Mohon tunggu...
Novi Erisa
Novi Erisa Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Full time dreamer. \r\nA mother. \r\nNot a blogger, just a digital archive-er.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komputer bagi Anak, Musuh Atau Teman?

9 Oktober 2011   04:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:10 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

When computer become a good friend, everything seems to go wrong at once.. Terkadang perasaan itu muncul ketika sadar anak saya yang baru berumur 5 tahun sudah sangat lancar menggoperasikan, menghidupkan laptop, memasukkan password yang saya setting, membuka aplikasi office untuk menulis, aplikasi grafis sederhana, sampai membuka browser dan menggetikkan kata “games” di mesin pencari Google. Tidak hanya pandai menggunakan komputer dengan system operasi Windows, tapi juga linux ubuntu yang memang pegangan saya sehari-hari. Naya memang sudah saya kenalkan dengan komputer bahkan sejak ia masih berada dalam kandungan. Saya yang berlatang belakang informatika menghabiskan sebagian hari saya di depan komputer, selain karena tuntutan pekerjaan juga sudah seperti kebutuhan yang tak lengkap rasanya jika tidak duduk di depannya. Seperti anak-anak lainnya, dia senang menggambar, mewarnai dan menulis di atas kertas. Penggunaan kertas dan buku sebagai media bereksplorasinya juga tidak saya tinggalkan. Intensitasnya menggambar atau menulis di atas kertas tentu jauh lebih banyak di banding menggunakan komputer. Saya selalu membatasi penggunaan komputer padanya. Yang saya ijinkan hanya menggunakan aplikasi office untuk menulis, yang karena dia senang bercerita, saya gunakan moment ini untuk mengajaknya menuangkan cerita dan menulisnya di office agar dapat disimpan dan dijadikan buku cerita karangannya sendiri nantinya. Selain itu, saya juga mengajarkan dia menggunakan dengan aplikasi “paint” yang ada di windows atau “GIMP” dan “INKSCAPE” di Linux Ubuntu untuk menggambar apa yang ia suka. Untuk paint, yang saya ajarkan adalah tools “pencil” untuk menggambar dan “fill with color” untuk mem-blok atau mewarnai gambar. Karena memang sedikit toolsnya dan pemakaiannya lebih gampang, tools lainnya dia belajar secara otodidak sampai bisa menggunakannya dengan lancar. Lancar yang saya artikan disini sesuai dengan umurnya, 5 tahun. Bangga? Jika melihat hasil ini, tentu saya akan menjawab IYA! Gambar di atas merupakan halaman pertama dari cerita yang disedang dikarangnya sendiri berjudul judul “Kupu yang baik hati”. Dan, gambar di bawah ini adalah halaman kedua. berlokasi di pantai, dengan laut berwarna biru dan pasir =)) Si kupu sedang di ajak berkenalan oleh si lebah. Sebelum ia melukis gambar tersebut, saya menawarkan padanya untuk menulis dan menggambar ceritanya terlebih dahulu di kertas dengan tulisan tangannya, baru kemudian di gambar di laptop. Saya tidak menyesal sudah mengenalkan komputer padanya. Mengajarkan cara memegang mouse yang benar, mengenalkan abjad dan angka dengan keyboard, dan lainnya. Melihat pertumbuhannya sekarang, rasa bangga itu terkadang berubah saya jadi rasa khawatir akan dampak negatif jika salah mengarahkannya. Kehawatiran itu muncul ketika tahu dia sudah mahir membuka browser dan mengetikkan kata “games” dan mesin pencari itu pun membawanya ke salah satu situs games online. Dengan lagak seperti sudah sangat mahir, dia memilih games yang disuka dan memainkannya. SHOCK! Saya benar-benar shock ketika sadar dia sudah mengenal games online. Jika saja permainan yang dimainkan itu adalah sejenis Bejeweled Blitz saya tidak akan se-shock itu! Kenyataannya, ia memainkan games orang-orangan, yang lebih cocok untuk orang dewasa! *tepokjidat*. Usut punya usut, ternyata Ini didapat dari seorang teman main setiap sore dan hari libur, yang hanya selisih 1 tahun di atasnya. Oh Tuhan! Dia memang sudah kenal dengan internet karena saya yang mengenalkannya untuk belajar bahasa Inggris di situs ixl.com. Tidak, saya tidak memaksa dia untuk belajar. Ini murni atas permintaannya sendiri, karena ia begitu terobsesi ingin pintar bahasa inggris. Dia ingin ke Inggris untuk melihat Kerajaan Inggris serta ke menara Eiffel, yang dipercayainya adalah tempat tinggal Rapunzel. Hahaa.. Kalo ini kerjaan bapaknya. Puter otak, dan berusaha menjelaskan sebaik-baiknya bahaya games itu untuk usianya dengan bahasa yang tentunya bisa dimengerti olehnya. Penggantinya pun, saya kenalkan dengan situs-situs anak yang basisnya bermain tapi juga edukatif. Selain itu, intensitas dia main ke rumah temannya juga saya kurangi dan saya mengakalinya dengan mengajak temannya untuk bermain di rumah. Jika dia harus bermain ke rumah temannya, saya bekali dengan nasehat untuk tidak bermain komputer dan dia hanya boleh bermain komputer dibawah dampingan saya. Alhamdulillah, cara itu sejauh ini berhasil. Memilih media untuk alat bantu belajar anak itu sangat penting. Saya pribadi menilai mengenalkan anak dengan komputer itu tidak salah, malah justru sebaliknya tapi dengan catatan harus selalu di bawah pengawasan orang tua dan membatasi waktu di depan komputer jangan sampai kecanduan. Jika pengarahan diberikan dengan benar, komputer bisa menjadi teman yang baik bagi anak.Saya hanya memberi ijin anak saya memakai komputer untuk satu aktifitas. Misal, jika ia ingin menggambar dikomputer, saya hanya mengijinkannya untuk memakai komputer untuk menggambar satu gambar saja, setelah itu tidak. Semoga tindakan yang saya lakukan ini benar.. Mengingat rasa ingin tahu anak-anak yang begitu tinggi, para orang tua juga harus bijak memilih media dan harus pintar menjawab pertanyaan kritis yang dilontarkan. Selain itu, mengetahui kegiatan anak sehari-hari itu juga wajib. :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun