Mohon tunggu...
Siti Nofiati
Siti Nofiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru biasa yang senang menulis hal hal yang luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebahagiaan Guru Melihat Progres Muridnya

22 Januari 2025   13:00 Diperbarui: 22 Januari 2025   13:00 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pernahkah kamu melihat binar mata seorang murid yang akhirnya memahami sesuatu yang awalnya terasa mustahil baginya? Sebagai seorang guru, itu adalah salah satu momen paling berharga, kebahagiaan kecil yang tidak bisa tergantikan. Ketika kita melihat progres kecil mereka, bukan hanya sekadar hasil akhir, itu menjadi pengingat bahwa usaha dan proses adalah segalanya.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa tantangan besar di dunia pendidikan saat ini adalah menghadapi murid yang semakin malas menulis. Mereka lebih tertarik menatap layar ponsel daripada mencoba menuangkan pikiran di atas kertas. Kadang, ini membuat kita sebagai guru merasa frustasi. Tetapi bukankah tugas kita bukan hanya mengajar? Kita di sini untuk menginspirasi.

Beberapa waktu lalu, saya memberikan tugas yang cukup menantang di kelas. Murid-murid saya diminta untuk mengidentifikasi fenomena geosfer dan menghubungkannya dengan kasus kebakaran di Los Angeles, Amerika Serikat. Tidak hanya itu, mereka juga diminta mengaitkan analisis mereka dengan ayat Al-Quran, lalu memberikan solusi kreatif untuk mengatasi fenomena tersebut. Sebagai tantangan tambahan, mereka harus menjawab dalam bahasa Inggris.

Ketika tugas ini disampaikan, raut wajah mereka seketika berubah. Ada yang tertegun, ada yang terlihat panik, dan beberapa langsung protes, "Bu, ini susah banget!" atau "Saya aja nggak bisa ngomong Inggris, gimana mau nulis?" Saya tersenyum. Dalam hati, saya tahu ini memang tugas yang sulit, tapi justru di sinilah letak pembelajaran itu.

Alhamdulillah.. akhirnya tugas itu selesai. Hasil yang saya dapatkan? Jujur saja, tidak semuanya sempurna. Bahasa Inggris mereka masih campur-campur dengan bahasa Indonesia. Ada yang hanya mampu menulis beberapa kalimat sederhana, ada yang kesulitan menghubungkan fenomena geosfer dengan ayat Al-Quran, dan solusi yang mereka tawarkan sebagian besar masih sangat sederhana.

Tetapi di balik semua kekurangan itu, saya melihat sesuatu yang jauh lebih berharga: keberanian untuk mencoba. Mereka yang biasanya enggan menulis, akhirnya mencoba menuangkan pikirannya. Mereka yang awalnya berkata "tidak bisa," akhirnya menyelesaikan tugas, meski dengan segala keterbatasan. Progres ini, sekecil apapun, adalah bukti dari usaha mereka. Salah satu murid saya menulis bahwa kebakaran di Los Angeles disebabkan oleh pergerakan angin panas yang masuk dalam sistem geosfer, lalu menghubungkannya dengan Surah Ar-Rum ayat 41, "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Solusi yang ia tawarkan adalah membangun zona hijau dengan tanaman tahan api di sekitar kota besar. Meskipun idenya sederhana, saya tersenyum membaca tulisannya. Ini adalah langkah besar untuk murid yang sebelumnya hampir tidak pernah menyelesaikan tugas menulis.

Sebagai guru, saya menyadari bahwa peran kita bukan sekadar memberikan nilai atau mengkritik hasil pekerjaan murid. Tugas kita adalah menghargai usaha mereka, sekecil apapun itu. Ketika seorang murid mencoba menjawab dalam bahasa Inggris meskipun kalimatnya masih tidak sempurna, kita perlu memberinya pujian. Ketika mereka berhasil menghubungkan ayat Al-Quran dengan fenomena dunia nyata, kita harus memberi apresiasi, meski penjelasannya belum mendalam. Karena pada akhirnya, yang terpenting bukanlah hasil akhir, tetapi keberanian mereka untuk mencoba dan belajar.

Kebahagiaan seorang guru sejati bukan berasal dari angka sempurna di lembar jawaban muridnya, tetapi dari melihat mereka terus berusaha untuk menjadi lebih baik. Setiap langkah kecil yang mereka ambil adalah cerita besar tentang semangat belajar, keberanian menghadapi tantangan, dan kemauan untuk tumbuh.

Hari ini, saya tersenyum saat melihat murid-murid saya mencoba menulis, meski dengan bahasa sederhana. Saya tahu, mereka sedang menulis masa depan mereka sendiri. Dan itu, bagi saya, adalah kebahagiaan sejati seorang guru.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun