Mohon tunggu...
Siti Nofiati
Siti Nofiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru biasa yang senang menulis hal hal yang luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

SDGs di Sekolah: SMA Islam Al Azhar 35 Cilacap Integrasikan Pembelajaran Aeroponik Untuk Ketahanan Pangan Masa Depan Masa Depan Pangan

15 November 2024   11:09 Diperbarui: 15 November 2024   11:58 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Dokumentasi Pribadi

Ketahanan pangan telah menjadi isu sentral dalam pembangunan berkelanjutan, terutama dalam konteks pertumbuhan populasi global dan perubahan iklim yang drastis. Di era modern ini, teknologi menjadi solusi yang tak terhindarkan untuk menjawab tantangan ketahanan pangan. Salah satu inovasi pertanian yang menarik perhatian adalah aeroponik, sebuah metode menanam tanaman tanpa tanah, di mana akar tanaman digantung dan diberi nutrisi dalam bentuk kabut. Teknologi ini tidak hanya efisien dalam penggunaan air dan ruang, tetapi juga ramah lingkungan. Dengan menempatkan pembelajaran aeroponik dalam pendidikan, sekolah-sekolah dapat berkontribusi langsung pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama dalam mencapai SDG 2 (mengakhiri kelaparan) dan SDG 12 (konsumsi dan produksi berkelanjutan).

Pembelajaran berbasis teknologi aeroponik di lingkungan sekolah menawarkan pemahaman praktis bagi siswa tentang konsep ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan. Di saat banyak negara berjuang dengan masalah produksi pangan yang tidak efisien dan meningkatnya permintaan, aeroponik memberikan peluang untuk menghasilkan tanaman secara intensif dengan sumber daya minimal. Dalam beberapa tahun terakhir, penerapan aeroponik semakin luas, terutama di kota-kota besar yang mengalami keterbatasan lahan pertanian. Melalui praktik ini, siswa tidak hanya belajar tentang teknologi pertanian tetapi juga memahami dampak luas dari pertanian berkelanjutan terhadap lingkungan dan masyarakat.

Sistem aeroponik bekerja dengan cara menyemprotkan larutan nutrisi langsung pada akar tanaman yang digantung di udara, memungkinkan penyerapan nutrisi lebih efisien dibandingkan metode konvensional. Aeroponik dianggap mampu menghemat penggunaan air hingga 90% dibandingkan dengan pertanian tradisional, menjadikannya salah satu solusi paling efektif untuk daerah yang mengalami kelangkaan air. Dalam konteks SDGs, efisiensi air ini berkontribusi pada SDG 6 yang berfokus pada penyediaan air bersih dan sanitasi yang layak bagi semua. Melalui praktik aeroponik, siswa dapat mempelajari pentingnya pengelolaan air yang berkelanjutan serta memahami hubungan antara sumber daya air dan ketahanan pangan.

Pembelajaran tentang sistem ini di sekolah memberikan kesempatan bagi siswa untuk memahami konsep produksi pangan yang lebih efektif dalam ruang terbatas, sekaligus memicu minat mereka pada teknologi pertanian. Pendidikan tentang teknologi ini juga sejalan dengan teori konstruktivisme yang dikemukakan oleh Piaget, yang menekankan bahwa pembelajaran harus melibatkan pengalaman nyata untuk menghasilkan pemahaman yang mendalam.

Penerapan aeroponik dalam pembelajaran di sekolah juga memiliki dampak jangka panjang dalam membentuk pemahaman siswa terhadap isu keberlanjutan. Ketika siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam proyek aeroponik, mereka tidak hanya memperoleh pengetahuan praktis, tetapi juga membentuk kesadaran kritis mengenai peran mereka dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Dengan mengenal teknologi aeroponik, siswa dapat belajar tentang keterkaitan antara teknologi, ekologi, dan keberlanjutan, serta memahami pentingnya inovasi dalam menjaga keberlangsungan hidup manusia.

Namun, pembelajaran aeroponik di sekolah tidak hanya sebatas pada teknik menanam. Integrasi teknologi ini dapat diperkaya dengan pendekatan lintas disiplin, seperti memasukkan unsur-unsur matematika, biologi, dan ekonomi dalam proses pembelajaran. Dalam konteks biologi, siswa dapat mempelajari fisiologi tanaman dan kebutuhan nutrisinya; dari segi matematika, mereka bisa mempelajari konsep pengukuran, perbandingan, dan analisis data hasil panen. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa terhadap aeroponik itu sendiri, tetapi juga mendorong mereka untuk berpikir kritis dalam menerapkan ilmu yang telah mereka pelajari ke dalam situasi nyata.

Mengintegrasikan teknologi aeroponik dalam pendidikan juga relevan dalam konteks perubahan iklim. Salah satu manfaat utama aeroponik adalah kemampuannya untuk meminimalkan dampak lingkungan yang dihasilkan oleh praktik pertanian tradisional, seperti penggunaan pestisida dan pencemaran tanah. Dalam konteks ini, pendidikan aeroponik tidak hanya mendukung SDG 2, tetapi juga SDG 13 yang berfokus pada aksi iklim. Dengan memahami bagaimana aeroponik berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon dan pencemaran lingkungan, siswa dapat memaknai pentingnya adopsi teknologi hijau dalam upaya melawan perubahan iklim. Pengetahuan ini tidak hanya relevan dalam kehidupan sehari-hari mereka tetapi juga sebagai bekal untuk menjadi warga dunia yang bertanggung jawab. Melalui pembelajaran aeroponik, siswa dapat diajak untuk mengeksplorasi keterkaitan antara teknologi dan isu sosial-ekonomi yang lebih luas. Ketika mereka melihat bagaimana teknologi ini dapat membantu masyarakat yang menghadapi kelangkaan pangan atau tantangan lingkungan, mereka belajar bahwa inovasi tidak hanya sekadar pencapaian teknis tetapi juga solusi bagi masalah-masalah sosial. Dengan mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan ketahanan pangan dan perubahan iklim, pendidikan aeroponik di sekolah memainkan peran penting dalam membentuk sikap dan keterampilan siswa untuk menghadapi isu-isu global secara kritis dan bertanggung jawab.

 Pembelajaran berbasis aeroponik tidak hanya memberikan bekal praktis, tetapi juga menumbuhkan kesadaran siswa akan pentingnya kontribusi mereka dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Melalui pengalaman nyata, siswa diharapkan dapat menjadi agen perubahan di masyarakat, membawa ide-ide inovatif dan kesadaran lingkungan yang kuat dalam setiap langkah mereka ke masa depan. Penerapan pembelajaran aeroponik di SMA Islam Al Azhar 35 Cilacap berpotensi mencetak generasi yang tidak hanya berwawasan luas, tetapi juga mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi pertanian yang ramah lingkungan. Di sinilah sekolah memainkan peran kunci dalam menghubungkan pengetahuan akademik dengan solusi nyata untuk tantangan yang dihadapi dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun