Mohon tunggu...
Siti Nofiati
Siti Nofiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru biasa yang senang menulis hal hal yang luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Guru yang Baik Itu Seperti Apa sih?

26 November 2024   09:19 Diperbarui: 26 November 2024   09:54 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Jadi, begini, ya. Kita semua tahu bahwa guru yang "baik" itu, menurut kebanyakan orang, adalah guru yang peduli. 

Peduli itu artinya apa, sih? Hmm... mungkin artinya guru yang sesekali bertanya, "Guruddsdsdssdsdsssssssddsdsdsddddd?" ke muridnya, lalu melanjutkan dengan topik pelajaran yang udah biasa ya, matematika, fisika, atau sejarah yang bisa bikin murid mikir, "Ini nggak bakal pernah dipakai lagi di dunia nyata." Gitu aja? Cukup? Mungkin, tapi mari kita pikirkan lebih dalam.

Kalau seorang guru nanya "Are you okay?" tapi hanya itu doang, apakah kita bisa sebut dia peduli? Seharusnya, peduli itu nggak cuma soal tanya-tanya pas jam pelajaran. Peduli itu seharusnya bisa dilihat dari sikap, tutur kata, bahkan cara guru memperlakukan muridnya di luar pelajaran. Karena, serius deh, nggak ada yang lebih menyebalkan daripada diajari oleh guru yang ngajarin materi dengan sungguh-sungguh tapi nggak peduli soal kesehatan mental muridnya.

Contohnya gini deh. Misalnya ada murid yang kelihatan lesu, nggak mood, atau mungkin lagi stres berat karena hidupnya udah kayak rollercoaster. Guru yang peduli nggak akan cuma tanya, "Are you okay?" kayak lagi nanya ke penjaga warung kopi. Guru yang peduli itu akan, ya, mendekat, dan bukan hanya dengan pertanyaan kosong, tapi dengan perhatian yang lebih mendalam. 

Misalnya, dia bisa ngajarin cara manajemen stres, ngasih ruang buat ngobrol, atau bahkan cuma memberi waktu buat muridnya untuk nyelesaikan masalah pribadi sebelum dia nyuruh ngerjain soal soal rumit. Tapi, ya, kadang kan ada guru yang beranggapan, "Ya udahlah, itu kan bukan urusan gua. 

Gua disuruh ngajar, ya ngajar aja." Well, kalau kamu mikir kayak gitu, ya selamat, karena kamu baru aja mendefinisikan diri kamu sebagai guru formalitas. Iya, guru formalitas, guru yang mikirnya cuma tentang "ajaran materi", tanpa peduli apa yang terjadi di dunia luar kelas. Kayak ngasih resep masakan tapi nggak pernah kasih tahu cara masak yang bener.

Sikap dan tutur kata guru, itu juga penting, lho. Coba bayangin, deh, kalau seorang guru ngajarin tentang nilai-nilai moral, kayak sabar atau menghargai orang lain, tapi di luar itu dia malah sering ngomong kasar, nggak sabaran, atau merendahkan muridnya yang salah sedikit. 

Aduh, siapa yang mau jadi contoh kayak gitu? Bahkan si murid yang paling sabar sekalipun bakal tergoda untuk mikir, "Oh, berarti kalo lo guru, boleh aja berlaku kasar dan nggak peduli sama orang lain, ya?" Murid itu, ya, perlu lebih dari sekadar pengetahuan akademik. 

Mereka butuh pelajaran hidup yang bisa mereka bawa di luar kelas. Jadi, guru yang baik adalah guru yang bisa memberi contoh nyata. Kalau guru ngajarin soal empati, ya dia harus menunjukkan empati itu juga, bukan cuma ngomong doang. Kalau dia ngajarin pentingnya bersikap positif, dia sendiri harus bisa tetap tenang meski ada hal yang bikin dia kesal. 

Kalau guru ngajarin tentang pentingnya menghargai diri sendiri, ya dia juga harus bisa menunjukkan bahwa menghargai diri sendiri itu penting dengan cara dia memperlakukan diri dan orang lain dan yang lebih penting, ya...mungkin murid bakal lupa semua materi yang diajarin. Soal rumus fisika aksi reaksi yang udah kita pelajarin di kelas, mungkin mereka lupa. 

Atau teori sejarah yang dijelasin panjang lebar, mungkin akan terkubur dalam ingatan mereka. Tapi satu hal yang nggak bakal mereka lupain adalah bagaimana mereka diperlakukan oleh guru mereka. Itu yang bakal mereka bawa, yang bakal mereka kenang. Kalo guru pernah ngajarin mereka dengan penuh kasih sayang, penuh pengertian, dan bahkan dengan sedikit humor untuk meringankan suasana, itu yang akan dikenang. Bukan soal rumus Pythagoras doang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun