Meski bukan pakar literasi namun dari pengalaman selama ini saya mendapat banyak pelajaran yang mungkin akan bermanfaat jika dibagi. Ketika menulis sebuah artikel atau cerita fiksi ada beberapa hal yang bisa dijadikan rambu-rambu agar tulisan kita enak dibaca. Disini ada 9 point penting dalam menulis yang coba saya ungkap. Yuk, catat satu persatu!
- Pilihlah tema yang menarik. Jika tema yang kita pilih biasa-biasa saja atau sudah banyak dibahas, jangan khawatir. Kepiawaian dalam mengolahnya akan membuat tulisan itu tetap menarik untuk dibaca. Jadi pengemasannya yang harus dibuat bagus, mulai dari judul sampai ending.
- Fokuslah dalam menulis. Memang kadang kita begitu bernafsu untuk menulis banyak hal yang terkait dengan tema, namun sebenarnya itu tidak dibutuhkan. Hal ini akan membuat tulisan kita melebar kemana-mana. Pesan yang ingin kita sampaikan pun bisa gagal diterima pembaca karena fokus mereka berganda.
- Perkaya diksi kita. Diksi adalah kosa kata yang akan mewarnai isi tulisan kita. Banyak kosa kata yang ada dalam KBBI namun tak pernah kita ketahui sebelumnya. Maka perbanyaklah membaca untuk memperkaya diksi. Diksi tak hanya melulu soal kosa kata, tapi juga bagaimana menggabungkan kata yang satu dengan lainnya. Belajarlah membolak-balik padanan kata agar kita tahu mana yang paling ‘nonjok’ untuk digunakan.
- Perhatikan paragraf awal. Nah ini salah satu magnet yang harus dijadikan jebakan bagi pembaca. Jebakan untuk terus membaca hingga usai. Jadi paragraf awal itu harus dibuat semenarik mungkin. Kemudian dilanjutkan dengan paragraf-paragraf berikutnya yang terus mengikat rasa penasaran pembaca. Jangan sampai pembaca berhenti justru di paragraf awal. Itu gagal sebelum bertempur namanya hehehe…
- Khusus untuk fiksi, pastikan tokoh-tokohnya terbangun dengan karakter yang kuat hingga pembaca gak perlu mikir keras untuk mengingat sosoknya ketika muncul sosok-sosok yang lain. Karakter yang kuat itu tidak harus dengan menyekat mereka menggunakan suku Batak, Jawa, Minang yang memang sudah dari sononya berbeda. Justru kepiawaian kita harus ditunjukkan melalui karakter yang berbeda meskipun para tokoh itu keluar dari rahim yang sama.
- Setiap tulisan pasti memiliki konflik atau masalah yang ingin diangkat. Maka pastikan konflik (masalah) itu terbangun dengan wajar, tidak dibuat-buat dan terkesan lebay. Kemudian pastikan pula penyelesaiannya berjalan alamiah, tidak dipaksakan.
- Jika tulisan kita bermain dengan latar maka ciptakanlah latar yang menarik, unik serta tidak terkesan tempelan. Tempelan disini bisa diukur dari pentingnya keberadaan latar tersebut. Misalnya jika latarnya diganti atau dihilangkan, berpengaruh gak ke tulisan kita? Jika gak berpengaruh maka bisa dikatakan latarnya belum kuat atau tidak penting.
- Runutlah dalam menulis. Hal yang cukup memusingkan saat membaca adalah tidak runutnya sebuah tulisan terutama artikel. Kalau dalam fiksi ada pola flashback yang bisa digunakan. Dalam artikel pola ini tak begitu umum digunakan kecuali sekadar menulis bab Latar Belakang seperti dalam sebuah proposal. Namun secara umum, tulisan kita tetap harus runut. Jangan mencla-mencle hingga membuat pembaca perlu berpikir keras untuk kembali ke topik utama. Sebab sebuah artikel perlu pemahaman yang jelas dan cepat untuk menangkap maksud dan tujuannya.
- Jangan remehkan tanda baca. Nah, nah nah! Malas memperhatikan tanda baca? Yang penting tulisanmu bisa dibaca? Percayalah, orang pun malas membacanya! Kerapian dan kebenaran dalam penggunaan tanda baca akan sangat berpengaruh pada nilai tulisan kita. Jangan mentang-mentang nulis di media sosial dan blog pribadi, trus kita berpikir tanda baca tidak penting. Bahkan kesalahan dalam tanda baca bisa membuat orang salah paham dalam membaca, belum lagi yang migren karenanyaÂ
Nah, 9 point penting dalam menulis ini adalah hasil pengalaman saya sejak serius menulis di tahun 2002. Ketika 9 point itu sudah diterapkan, jangan lupa point ke-10. Loh kok gak digabung aja dengan 9 point di atas? Hehe, suka-suka saya dong (aslinya sih gaya-gayaan doang nih). Point ke-10 adalah membaca ulang tulisan kita. Tujuan utamanya adalah memperbaiki typo-typo dalam menulis serta hal-hal yang mungkin etrasa <– (contoh) janggal.
Itulah hal-hal umum yang semestinya sudah dikuasai luar kepala. Namun meskipun begitu, saya pun masih terus belajar memraktikkan kesembilan hal di atas. Masa belajar memang tak ada akhirnya, bukan? (NSR)
 Note: Artikel ini dipublikasikan juga dalam blog pribadi penulis (tintaperak.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H