Mohon tunggu...
Dwi Novi Artasari
Dwi Novi Artasari Mohon Tunggu... -

Be The Best

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kesukaan Anak pada Game

7 Oktober 2014   02:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:08 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saat ini banyak sekali anak-anak selalu asyik bermain game, dan mereka terkadang lebih memilih bermain game seharian tanpa beraktifitas apapun.bangun tidur yang pertama dicari adalah gadget atau Hp, sepulang sekolah juga seperti itu.  Mereka bisa marah-marah jika mereka diganggu saat bermain game. Dan apa yang sebenarnya membuat seperti ini? Bagaimana sebagai orang tua harus bersikap?
pernahkah kita bertanya secara spesifik kenapa anak dan remaja bahkan orang dewasa kecanduan game? Mungkin jawaban sederhananya adalah game itu mengasyikan dan seru-seru model permainannya. Sekilas jawabannya baik dan masuk akal. Tetapi yang berkembang belakangan ini game sudah lebih jauh dari sekedar seru dan asyik. Ada apa disana dan kenapa lebih asyik? Karena sekarang disana ada kehidupan dan dunianya sendiri, atau mudahnya ada “alamnya” sendiri.
Dan sebenarnya banyak diantara orang tua mengeluhkan hal ini. Tetapi terkadang merekalah yang memberikan fasilitas tersebut, serta mereka pula yang sering mengeluh ketika anaknya lebih memilih bertmain game dari pada berkumpul bersama.
Kita akan memcoba berada didalam alam dunia game, di alam ini kita yang bukan siapa-siapa bisa menjadi siapa-siapa. Maksudnya jika kita di dunia nyata kita adalah orang yang biasa, anak yang sekolahnya bermasalah dan kehidupan di dunia nyata bermasalah, bisa berubah total jika kita memainkan peran di alam Game. Misal anak kita yang sekolahnya bermasalah dengan nilai dan sikapnya, bisa saja di alam gamenya dia adalah seorang jagoan yang banyak menolong orang dan kuat serta dihargai. Dan ini bertolak belakang dengan dunia nyatanya bukan? Bahkan di dalam alam game atau dunia gamenya dia adalah seorang raja yang dihormati dan memilii banyak sekali kekayaan dan semua perintah dan keinginannya dapat dituruti.
Anak merasa bukan siapa-siapa di dunia nyata, tetapi dia adalah “Raja” atau orang yang berkuasa di alam gamenya. Dan ini nikmat baginya karena penghargaan dan penerimaan benar-benar dirasakan di alam game tersebut. Sedangkan di dunia nyatanya, dia tidak dihargai dan berbagai label tentang anak yang negatif sudah menumpuk pada dirinya. Mereka yang seakan menjadi pecundang di dunia nyata dan anak yang di “sia-sia”, bisa menjadi juara sejati di alam yang berbeda. Mereka mendapatkan penghargaan dan diterima, di elu-elukan merasa dibutuhkan, diinginkan dan itu semua berbeda dengan dunia yang nyata dalam kehidupannya.
Sebagai orangtua atau pemerhati tumbuh kembang anak ada baiknya kita memahami hal ini dan memberikan perlakuan yang berbeda kepada anak kita, terima dia apa adanya dan bantulah agar berprestasi dan buat dia menjadi anak yang luar biasa hebat dalam bidang yang dia sukai. Jika kita tidak mengambil tanggung jawab kita, maka sudah ada yang bisa mengambil alih dan kita tahu itulah game dan berbagai media sejenis yang siap menjadi guru dan pengaruh dalam kehidupannya. Kita bias mendampingi anak ketika main game dan mendekatinya dengan memberikan support.
Ada 5 tips yang akan bisa praktekkan dalam keseharian orang tua dan anak anda.
•    Sediakan waktu dan kebersamaan dengan anak lebih banyak, menemani anak di rumah. Jika kita sangat sibuk, aturlah sedemikian rupa. Anggap saja anak kita sedang “sakit” dan perlu ditemani.
•    Mengembangkan cara berkomunikasi yang lebih enak dan nyambung dengan anak.
•    Berusaha memahami kebutuhan anak, termasuk bahasa anak. Menyelami game-game yang dimainkan supaya bisa menjadi pintu masuk kita bicara dengan anak.
•    Rencanakan waktu untuk makan bersama dan rekreasi bersama. Saat ngobrol dengan remaja yang enak adalah saat situasi mereka juga enak, saat makan dan santai.
•    Jangan bicara apalagi dengan marah-marah kepada anak saat mereka sedang main game. Hal itu justru membuat mereka bertambah terluka. Berusaha bicara dengan menatap anak dengan kasih sayang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun