Mohon tunggu...
Novi N Anggraeni
Novi N Anggraeni Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Nothing special about me. Hanya ingin menjadi "BISA" saja...!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lolongan Koro

2 Januari 2012   14:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:26 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koro melolong panjang. Perutnya lapar. Sedang tubuhnya tak bisa kemana-mana, dirinya terikat oleh rantai yang kuat. Dua hari majikannya tak kelihatan sama sekali. Mangkok aluminium dihadapannya kosong berdebu. Ekornya tak lagi bergoyang, ia lemas. Seekor tikus lewat dihadapannya lalu bertanya," Hei Koro, kenapa engkau menjerit-jerit terus sedari pagi? " Aku kelaparan, majikanku tak kelihatan batang hidungnya dari 2 hari lalu. Mau mencari sendiri, rantaiku sedemikian kuat," Koro meraung lemah. " Emangnya pergi kemana? tanya sang tikus kembali. " Sepertinya tak ada yang berpergian kok, tapi 2 hari lalu aku sempat menggonggongi seorang laki-laki yang keluar tergesa-gesa dari dalam rumah sambil menyembunyikan sesuatu," panjang lebar penjelasan si Koro. Si Tikus kasihan sama Koro, diberinya Koro potongan roti yang ia curi dari dalam rumah. Dengan lahap Koro memakannya. " Aneh, kemana perginya tuanku. Kalau mereka pergi aku kan selalu tahu, tugasku kan penjaga pintu," Koro bicara sendiri. Koropun tertidur dalam kelaparan dan kebingunan. Esok harinya Koro terkejut melihat kedatangan Lalat yang berbondong-bondong. " Hei mau kemana kalian? Kok rame-rame begitu! teriaknya. Ada makan besar di dalam rumah itu," sahut salah satu dari mereka. Makanan? Besar? Apa maksud mereka, tanda-tanda kehidupan dari dalam rumahpun tak terlihat. Malah dibilang ada makan besar," moncong Koro bergumam. Hidup! ya sepertinya tak ada kehidupan di dalam sana. Jangan-jangan? kekhawatiran tiba-tiba menyeruak di hati Koro. Koro berpikir bagaimana caranya agar tahu apa yang terjadi di dalam rumah majikannya itu. Bingung, pusing, gelisah campur aduk menyerang perasaan Koro. Apa yang harus kulakukan, aku tak bisa berbuat apa-apa dengan rantai yang mengikatku begini. Tiba-tiba ia teringat si Tikus. Koro kembali melolong panjang, hingga si Tikus merasa terganggu. " Hai Koro, ada apalagi denganmu? teriak Tikus kesal. Tikus ! kemarilah. Aku perlu bantuanmu," balas Koro penuh harap. Dengan lincahnya Tikus mendekati Koro. "Ada apa, kok kamu kelihatan gelisah seperti itu," tanya Tikus. "Bisakah kau menolongku, tolong masuklah ke dalam rumah. Coba carikan apa majikanku ada di dalam rumah. " Tentu saja bisa Koro, tenang saja aku akan membantumu. Tunggu saja kabar dariku ya," sambil berlari si Tikus berkata pada Koro. Tinggal Koro kembali sendirian menunggu dengan hati cemas. Selang 10 menit si Tikus kembali dengan muka pias. Seperti ragu-ragu untuk bilang kepada Koro. Tikus apa yang terjadi di sana? tanya Koro membuka percakapan. Ehm...ehm," ragu mulut Tikus mengutarakan apa yang dilihatnya. " Cepat katakan apa yang terjadi di sana," semakin galau hati Koro. " Mati! Mati!," cuma itu jawab Tikus. " Maksudmu? Koro mendesak. " Tuanmu telah membusuk bersama satu orang lagi yang tak pernah aku tahu. " Membusuk? Maksudmu majikanku telah mati," Koro menggila. Koro menangis. Koro melolong sekencang-kencangnya. Meraung seperti menunjukkan kesedihannya. Lolong panjangnya mengusik pendengaran tetangganya. Tetangga depan rumah segera menghampiri Koro yang telah lama dikenalnya. Koro meloncat-loncat sambil mengaiskan kaki depannya ke tubuh tetangganya tersebut. Seolah meminta bantuan. Tetangganya menangkap sinyal aneh dari kelakuan Koro yang tak seperti biasanya. " Koro kamu kenapa? dielusnya kepala Koro. " Guk! Guk! jawab Koro sambil mencondongkan badannya ke arah pintu rumah. Tetangganya bingung, tapi ia cepat tanggap melihat gerakan tubuh Koro. Tetangganya bergegas meninggalkan Koro lalu menuju rumah. Klik! tak dikunci tapi kenapa sepi," gumamnya. Dibukanya pintu perlahan. Uuh, bau apa ini kok seperti bau bangkai," ujarnya sambil menutupi hidung. " Katrin! Katrin! dipanggilnya pelan sang pemilik rumah. Ia beranikan diri memasuki rumah dengan tetap menutupi hidungnya. Ia langsung menuju kamar Katrin yang pintunya tak tertutup rapat. Aduh, baunya semakin menyengat," sesak nafasnya tiba-tiba. Lalu dibukanya pintu kamar Katrin. "Aaah...Katriiiin! Ia menjerit terkejut bercampur rasa takut. Lari dirinya lari menghambur keluar dari rumah dengan kencang melewati Koro yang menanti dengan cemas menanti kabar. Koro semaki bingung. "Guk! gonggongnya pelan. Tak lama kemudian beberapa tetangganya datang dengan mimik penuh tanda tanya. Disusul suara sirine mobil Polisi dan ambulans. Keluar masuk petugas ke rumah tuannya. Koropun bisa melihat kembali tubuh tuannya yang telah terbungkus plastik jenazah yang menyisakan bau tak sedap. Lalu tubuh kedua yang tak tahu siapa namanya. Sibuk, hari itu dirasakan lebih sibuk dari biasanya. Lalu lalang petugas membuatnya pusing. Menjelang sore segala pemeriksaanpun akhirnya selesai. Sampai tetangganya datang kembali memberinya makan dan membawanya pulang ke rumahnya karena kasihan. 3 hari berlalu. Koro selalu memandangi rumah tuannya yang sepi dari seberang. Lalu ada sosok lelaki datang mendekatinya. Dari baunya sepertinya aku pernah mengenalnya," matanya serius memperhatikan tubuh yang mendatanginya perlahan. Ooh..dia mantan suami tuanku,'' ekornya mengibas girang. " Halo Koro, apa kabarmu? tanya Robert sambil mengelus kepala Koro. " Kamu sedih ya, tuanmu telah pergi dan tak kembali lagi," ceracau Robert dengan senyum sinisnya. Itulah akibatnya jadi istri yang selalu mengkhianati suami! Koro melolong lirih antara mengerti dan tidak, dan bertanya dalam hati," Apa yang telah dilakukan oleh mantan majikan laki-lakiku ini? Dilihatnya tubuh yang menjauh dari pandangannya dengan rasa penuh tanda tanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun