Mohon tunggu...
novi ariesanthi
novi ariesanthi Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswi yang memiliki rasa semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi, saya selalu tertarik untuk mempelajari hal-hal baru. Dengan sifat ceria dan antusias, saya senang terlibat dalam berbagai kegiatan yang menantang dan memberikan pengalaman baru. Selain itu, saya juga aktif berpartisipasi dalam organisasi ataupun komunitas yang mendukung pengembangan diri, baik di bidang akademik maupun non-akademik. Setiap peluang adalah kesempatan untuk bertumbuh, berbagi, dan menciptakan dampak positif di sekitar saya.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mental Anak Gen Z yang sulit Dikontrol dan Rentan FOMO: Penyebab, Solusi, Edukasi

24 November 2024   23:01 Diperbarui: 24 November 2024   23:14 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
( Sumber : Dokumen Pribadi )

Pengantar: Fenomena Gen Z dan Tantangan Kesehatan Mental

Generasi Z (lahir antara 1996--2012) sering disebut sebagai Generasi Internet karena tumbuh di era digital yang serba terhubung. Namun, kemajuan ini membawa tantangan besar, terutama dalam aspek kesehatan mental. Fenomena seperti Fear of Missing Out (FOMO) dan kesulitan mengelola emosi menjadi ciri khas dari dinamika generasi ini. Studi menunjukkan bahwa 59,1% Gen Z merasa memiliki masalah mental, lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya seperti Milenial (39,8%) atau Gen X (24,1%)

Penyebab: Mengapa Gen Z Rentan?

  1. Pengaruh Media Sosial
    Media sosial memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan Gen Z. Sementara platform ini menyediakan informasi tanpa batas, banyak konten di dalamnya memunculkan standar hidup yang tidak realistis. Hal ini memicu rasa rendah diri dan stres saat seseorang merasa tidak "cukup" dibandingkan dengan orang lain.

  2. Pandemi COVID-19
    Pandemi memperburuk masalah mental pada Gen Z, menghambat perkembangan sosial dan emosional mereka. Keterbatasan interaksi fisik serta tekanan ekonomi dan akademis meningkatkan risiko depresi dan kecemasan.

  3. Tekanan Sosial dan Eksistensial
    Gen Z cenderung menghadapi tekanan besar untuk sukses secara akademis dan profesional di usia muda. Ditambah lagi, mereka sering kali merasa bingung akan identitas diri karena paparan beragam perspektif di dunia maya.

  4. Kecenderungan Melakukan Self-Diagnosis
    Generasi ini mudah mengakses informasi kesehatan mental, tetapi kadang menyalahgunakan informasi tersebut untuk self-diagnosis, yang justru memperburuk kondisi mental.

FOMO: Ketakutan Tertinggal yang Berlebihan

FOMO adalah rasa takut ketinggalan momen penting atau pengalaman sosial yang dialami orang lain. Di era digital, FOMO diperparah oleh highlight reel media sosial yang hanya menampilkan sisi terbaik dari kehidupan seseorang. Akibatnya, Gen Z sering merasa terisolasi dan berkompetisi untuk terlihat "lebih bahagia".

Dampak FOMO dan Masalah Mental

  • Depresi dan Kecemasan: Tekanan untuk selalu terlihat "bahagia" dan sukses membuat Gen Z rentan terhadap perasaan tidak puas.
  • Ketergantungan pada Teknologi: Media sosial yang dimanfaatkan berlebihan justru menjadi jebakan yang meningkatkan rasa cemas dan isolasi.

Solusi dan Edukasi

Untuk membantu Gen Z menghadapi tantangan ini, perlu pendekatan yang holistik, baik dari individu, keluarga, maupun masyarakat. Berikut beberapa langkah strategis:

  1. Edukasi tentang Literasi Digital
    Mengajarkan penggunaan teknologi secara bijak adalah langkah awal untuk mengurangi dampak negatif media sosial. Kampanye literasi digital yang melibatkan komunitas dan sekolah bisa menjadi solusi.

  2. Menumbuhkan Konsep Diri yang Positif
    Mendorong rasa percaya diri dan konsep self-love membantu Gen Z menghadapi tekanan sosial tanpa mudah terpengaruh oleh standar hidup di media sosial.

  3. Meningkatkan Interaksi Fisik dan Sosial
    Meskipun digitalisasi adalah bagian dari hidup mereka, penting bagi Gen Z untuk tetap menjalin interaksi langsung yang sehat dengan keluarga dan teman.

  4. Menyediakan Akses Kesehatan Mental
    Meningkatkan layanan kesehatan mental, termasuk konseling di sekolah dan universitas, adalah langkah kritis untuk menangani masalah sejak dini. Pemerintah dan lembaga terkait harus berinvestasi dalam menyediakan aksesibilitas layanan ini.

  5. Mendorong Aktivitas Fisik
    Olahraga rutin membantu meningkatkan hormon kebahagiaan seperti endorfin, yang bisa meredakan kecemasan dan stres.

  6. Mengelola Pola Hidup Sehat
    Pola tidur yang cukup, konsumsi makanan sehat, dan pengelolaan waktu yang baik juga berkontribusi pada kesehatan mental.

Kesimpulan

Mental Gen Z yang rentan dan sifat FOMO adalah fenomena yang harus ditangani bersama. Masyarakat, institusi pendidikan, serta platform digital memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan ekosistem yang mendukung kesehatan mental generasi muda. Dengan kombinasi antara edukasi, dukungan emosional, dan pemanfaatan teknologi secara bijak, Gen Z dapat tumbuh menjadi generasi yang tangguh, stabil secara mental, dan siap menghadapi tantangan zaman.

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun