KERETA 'JO JAJAN'
"Jo jajan ojo jajan...jo jajan ojo jajan." Beginilah bude saya menirukan bunyi laju roda kereta di zaman tahun 80-an dulu yang beliau maknai, "Jangan jajan di kereta." Beliau percaya kalau makan di dalam kereta berpotensi mengotori tempat di mana kita duduk. Kita hanya ‘nyewa’ duduk sebentar, jadi harus dijaga supaya bersih.
Melaju ke tahun 90-an, kereta-kereta KAI juga masih tetap melaju kencang dan saya ketika itu mulai menjadi pengguna kereta KRL relasi Jakarta-Depok. Selain menjadi urat nadi transportasi warga Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi, KRL juga menjadi market place andalan bagi banyak pedagang asongan yang masih bisa berjualan di kereta pada era itu. Mereka menjajakan barang dagangan yang ringan dan mudah dibawa seperti keripik, kerupuk, minuman, makanan, buah, mainan, koran, rokok, permen, kacang, tisu, alat tulis, dan bahkan buku. "Akua...akua...cangcimen...tisu...tisu!"
Saya, jujurly, menikmati sekali keriuhan teriakan-teriakan mereka. Sementara orang lain mungkin akan merasa terganggu, saya justru bersyukur karena berkat suara-suara gaduh seperti itu saya jadi tidak mengantuk apa lagi jatuh tertidur betapa pun penat dan juga gerah yang saya rasakan di dalam KRL. Seandainya kita masih bisa mendengar lagi teriakan-teriakan pedagang asongan itu. Bisa nggak, ya?
Oh, ternyata bisa. Simsalabim! PT. KAI bisa mewujudkannya! Pada tahun 2023, tepatnya tanggal 29 September 2023, KAI memberangkatkan kereta khusus yang diberi nama 'Trip KLB Nostalgic Culinary' yang membawa penumpang dari Jakarta ke Jogja dengan mengangkat tema 'Nostalgia asongan di dalam kereta'.
Tentu saja, suara-suara yang diteriakkan tidak segaduh seperti suasana di KRL dulu dan barang dagangannya pun tidak seberagam barang-barang yang dijajakan pada tahun-tahun sembilan puluhan itu.
Betul, dulu saya tidak akan dengan gampangnya mengantuk di dalam KRL karena teriakan-teriakan para pedagang asongan. Namun, dengan tidak adanya lagi orang-orang berseliweran menjajakan dagangan, suasana di dalam kereta sekarang relatif sudah lebih tenang. Dan dengan kondisi gerbong komuter di era ini yang juga sejuk, nyaman, bersih dan cenderung tidak bising, saya malah jadi mudah ketiduran terutama karena dininabobokkan oleh goyangan kereta dan juga bunyi “gujes gujes...gujes gujes” dari roda kereta.
Dan insiden mengantuk sampai tertidur ini membuat saya jadi sering terlewat stasiun tujuan. Awal-awalnya bikin baper karena berarti saya harus pindah peron untuk mencapai kereta tujuan saya. Namun gara-gara kebiasaan mengantuk itu juga, saya jadi melek tempat-tempat makan enak di beberapa stasiun yang tersebar antara Depok-Kota-Depok. Mau ayam goreng? Ada. Kepingin bakmi? Silakan mampir. Roti rasa kopi dan donat juga ada gerainya. Tidak ketinggalan kedai-kedai kopinya.
Aroma seduhan kopi, wangi uap dari rebusan bakmi, harum menggiurkan dari ayam yang digoreng...semuanya ini membuat perjalanan berkereta saya yang jadi lebih panjang, karena ketiduran, lama-lama jadi sedikit meriangkan hati. Fasilitas gerai-gerai makanan dan minuman tersebut tentu saja dihadirkan KAI dengan harapan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk juga bisa berwisata kuliner sembari menikmati transportasi yang bersih dan tenang.