menemui sapi-sapi ternak, rasanya seperti ada di film-film!

Berkemah di Pantai Goa Cina (Dokpri)
Berkemah di Pantai Goa Cina (Dokpri)
Ah tapi, saya rindu pantai. Saya juga rindu berkemah di tepi pantai. Saya rindu melihat matahari terbenam di tepi pantai dan juga sekedar bermain-main dengan air laut dan pasirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun