Mohon tunggu...
Pendidikan

Tantangan Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi

26 Mei 2015   10:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:35 1607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Era globalisasi memiliki pengaruh atas kelangsungan seluruh aspek perkembangan khususnya dalam pendidikan islam. Pendidikan islam yang memiliki peranan secara dinamis dan proaktif. Kehadirannya ini diharapkan mampu memberikan perubahan dan kontribusi yang nyata terhadap perbaikan umat islam. Pendidikan islam tidak hanya sekedar menanamkan nilai-nilai moral serta akhlak yang berdasarkan Al-Quran dan hadis untuk membentengi diri agar tidak terperosok dalam negatif globalisasi, tetapi juga memiliki peranan yang penting adalah bagaimana nilai-nilai moral yang ditanamkan pendidikan islam tersebut mampu berperan sebagai panduan dalam berbagai aspek kehidupan.

Peranan penting pendidikan islam adalah bagaimana nilai-nilai moral yang telah ditanamkan oleh pendidik islam tersebut mampu berperan sebagai kekuatan pembebasan dari impitan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan sosial budaya dan ekonomi.

Dalam hal ini ada berbagai persoalan yang saat ini tengah dihadapi pendidikan agama islam, diantara persoalan tersebut adalah

  1. 1 Krisis Moral- Akhlak

Banyak sekali kenyataan merosotnya akhlak sebagian besar terjadi pada bangsa ini, tentunya para pendidik agama seperti para guru agama, dan para intelektual-intelektual agama untuk menyikapi dan bertanggung jawab untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pendidikan agama islam agar mampu mengatasi kemerosotan moral-akhlak. Pendidikan islam merupakan suatu pengajarkan yang memiliki tujuan untuk menjadikan perubahan pada diri individu. Perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan menuju ke arah yang positif yang berpedoman kepada Al-Quran dan Hadist. Biasanya di sekolah formal terdapat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Apabila tujuan awal ini tidak bisa berjalan dengan baik tidak sepenuhnya salah pada pendidikan formal. Akan tetapi, banyak juga juga faktor yang berperan dalam menunjang keberhasilan pembentukan Akhlak.

Sebagai contoh, ada seorang anak yang di rumah mendapatkan pendidikan yang baik karena kebetulan bapak dan ibunya guru. Namun, di luar rumah, dia memiliki kawan yang nakal, yang sering mengajaknya main judi dan melihat film porno. Kalau mereka kebetulan mereka menang judi, mereka bersenang-senang ke tempat mesum. Bapak ibunya tidak tahu kelakuan anaknya yang sesungguhnya. Keberhasilan pendidik tidak dapat diandalkan pada pendidikan formal di sekolah itu saja, tetapi juga diharapkan adanya sinkronisasi dengan pendidikan di luar sekolah, yaitu pendidikan dalam keluarga dan masyarakat. (Abdul Majid, 2012: 27)

Pendidikan dalam keluarga dan masyarakan memiliki peranan yang paling besar dalam pembuatan moral-akhlak pada suatu individu. Ini karena di dalam pendidikan keluarga sejak usia dini seorang ibu dan bapaklah yang menjadi guru untuk pertama kalinya. Mulai dari belajar berjalan, bicara hingga sampai mengajarkan pengenalan terhadap Allah. Biasanya seorang anak akan mengikuti semua tingkah laku yang di lakukan oleh kedua orang tua. Apabila orang tua memiliki akhlak yang baik kemungkinan besar si Anak juga akan memiliki akhlak yang baik dan ini berlaku hal yang sebaliknya.

Lingkungan masyarakat juga tidak kalah penting dengan keluarga. Kehidupan kedua yang akan dilakukan individu baru adalah bermasyarakat. Di dalam lingkungan bermasyarakat banyak sekali latar belakang dangan watak yang berbeda-beda. Contoh lingkungan yang ada pada masyarakat ada yang bersifat islami seperti lingkungan pesantren, lingkungan masyarakat yang suka minum-minuman keras, judi dan lain-lain. Dan tentunya masih banyak lagi jenis-jenis masyarakat.

Pengaruh faktor luar sekolah terhadap pendidikan ini merupakan masalah yang serius dewasa ini. Misalnya, para siswa di sekolah didik menjadi anak yang jujur, tapi kenyataan dalam masyarakat, mereka menjumpai perilaku suap-menyuapdan korupsi merajalela. Disekolah mereka didik berbusana sopan dan menjauhi minuman keras, tetapi dalam tanyangan televisi ataupun perilaku turis asing yang datang ke Indonesia banyak yang berpakaian mempertontonkan aurat dan meminum-minuman keras.( Abdul Majid,2012 :27)

Perlu disadari, bahwa kemerosotan moral-akhlak ini disalahkan sepenuhnya terhadap pelaksanaan pendidikan agama di sekolah yang kurang berhasil. Banyak sekali faktor-faktor yang perperan juga dalam kemerosotan moral-akhlak di era globalisasi ini, seperti pengaruh globalisasi, krisis ekonomi, sosial, politik, budaya dan lain-lain. Sebagai contoh, karena terjadinya krisis ekonomi menyebabkan seseorang untuk menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Akhirnya mereka mencuri, korupsi dan lain-lain. Pengaruh globalisasi salah satunya adalah gaya hidup mewah. Sehingga merekaberlomba-lomba untuk menjadi yang paling unggul dalam bermegah-megahan. Contoh ini adalah ketika buruh ingin memiliki motor keluaran terbaru, dia hingga rela melakukan operasi begal untuk mendapatkan motor yang ia inginkan.

Kiranya perlu disadari pula bahwa merebaknya kenakalan remaja, perkelahian antar pelajar terutama di kota-kota besar, munculnya “premanisme dan berbagai bentuk kejahatan lainnya merupakan tantangan pari para pendidik, tokoh masyarakat, guru agama, dan kita semua.

  1. 2. Disoriensasi Fungsi Keluarga

Sudah diketahui bahawa keluarga adalah pendidikan utama, akan tetapi saat ini sudah berubah dengan era globalisasi. Fungsi utama yang ada pada keluarga kini seolah menjadi bergeser pada lingkungan sekolah dan masyarakat.

Saat ini, sudah banyak berdiri tempat-tempat penitipan anak atau bayi. Jasa-jasa seperti ini biasanya digunakan oleh sebuah keluarga yang sibuk. Ibu yang pada awalnya adalah “madrosatul ula” kini telah banyak yang menjadi wanita karir. Sehingga, hal ini seorang anak menjadi korban. Tidak mendapatkan kasih sayang, perhatian, tingkat kedekatan.Tidak jarang pada anak-anak ini melampiaskan kekecewaan dilingkungan luar. Tidak jarang bagi mereka terjerumus kedalam hal-hal yang negatif dan kadang orang tua ini menyalahkan kepada pihak sekolah yang tidak mampu mendidik anak mereka. Terlebih lagi Pendidikan Islam.

  1. 3.Lemahnya Learning Society

Seiring dengan era globalisasi ini , sikap individu semakin menguat dan gaya interaksi antar individuntersebut sangat fungsional. Hal tersebut telah berakibat pada lemahnya peran serta masyarakat dalam pembelajaran di lingkungan keluarga. Learning society secara praktik sudah dilakukan oleh masyarakat indonesia, meskipun belum secara maksimal- secara konsep masih meraba-raba.dalam bartasan ini, yang dimaksud dengan learning society adalah pemberdayaan peran masyarakat dalam keluarga dalam bidang pendidikan agama. Selama ini peran pendidikan formal, dalam arti sekolah, yang baru mendapatkan perhatian. Sementara pendidikan non formal dan informal di Indonesia belum mendapatkan perhatian, hanya dalam porsi yang sedikit.

  1. 4. Menguatkan Paham Sekuler dan Liberal

Dua hal ini merupakan tantangan yang cukup serius. Krdua paham tersebut tak jarang masyarakat. Sekularisme adalah sebuah gerakan yang menyeru ke kehidupan duniawi tanpa campur tangan agama. Ini berarti pada aspek politik dan pemerintahan juga harus sekedar pada sekularusme. Sementara liberalisme adalah paham kebebasan dalam memahami syariat, yaitu dengan melakukan perubahan metodologi ijtihad yang menekankan aspek konstektual historis, rasio sehingga hukum islam menjadi relatif dan tidak ada kepastian. Padahal agama merupakan agama wahyu, selama ini diyakini sebagai agama yang universal dan integral (Shaalihun likulli zaman wa makan). Mempunyai pandangan yang serasi antara akal dan wahyu, mengambil jalan tengah dalam setiap persoalan (manhaj al-wustho). (Abdul Majid, 2012: 28)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun