Dalam salah satu artikel kompas.com yang berjudul "Mengapa Anak Perempuan yang Fatherless Sering Bertemu Pria yang Salah?" dijelaskan bahwa sebagian anak perempuan yang fatherless, kerap kali menjalin hubungan dengan pasangan yang salah dan terjebak dalam toxic relationship.
Ketika baru membaca judulnya saja, saya yang merupakan bagian dari sekian banyak perempuan yang fatherless, turut membenarkan hal tersebut.
Setelah membaca lebih lanjut artikel tersebut, saya baru menyadari akan alasan sebenarnya tentang apa yang mungkin selama ini tidak pernah terpikirkan dalam benak saya.
Mengapa kami yang fatherless ini begitu sering dihadapkan dengan pria yang mungkin tidak seharusnya bersama kami, atau bahkan membuat kami terjebak dalam hubungan toxic. Dan yang lebih parah, ketika sudah terjebak dalam hubungan ini kami tidak segera menyadarinya, karena kami lah yang seringnya terlalu bucin.
Ustadz Bendri yang merupakan Founder Fatherman sekaligus praktisi parenting Islamic, telah menjawab pertanyaan ini. Beliau mengungkapkan bahwa perempuan fatherless tidak memiliki acuan figur laki-laki yang baik dari sang ayah, sehingga mereka rentan untuk bertemu dengan pria yang salah.
Lebih jauh, beliau juga menilai bahwa kondisi ini dapat menjadi jebakan hidup bagi anak perempuan yang fatherless. Dan untuk sekali lagi, saya sangat membenarkan penjelasan tersebut.
Meski mungkin tidak semua anak perempuan yang fatherless mengalami hal tersebut, namun saya sendiri jelas telah mengalaminya.
Kebanyakan orang di sekitar menuding kami terlalu memilih pasangan, memasang standar terlalu tinggi dalam menentukan pasangan. Padahal kenyataannya, perkara memilih pasangan dan memutuskan untuk menjalani sebuah hubungan, adalah hal yang sangat tidak mudah bagi kami.
Ada begitu banyak hal yang harus dipikirkan dan dipertimbangkan untuk memulai sebuah hubungan. Dan yang harus saya akui, bahwa tidaklah mudah untuk bisa keluar dari perangkap trauma atas kegagalan hubungan di masa lalu.
Beberapa hubungan toxic yang pernah kami alami pada masa lalu, masih kerap membayangi dan membuat kami takut setiap kali kami dihadapkan dengan sosok pria yang baru. Meskipun pada dasarnya kami sangat menyadari dan percaya bahwa di dunia ini pasti masih ada pria-pria yang baik.
Namun sayangnya, pada sebagian perempuan yang fatherless, prinsip kehati-hatian atau was-was yang terlalu tinggi justru membuat kami nyaris tidak mampu membedakan mana calon pasangan yang baik dan tidak baik untuk kami.
Fatherless tidak selalu berupa ketidakhadiran sosok ayah secara fisik, melainkan juga kondisi dimana fisik ayahnya ada setiap hari di depan mata tapi jiwanya terasa jauh dan tak dapat dipahami oleh sang anak. Sehingga kedekatan emosional antara ayah dan anak perempuannya tidak dapat terbentuk.
Ketidakhadiran figur ayah dalam hidup kami, membuat kami tidak memiliki tolak ukur yang pas akan seberapa pantasnya seorang pria dapat dikatakan baik atau tidak untuk menjadi pasangan kami.
Maka bagi sebagian perempuan yang fatherless, melangkah ke jenjang pernikahan tidaklah semudah apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang pada umumnya.
Namun pesan untuk para pria di luar sana, tidak perlu takut dan ragu untuk mendekati dan memulai hubungan dengan perempuan yang fatherless. Mereka mungkin akan terkesan cuek di depan kamu, tapi sebenarnya mereka sedang meninjau diam-diam dan memantapkan diri untuk membuka hati.
Tak dipungkiri, perempuan yang fatherless memang haus akan kasih sayang dan perhatian dari sosok seorang ayah. Maka saat kamu berhasil menarik perhatiannya, hargailah keberadaannya, hormatilah pendapatnya, dan jangan coba-coba menciptakan luka baru di hidupnya. Sebab, perempuan yang fatherless sesungguhnya memiliki hati yang rapuh meskipun ia selalu terlihat sebagai sosok perempuan yang kuat dan tegar.
Dan ketika kamu menikahi perempuan yang fatherless, kamu tidak hanya menikahi dirinya. Melainkan kamu telah menikahi seluruh hidupnya, dengan segala perjuangan yang telah ia lalui untuk bertahan tanpa kehadiran dan kehangatan dari sosok ayah dalam hidupnya.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H