Mohon tunggu...
Siti Nofiati
Siti Nofiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru biasa yang senang menulis hal hal yang luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Coding di SD: Anak Hebat, Guru Pusing, dan Orang Tua Bingung!

19 November 2024   08:43 Diperbarui: 19 November 2024   09:16 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Anak SD belajar coding? Wah, ini baru sensasi! Sebentar lagi, anak-anak ini bukan cuma bakal ngerjain PR matematika, tapi juga siap mengajari guru mereka tentang cara kerja komputer. Memang, siapa sangka di usia yang masih muda, mereka sudah dihadapkan dengan istilah-istilah teknis seperti algorithm, debugging, dan looping, yang bahkan buat sebagian orang dewasa, masih terasa seperti bahasa alien. Ini benar-benar prestasi luar biasa yang harus kita apresiasi, meskipun sepertinya ada banyak pihak yang bakal ketar-ketir menghadapinya.

Menurut data dari Databoks, Indonesia memiliki sekitar 3,3 juta guru yang tersebar di seluruh negeri (Kusnandar, 2022). Namun, dengan fakta bahwa 60% dari mereka masih belum melek teknologi (Makdori, 2021), bisa dibayangkan betapa banyaknya guru yang harus 'berjuang' memahami bagaimana cara mengajar coding di tingkat SD. Nadiem Makarim, sang Menteri Pendidikan, dengan bijaknya mengingatkan bahwa banyak guru kita masih tergolong 'gaptek', masih belum bisa beradaptasi dengan pesatnya perkembangan teknologi. Bayangkan saja, jika 60% guru masih bingung membedakan mouse dengan keyboard, bagaimana mereka bisa mengajarkan anak-anak mereka membuat program komputer?

Sementara itu, di sisi lain, para orang tua juga mulai cemas melihat anak-anak mereka pulang sekolah sambil membawa tugas-tugas seperti membuat program sederhana dengan Scratch atau mendesain website dengan HTML. Orang tua yang semula sudah bingung dengan tugas Matematika kelas 6, kini harus menambah daftar kebingungannya dengan Python dan JavaScript, bahasa yang bahkan orang dewasa pun tak semuanya paham. "Anak saya sudah bisa bikin website? Lalu, saya harus ikut kursus coding juga supaya tidak ketinggalan?" begitu mungkin keluh kesah yang terucap di ruang keluarga.

Namun, yang lebih mencengangkan lagi adalah betapa mudahnya para pihak-pihak yang tidak terlibat langsung dalam pendidikan ini, seperti kementerian atau penyedia pelatihan teknologi, untuk merasa bangga dengan inisiatif ini. "Ayo, mari ajarkan anak-anak coding!" seruan yang terdengar meriah di seluruh pelosok negeri. Tapi sayangnya, seperti halnya membangun jembatan dengan bahan yang tidak sesuai, hasilnya pun jauh dari harapan. Paling-paling, anak SD ini cuma tahu bagaimana mengetikkan baris kode yang mereka dapatkan dari tutorial YouTube, tanpa benar-benar memahami apa yang mereka lakukan. Hal ini tidak hanya membuat para guru stres, tapi juga mengundang tanya: apakah yang kita kejar sebenarnya? Adakah tujuan sebenarnya dari pengajaran coding ini? Apakah kita ingin anak-anak kita bisa menjadi Steve Jobs atau Mark Zuckerberg di usia 10 tahun, atau sekadar memberikan mereka alat untuk sekadar ikut tren dunia teknologi? Tanpa bimbingan yang memadai, mereka hanya akan menjadi "pengguna" teknologi, bukan pencipta.

Jadi, apakah yang kita harapkan dengan mengajarkan coding di SD? Mungkin para guru, orang tua, dan tentu saja anak-anak yang terlibat, hanya bisa berdoa agar kita semua tidak terlalu terlambat menemukan jawaban dari pertanyaan ini. Tentu saja, di tengah kebingungan ini, kita bisa berbangga hati karena Indonesia akhirnya memutuskan untuk mengajarkan coding di SD. Semoga saja kelak anak-anak yang sedang "belajar coding" ini, tidak hanya menjadi pengguna perangkat canggih yang bisa mengklik install aplikasi tanpa berpikir dua kali, tetapi juga generasi yang mampu menciptakan teknologi yang membuat dunia lebih baik. Tentu saja, untuk itu, butuh lebih dari sekadar mengenalkan mereka dengan for loops dan if statements. Jadi, mari kita ucapkan selamat kepada anak-anak SD yang kini siap menjadi pemrogram masa depan, meskipun guru mereka lebih bingung dari mereka sendiri, dan orang tua cuma berharap anaknya gak salah tekan enter yang bikin laptop ngaco!

Referensi :

Kusnandar, V. (2022). Ada 3,3 Juta Guru di Indonesia, Guru SD Terbanyak. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/11/23/ada-33-juta-guru-diindonesia-gurusdterbanyak#:~:text=Berdasarkan%20data%20Direktorat%20Jenderal%20Pendidika n,juta%20guru%20di%20seluruh%20Indonesia  

Makdori, Y. (2021). Kemendikbud Sebut 60 Persen Guru Masih Terbatas Menguasai Teknologi Informasi. https://www.liputan6.com/news/read/4533328/kemendikbud-sebut-60-persenguru-masih-terbatas-menguasai-teknologi-informasi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun