Mohon tunggu...
Cerpen

Mencintaimu? Membuat Hatiku Patah

4 Desember 2017   08:07 Diperbarui: 4 Desember 2017   09:24 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai kamu, kamu yang menjadi penyemangatku setiap hari. Kamu yang berhasil membuatku lupa akan masa laluku. Kamu yang menjadikan hari-hariku bahagia. Kamu yang selalu hadir di setiap malam-malamku disaat aku terlelap dalam tidurku. Di setiap mimpi indahku, kamu selalu ada disana. Tidak ada yang berhasil membuatku seperti ini selain kamu. 

Kamu itu luar biasa hebat. Hebat, karena bisa membuatku merasakan cinta kembali. Sebelum bertemu kamu, semuanya terasa biasa saja. Bahkan, aku pernah berpikir bahwa semua lawan jenisku itu mempunyai sifat yang sama, yaitu sama-sama akan menyakitiku di suatu saat nanti. Tetapi entah mengapa, pikiran negatif itu selalu menjadi positif ketika bersama kamu. Semua kita jalani bersama seperti tidak adanya masalah sama sekali, kita berbahagia bersama, setiap hari.

Aku memang mempunyai masa lalu yang sulit untuk dilupakan. Masa lalu itu adalah cinta pertamaku dan cinta terlamaku. Aku merasakan sebuah cinta pertama kali dari dirinya. Sebelumnya, aku tidak pernah merasakan hal tersebut dari diri mantanku sebelum dia. Itu membuatku masih mengingat dirinya sampai sekarang dan membandingkan kamu dengan dia. Maaf, aku belum bisa mengontrol diri akan hal itu. Tetapi, masa laluku itu hanyalah menjadi sebuah pembelajaran untukku, tidak untuk diulang kedua kali. Karena itu, aku memilih kamu untuk memulai cinta yang baru.

Perjalanan kita dari hari ke hari membuatku merasakan arti cinta untuk kedua kalinya. Cinta yang semakin lama semakin memuncak dan sulit untuk melepaskan cinta itu. Memang benar saja, cinta membutakan segalanya. Cinta membuat kepercayaan terhadap kamu semakin besar. Percaya akan semua janji yang diucapkan olehmu, janji-janji manis. Mungkin menurut kamu, janji itu hanyalah gombalan semata yang bisa membuat seseorang menjadi lebih terikat padamu. Janji tidak perlu ditepati, katamu. Janji bisa berubah ketika seseorang berubah.

Semakin hari berganti, semakin pula seseorang berubah. Pikiran terhadap suatu hal semakin berubah ketika semakin beranjak dewasa. Begitu pula kamu, kamu yang dahulu membuatku merasakan cinta, saat ini membuatku merasakan kecewa yang amat sangat. Firasatku tentang kamu sudah terbukti. Aku yang salah, karena aku selalu menyangkal firasatku tentang kamu. Lagi dan lagi. Cinta yang kedua pun membuatku merasakan sakit yang luar biasa. Apa yang salah denganku? Apa seseorang yang baik dan mempunyai perasaan tulus selalu disakiti? Atau ini adalah cara Allah agar aku harus berhati-hati kembali dalam mencintai seseorang?

Terimakasih sudah menjadikan aku sebagai seseorang yang berarti dihidupmu meskipun hanya sebentar. Aku tidak membencimu, tidak sama sekali. Aku hanya merasa iba dengan diriku sendiri yang sudah susah payah membuat dirimu bahagia dengan apa yang aku bisa, tetapi diri ini malah diabaikan begitu saja. Ya, hati ini memang patah, hancur layaknya gelas yang pecah. Jika aku tidak berhati-hati dalam menyusunnya kembali utuh, aku akan merasakan sakit tertusuk goresan gelas yang pecah tersebut.

Kehadirannya dikehidupanmu seakan merusak perjalanan yang sudah kita lalui selama ini. Terlalu cepat. Terlalu singkat. Dunia selalu berputar. Kita pernah merasakan dicintai, kita pun harus siap untuk merasakan disakiti. Patah hati ini lama-lama akan hilang dengan sendirinya. Biarkan aku sendiri. Biarkan aku merenungi semua kesalahanku yang membuatmu pergi dariku. Biarkan aku mencintai diriku sendiri. Biarkan aku tidak mengenalmu kembali saat ini. Jika semua patah hati ini sudah hilang, aku akan mengenalmu sebagai teman. Hanya sebagai teman, tidak lebih. Karena, ketika sudah menerima menjadi teman kembali, suatu saat ada kemungkinan untuk menjadi kekasih kembali tetapi dengan tidak melakukan kesalahan yang sama. Peluang kemungkinan tersebut hanyalah kecil.

04.12.2017

Salam penulis, Novi Arum Lestari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun