Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau yang dikenal dengan KDRT adalah kasus yang sering muncul dan menjadi salah satu penyebab perceraian pasangan suami-istri dari dulu hingga sekarang. Kebanyakan korban berasal dari pihak wanita, banyak yang melapor dan menindaklanjuti kasus tersebut dan banyak pula yang mengalaminya tapi memilih bungkam. Apakah ini benar definisi bertahan tapi terluka namun berpisah semakin terluka?.
Korban yang memilih tidak melaporkan kekerasan sebagian besar bukan mempertahankan ikatan karena mereka masih memiliki rasa romantisme terhadap pasangan melainkan mereka berpikir bila melaporkan nya itu akan membawa lebih banyak dampak buruk daripada baik. Mereka berpikir bahwa melaporkan hal tersebut adalah sebuah hal yang memalukan. Rasa malu yang menciptakan cemoohan dari orang sekitar. Apalagi dalam pernikahan bukan hanya mengikat janji antara dua orang melainkan juga keluarga. Bagaimana korban akan menampakkan diri bila bertemu dengan salah satu pihak keluarga? Mereka akan malu, menyalahkan diri sendiri karena tak mampu bertahan, dan kemudian berakhir depresi.
Korban yang berhasil melewati masa tersebut sekali lagi akan dipandang sebagai sosok yang memprihatinkan, hidup dengan pandangan rasa kasihan dari orang lain. Yah, saling mengasihani juga merupakan salah satu bentuk simpati antar manusia dan itu tidaklah salah. Namun, seseorang yang hidup untuk dikasihani bukanlah suatu bentuk kehidupan yang diinginkan bukan?.
Kekerasan adalah suatu hal yang perlu ditindaklanjuti, korban yang berpikir untuk tetap bungkam karena berbagai alasan bukanlah pihak yang perlu disalahkan. Namun, ingatlah akan selalu ada sosok yang tulus disamping korban yang berharap korban akan selalu diliputi oleh kebahagiaan  apapun pilihan yang akan mereka ambil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H