Sore itu, aku duduk di bawah pohon rindang dekat gerbang kampus. Ditemani oleh temanku semasa SD yang ternyata juga satu kampus denganku, Didit namanya.
Ketika itu Didit tidak sendirian, ada beberapa teman sekelasnya yang nimbrung dan ikut mengobrol dengan kami.
Kulihat jalan raya di seberang sana mulai tersendat, aku pun beranjak dari tempat dudukku, berniat untuk pulang saja. Tapi, tak lama aku justru kembali lagi dan melanjutkan obrolan tadi sambil berdiri di antara mereka.
Kami masih terus mengobrol dan tertawa, entah apa saja yang kami bahas saat itu. Sampai saatnya aku benar-benar harus pamit lebih dulu.
"Eh, udah ya! Udah sore banget ternyata."
Namun, sebuah motor yang sama sekali tidak keren, berhenti tepat di hadapan kami. Bagiku, saat itu adalah pertama kalinya aku melihat ada cowok seculun ini di kampus.
Sudah pipinya bulat, tak jelas pula potongan rambutnya model apa, jaketnya pun kebesaran, tapi dari tatapan matanya, aku bisa menebak dia anak baik-baik. Lalu tiba-tiba saja, Didit membuyarkan lamunanku.
"May, pulang bareng dia nih! Dia mau ke arah rumah lo."
"Oh, beneran mau ke arah sana? Gue nebeng ngga apa-apa?"
"Iya, santai aja! Ini temen sekelas gue." jawab Didit sambil menepuk-nepuk pundak cowok itu.
"Ayo Mbak, kalau mau bareng!"