Mohon tunggu...
Novie Dwi Niafitri
Novie Dwi Niafitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Sosiologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Assalamu'alaikum, saya merupakan Mahasiswi Sosiologi semester 3. Saya tertarik mengenai hal yang berkaitan dengan kegiatan sosial dan agama Islam.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Teori Labelling: Howard S. Becker

27 Desember 2023   21:52 Diperbarui: 27 Desember 2023   22:44 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kehidupan saya selama bapak saya menjabat menjadi kepala dusun, menjadikan munculnya sebutan "anake pak dukuh" melekat pada diri saya. Saya rasa masyarakat luas mengartikan sebutan tersebut sebagai seseorang yang disegani dan dapat dijadikan contoh baik dalam segala hal. Harapan yang disandarkan melalui sebutan tersebut terlalu tinggi. Masyarakat menjadikannya sebagai patokan atau tolak ukur contoh bagi warga yang lainnya. Hal tersebut kerap kali menjadi sorotan.

Beberapa kali dalam acara dusun seperti acara tujuh belas agustus, atau acara ramadhan pastinya akan dilakukan pembentukan kepanitiaan. Nah, saat pembentukan kepanitiaan pasti ada saja yang kemudian mengajukan saya dengan alasan karena anaknya pak dukuh. Padahal jika ditinjau kembali masih banyak orang yang mempunyai potensi lebih dibandingkan dengan diri saya. Hal tersebut kerap menjadi pertanyaan besar bagi diri saya, kenapa orang-orang mengajukan saya terus menerus. Bagi beberapa pihak menganggap saya pasti bisa dengan mudah mengurusi kegiatan-kegiatan tersebut karena di backing langsung oleh bapak dukuh. Dan pastinya kalau ada hal-hal mendesak antara kepanitiaan dengan bapak dukuh akan lebih mudah teratasi melalui perantara saya. Tetapi menurut saya hal-hal tersebut terlalu memberatkan bagi salah satu pihak yaitu pihak yang mendapat cap tersebut. Karena dengan pelabelan menjadikan saya kehilangan jati diri dan selalu berusaha tampak sempurna dalam  kepanitiaan maupun di mata masyarakat luas. Dan apabila terdapat suatu kesalahan saya maka hal tersebut yang akan menjadi sorotan besar dan muncul anggapan-anggapan "anake pak dukuh kok ngene", "ora keno dadi conto apik nggo liane", dll.

Kisah ini saya rasa relevan dengan teori labelling yang dikemukakan oleh Howard S Becker. Howard S Becker merupakan seorang sosiolog asal Amerika kelahiran 18 April 1928 dan meninggal pada 16 Agustus 2023 di San Francisco. Beliau merupakan sosiolog yang terkenal dengan studinya mengenai pekerjaan, pendidikan, penyimpangan, dan seni.

Becker mendasarkan teori pelabelan pada gagasan bahwa seorang penyimpang sosial bukanlah individu yang inheren menyimpang, melainkan ia melakukan penyimpangan karena telah diberikan julukan atau cap tersebut. Sedangkan Labelling menurut Edwin M. Lemert seorang melakukan penyimpangan karena suatu proses pemberian label atau penggunaan nama julukan, cap, label yang diberikan oleh komunitas/ masyarakat pada individu. Terdapat pemikiran dasar teori pelabelan yaitu pemikiran bahwa individu disebut sebagai yang berbeda dan bagaimana individu diperlakukan berbeda dan menjadi berbeda. Seperti penerapan cap "seorang anak bandel, akan susah diatur", atau "sebutan bagi anak bodoh dan diperlakukan sebagai orang bodoh". Hal tesebut menjadi dasar bahwa seseorang yang diberikan label akan cenderung bertingkah laku sesuai apa yang dilabelkan, sehingga individu tersebut akan mengikuti cap yang diberikan padanya.

Sumber : Asiyah Jamilah, dkk, "Pengaruh Labelling Negatif Terhadap Kenakalan Remaja", vol. 14, 2020. (DOI: 10.16675/adliya.v14i1.8496).

Aletha rabbani, artikel "Teori Labeling Howard S. Becker"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun