Implementasi Kurikulum Merdeka dalam satuan pendidikan memang menjadi harapan besar bagi  Kemdikbudristek untuk menumbuhkan iklim pembelajaran yang kondusif dan saling bersinergi dalam proses pembelajaran. Sistem pendidikan menggunakan Kurikulum Merdeka, dengan tagline Semarak Merdeka Belajar, memang memberikan kebebasan dan kemandirian pada siswa dalam menentukan pendidikan sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Salah satu bidang pembelajaran yang sangat relate dengan kondisi sekarang adalah perhatian kita akan kelestarian alam. Seperti yang kita ketahui bahwa alam kita sudah rusak oleh beberapa perilaku manusia yang sangat tidak ramah lingkungan. Musibah banjir yang melanda, selain karena curah hujan yang tinggi juga disebabkan oleh kondisi hutan kita yang sudah gundul. Dibidang pertanian misalnya, masalah yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida berlebih juga patut kita perhatikan. Dampak negatif yang timbul tidak hanya dirasakan oleh manusia tetapi juga berdampak pada lingkungan, misalnya munculnya hama dan penyakit, menghilangnya plasma nutfah, punahnya predator dalam ekosistem dan organisme penganggu tanaman menjadi resisten.
Pemerintah sudah berusaha memperkecil dampak negatif dari penggunaan pestisida yang berlebih itu dengan mencari solusi dan menganjurkan ke masyarakat agar kembali menggunakan bahan alami serta musuh alami dari organisme penganggu tanaman agar keseimbangan ekosistem dapat kembali. Tentu hal ini harus mendapat dukungan besar dari kalangan masyarakat utamanya para pelajar dan tenaga pendidik. Salah satu cara yang biasa diterapkan dalam pembelajaran disekolah misalnya dengan pelatihan hidroponik sederhana yang bisa diterapkan di sekolah dan dirumah.
Sistem pertanian hidroponik  adalah sistem bercocok tanam menggunakan media air sebagai media tanam menggantikan tanah. Yang biasanya ditanam menggunakan sistem ini adalah tanaman sayur dan buah seperti sawi-sawian, selada, kangkung, bayam, tomat, cabe, melon, dan lainnya. Beberapa jenis nutrisi yang dipakai untuk tanaman yang ditanam secara hidroponik adalah seperti menggunakan pupuk yang berasal dari hewani atau menggunakan pupuk kimia seperti urea. Penggunaan nutrisi yang menggunakan unsur kimiawi masih tertakar jumlahnya dan dilarutkan ke dalam air dan selanjutnya disalurkan ke instalasi hidroponik. Pembuatan modul hidroponik bisa dilakukan dengan cara modern maupun menggunakan sistem sederhana yang low budget. Kita bisa memanfaatkan barang bekas yang ada disekitar kita misalnya bekas gelas dan botol air mineral, pipa paralon bekas, wadah plastik, kaleng bekas, dan lainnya. Pembelajaran diluar kelas dan dirumah dengan mengoptimalkan bahan yang ada merupakan salah satu pilihan Implementasi Kurikulum Merdeka secara mandiri yaitu Merdeka Berbagi. Proses pembelajaran ini nantinya melibatkan siswa dan guru tentunya, tetapi tidak menutup kemungkinan ada peran serta orang tua jika pembelajaran itu dilakukan di rumah masing-masing. Bertanam hidroponik mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, diantaranya :
Kelebihan :
- Sayuran dan buah yang dihasilkan dalam kondisi bersih dari kotoran tanah, lebih sehat, dan bebas pestisida.
- Tidak memerlukan lahan yang luas.
- Tidak tergantung dnegan iklim dan kondisi tanah.
- Tingkat pertumbuhan lebih cepat.
- Harga jual yang relatif tinggi.
Kekurangan :
- Membutuhkan modal besar untuk membuat modul hidroponik modern.
- Jika konsumsi listrik tidak ada, tanaman akan mati bersamaan dalam satu modul (jika menggunakan sistem NFT dan DFT menggunakan pompa kecil).
- Persaingan usaha yang tinggi.
- Butuh perhatian ekstra dan pengetahuan yang baik tentang kebutuhan nutrisi hidroponik.
Untuk memulai pembuatan sistem hidroponik, kita perlu menyiapkan bahan-bahan terlebih dahulu diantaranya bahan tempat semai benih, wadah untuk bibit tanaman (netpot atau gelas mineral bekas), bak nutrisi, benih tanaman (sayur atau buah), nutrisi hidroponik, pompa akuarium (jika menggunakan modul DFT dan NFT modern) dan alat ukur (pH meter dan TDS meter). Bercocok tanam dengan metode ini melalui beberapa tahapan, yaitu : tahap persemaian benih, pembibitan, pindah tanam ke modul hidroponik, perawatan tanaman remaja, perawatan tanaman dewasa, dan panen.
Masa panen dari tanaman itu berbeda-beda setiap jenisnya. Untuk tanaman sayur seperti bayam dan kangkung bisa dipanen saat mencapai usia 3 hss (hari setelah semai). Sedangkan jenis sawi-sawian atau selada biasanya dipanen mulai dari usia 30 hss sampai 46 hss (tergantung kebutuhan). Dengan kualitas tanaman yang jauh lebih baik, juga tampilannya yang bersih, membuat tanaman hidroponik mempunyai nilai jual yang lebih tinggi dibanding sayuran yang ditanam di lahan tanah biasa. Anak-anak yang terlibat dalam project ini akan belajar banyak hal, mulai dengan cara menyemai benih, mengukur nutrisi tanaman, merawat tanaman dari hama yang datang, memanen dan menjual hasil panen. Kegiatan ini juga bisa dilakukan kolaborasi dengan tim lain misalnya ada tim TIK yang biasanya dilatih untuk membuat website yang akan digunakan untuk publikasi kegiatan, usaha, dan penjualan.
Dalam satu praktik saja, mereka bisa belajar banyak hal. Mulai dari bidang science, management waktu, pemasaran, menghitung HPP atau laba penjualan, dan juga belajar menjadi pemasar yang baik. Menyenangkan sekali model pembelajaran implementasi dari kurikulum merdeka yang senantiasa membawa anak untuk berpikir kritis dan menganalisa suatu persoalan hingga tercapai sebuah solusi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H