Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Tak Biasa

17 Oktober 2024   17:49 Diperbarui: 17 Oktober 2024   17:53 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pexels.com

Dekat sebuah gedung perkantoran yang berada di sudut kota itu, seorang lelaki lusuh berdiri dengan tatapan kosong. Entah benar atau tidak, tapi ia sering menyebut bahwa dirinya bernama Mamat.

Oleh orang-orang di sekitarnya, ia selalu disebut orang gila. Rambutnya kusut, bajunya robek, dan ia berbicara sendiri hampir sepanjang waktu.

Setiap hari, di depan gedung itu Mamat menunggu seorang gadis. Gadis cantik yang bekerja di lantai atas sebagai staf perusahaan, Atika namanya. Setiap hari Atika selalu menyisihkan waktu beberapa menit untuk berbicara dengan Mamat.

Pagi itu saat Atika berjalan menuju keluar gedung, Mamat melambai sambil tersenyum. "Atika!" teriaknya.

"Hai Mat! Gimana kabar kamu hari ini?"

Mamat melirik langit sebentar lalu mengangkat bahunya. "Langitnya biru, awan-awan itu lagi ngumpet. Mereka takut patah hati."

Atika tertawa kecil mendengar jawaban aneh Mamat. Ia tahu bahwa meskipun Mamat terlihat gila bagi orang lain, tapi ada sisi lain dalam dirinya yang puitis meski sulit dimengerti.

Baca juga: Tak Pernah Mati

"Kamu selalu punya cara yang aneh untuk melihat dunia," ucap Atika yang duduk di bangku taman seberang gedung.

"Aku bisa melihat dunia lewat kaca yang retak. Tapi kamu.. kamu bikin kacanya jadi jernih." jawab Mamat yang sudah duduk di sebelah Atika.

Atika tahu bahwa lelaki itu, dengan segala kekacauan mentalnya, juga memiliki perasaan yang lembut seperti orang normal. Orang-orang di sekitar mereka menganggap Atika aneh, karena berani berbicara dengan orang seperti Mamat.

"Hari ini kamu sudah makan, Mat?" tanya Atika sambil membuka tasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun