Tapi ternyata, jawaban-jawaban yang diberikan oleh Meta lebih banyak yang tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Dan pasti ujung-ujungnya saya bakal bilang, "Udah lah! Sok tahu banget sih, sok paling ngertiin gue!"
Kalau begitu, kira-kira yang salah itu saya atau Meta? Jelas saya yang salah, sudah tahu Meta ngga punya perasaan, tapi masih berharap dia bisa kasih solusi brilian untuk urusan "hati".
Nah, pada akhirnya keresahan atas keberadaan AI inilah yang mengantarkan seorang cerpenis bernama Aveus Har, menuliskan sebuah cerpen yang berjudul Istri Sempurna.
Dimana kecerdasan buatan telah memasuki ranah pribadi dan ranah keluarga, sehingga keberadaannya dapat diibaratkan sebagai sosok istri sempurna. Meski pada akhirnya, istri yang sudah sempurna itu tetap harus diceraikan dan ditinggalkan.
Cerpen ini pun terpilih sebagai peraih cerpen terbaik Kompas 2023 pada perhelatan malam anugerah cerpen Kompas yang kami saksikan di Bentara Budaya Jakarta, Jumat, 20 Desember 2024 lalu.
Kembali ke AI, SimSimi, Meta, atau apapun itu namanya. Sebagai manusia yang dibekali akal sehat, jangan sampai pola pikir kita mudah terkontaminasi dan dikendalikan oleh AI.
Menempatkan keberadaan AI sesuai dengan kebutuhan, adalah sikap yang paling tepat. Tak perlu terlalu mengandalkan, tak perlu mendewakannya, apalagi sampai mencintainya. Karena percuma, dia ngga bakal bisa balas cintamu!(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H