Mohon tunggu...
Novi Erisa
Novi Erisa Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Full time dreamer. \r\nA mother. \r\nNot a blogger, just a digital archive-er.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sisi Lain Proses Belajar

21 Juli 2011   07:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:30 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tidak lagi menjadi barang mewah (mungkin) dikalangan orang kota, dimana komputer sudah menjadi kebutuhan dan internet dapat dengan mudah diakses. Dan bukan hal baru juga, jika isu ini masih tetap menjadi barang 'wah' bagi desa.

Jangankan bermimpi untuk punya komputer atau akses internet 24 jam, bahkan jaringan kabel telepon pun belum semua desa terjangkau. Tidak sedikit desa yang harus menempuh perjalanan sekitar 30 - 40 KM atau bahkan lebih, hanya untuk mencari sinyal atau warung telepon (wartel) agar dapat berkomunikasi dengan kerabat atau sekedar mencari informasi di warung internet (warnet) terdekat.

Namun, kondisi itu tidak menjadikan mereka berkecil hati. Mereka tetap memiliki semangat yang luar biasa untuk terus belajar dan menghilangkan momok desa yang "ndeso". Membuktikan bahwa desa juga bisa maju seperti orang-orang yang hidup di perkotaan yang-konon-katanya melek teknologi itu. Walau mungkin pada kenyataannya, tidak sedikit orang kota yang 'gaptek', namun tertutupi dengan fasilitas melimpah.

Fasilitas yang mungkin tidak lagi memiliki arti di kalangan berpunya, akan menjadi sangat berharga ketika kita memberikannya kepada orang yang tepat. Ilmu itu milik semua orang. Jika ada kemauan, tidak harus hidup di daerah perkotaan, atau merasakan bangku kuliah dulu untuk mendapatkan ilmu. Seperti kata pepatah: Dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Itu yang saya dapat!

Bisa melihat dan merasakan langsung antusiasme desa ketika ada program pembangunan desa yang datang baik dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat lokal maupun internasional, serta organisasi masyarakat sipil lainnya, membuat  saya bersyukur dan beruntung bisa bertemu dengan komunitas-komunitas yang luar biasa ini, mulai dari paguyuban petani, pemerintah desa, kelompok koperasi wanita, dan lainnya. Bisa bertukar pikiran dan berbagi pengalaman dengan orang-orang hebat ini adalah pengalaman yang tak dapat dinilai dan tak digantikan oleh apapun.

Saya belajar banyak hal tentang hidup dari mereka. Teori ilmu sosial yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah yang berlatarbelakang teknik informatika, saya dapatkan disini, walau mungkin dengan porsi yang berbeda.

Ah, andai saja semua desa di Indonesia memiliki semangat dan keinginan yang sama mulianya dengan desa-desa dampingan yang pernah saya singgahi, mungkin letak geografis dan jarak tidak akan menjadi masalah dan tidak ada lagi kesenjangan antara desa dan kota. :)

--
Novi

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun