Salahku dulu mengapa kerjaannya main melulu. Tak pernah mau membantu ibu. Mungkin juga karena sifatku yang tomboi, jadi untuk urusan masak memasak tak pernah suka. Bukan berarti memasak air harus gosong, atau memarut kelapa selalu terluka. Kini, setelah ibu pergi dan aku menikah, memasak itu harus. Tak mungkin aku setiap hari harus membeli masakan matang. Tentu saja akan mendapatkan protes dari suami. Aku bisa masak kok meski tak se-MAKNYUS kata Pak Bondan Presenter sebuah acara kuliner. Kadang, terkadang sih kalau aku memasak sepenuh hati pasti akan merasa lega kalau melihat hidangan pada habis semua. Tak jarang terbuang percuma, bila kulakukan asal-asalan. Masalahnya kini, saya ingin kembali merasakan makanan bikinan ibu. Walau dengan membeli di pasar, jenis makanan itu pasti ada. Tapi tetap tak sama dengan buatan ibuku. MADUMONGSO dan KARAMEL! Bisa saja aku mencari resepnya di google atau minta sama teman-temanku yang jago bikin kue, tapi pasti feelnya beda. Ini yang ku sesali sekarang, mengapa dulu tak  pernah kuperhatikan cara ibuku memasak, tak pernah ku tanya apa saja bahannya. Tahunya hanya pas baru diangkat dari oven, selalu ku minta kulit karamel yang lengket pada loyang. Oh ibu...mengapa dirimu tak pernah menyimpan resepmu di buku. Semua menempel dalam benakmu hingga kau bawa dalam matimu. Menyesalku tak pernah bertanya padamu. Malah cuma jadi penganggu kala itu. Kini yang kulakukan hanyalah menggigit kuku sambil mengingat-ingat rasa makanan buatanmu. Oh...menyesalnya aku!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H