Mohon tunggu...
Novie Rompis
Novie Rompis Mohon Tunggu... Guru - Mendidik dan mengajar dengan hati

Guru yang peduli pada masa depan murid-nya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Promosi

23 Maret 2022   10:50 Diperbarui: 23 Maret 2022   11:31 1378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

(Sebuah refleksi dari Program Pendidikan Guru Penggerak, pengelolaan program yang berdampak pada murid)

Ada hal menarik yang saya temui ketika mulai mempelajari materi pengelolaan program yang berdampak pada murid. Hal yang menarik itu terletak pada tantangan untuk menciptakan eksosistem yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Visi terutama yang diharapkan adalah murid dapat melakukan pembelajaran secara mandiri, mampu mengembangkan bakat-minat dan potensi sendiri, menjadi pribadi otentik sesuai dengan kodratnya. Ini sesuai dengan visi mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Untuk mewujudkan visi itu, guru mengemban peran istimewa. Keistimewaan peran guru terletak pada memusatkan murid untuk penyusunan-penyusunan program kegiatan, entah intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler. Sangat menarik karena guru harus bertolak dari keyakinan bahwa murid tidak sekedar mampu bekerja dengan tuntunan instruksi guru saja.

Guru harus memegang keyakinan baru bahwa murid juga secara natural adalah seorang pengamat, penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu atau minat terhadap berbagai hal. Bahwa murid memiliki kemampuan untuk berinteraksi, memenuhi rasa ingin tahu, belajar dengan pengalaman dan melakukan refleksi sendiri. Artinya murid memiliki kemampuan untuk melakukan pembelajaran secara mandiri. Konsep lama bahwa "tanpa guru, murid tak berdaya" harus ditinggalkan oleh guru. Guru bukan yang terutama dalam pembelajaran. Yang terutama adalah murid. Dan harus ada pengakuan bahwa murid memiliki kapasitas untuk auto belajar.

Proses perubahan cara pikir harus terjadi pada setiap guru. Guru mestinya menanggalkan cara pikir lama yang melihat murid sebagai objek tak berdaya jika tidak dibantu oleh orang dewasa (guru atau orang tua). Ini adalah hal yang mengejutkan saya ketika mengeksplorasi materi tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid. Sangat mengejutkan saya karena ternyata murid perlu dilibatkan pada usaha belajar mereka. Apabila selama ini guru saja yang menentukan apa yang perlu dipelajari murid, bagaimana caranya, dan murid tidak perlu berperan dalam proses penentuan keputusan itu, maka sekarang harus digeser menjadi proses "student agency".

Ada hal baru yang berubah pada pemikiran saya sesudah memahami materi ini. Saya memahami bahwa tugas saya adalah menciptakan ekosistem belajar yang dibutuhkan oleh murid agar mereka bisa menumbuhkan kepemimpinan mereka dalam proses belajar. Saya memahami bahwa peran saya bukan untuk "mengontol" semua aktivitas atau proses belajar murid. Saya tidak boleh "menjajah" murid dengan menentukan apa yang seharusnya mereka pelajari dan juga bagaimana mereka mempelajarinya. Saya harus mengusahakan kemerdekaan murid dengan menciptakan kondisi dimana mereka bisa menentukan sendiri apa yang mereka mau pelajari dan dengan cara bagaimana mereka akan mempelajarinya.

Materi-materi yang disampaikan melalui modul ini sangat baik dan tepat untuk diimplementasikan pada pembelajaran-pembelajaran zaman sekarang. Namun demikian, masih tertinggal tantangan yang besar menurut saya. Tantangan yang utama ada pada ekosistem sekolah sendiri. Bahwa tidak semua guru memiliki pemahaman seperti materi-materi yang disampaikan dalam modul ini. Apalagi pemahaman-pemahaman lama masih menjiwai "guru-guru senior" yang mengandalkan senioritas mereka sebagai modal bahwa mereka memiliki pengalaman lebih. Menerapkan gagasan-gagasan baik dan baru seperti yang disajikan pada modul ini perlu kerja keras dan kerja cerdas.

Tantangan itu sekilas meninggalkan kesan bahwa akan sulit diimplementasikan. Namun demikian, ada peluang bahwa penyusunan program yang berdampak pada murid di sekolah dapat direalisasikan dengan dukungan-dukungan yang ada. Ada dukungan yang bisa membantu penerapan semua gagasan baik itu. Sumber dukungan terutama ada pada murid sendiri.

Bahwa murid menyadari dengan dilibatkannya mereka pada penyusunan program, murid merasa makin dihargai dan didukung untuk berkembang. Pengalaman dan perasaan murid yang demikian menjadi dukungan berharga juga bagi guru untuk mengembangkan lebih banyak lagi program-program yang berdampak bagi murid. Selain itu pula, masih ada sumber dukungan lain yakni dari asset-asset berharga di sekolah. Asset yang terutama adalah asset sosial. Komunitas praktisi akan menjadi sumber dukungan terutama bagi keberhasilan implementasi gagasan baik itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun