Linda memeluk Tita dengan hangat. "Makasih, Ta. Mama senang sekali bisa datang. Tiga hari yang lalu, mama ketemu teman lama, dan dia cerita tentang pernikahannya. Mama jadi ingat masa-masa saat dulu masih ada Papa."
Dengan ekspresi penuh empati, Tita menanggapi cerita yang diutarakan mertuanya itu. Tak lama, Chintia juga bergabung, membuat suasana menjadi semakin hangat dan ceria.
"Tia, gimana sekolahmu?" tanya Linda dengan lembut.
"Aman dong, Oma. Selama ada Mama Tita, semua aman terkendali. Hehehe." jawab Chintia ditutup dengan tawanya yang membuat Linda dan Tita ikut tertawa.
"Oma percaya, Tia. Mama Tita memang mama yang hebat dan keren! Makasih Ta, sudah menjaga Chintia dan Reno dengan baik."
Tita tersenyum malu, dan merasa terharu dengan pujian itu. "Aku cuma melakukan tugasku semaksimal mungkin, Ma."
Hari-hari telah berlalu, suatu pagi ketika Reno dan Chintia bangun, aroma sarapan yang menggugah selera memenuhi seisi rumah. Reno, yang sudah terbiasa dengan keahlian kuliner Tita, tersenyum cerah. "Pagi, sayang. Kamu selalu tau caranya membuat hari kami jadi bersemangat."
Suasana hati Chintia pun lebih ceria setelah sarapan, "Sarapan yang luar biasa, Mam! Makasih ya."
"Mama senang kamu suka sarapannya. Mama mau kasih tau kalian kalau sebentar lagi.. Chintia akan punya adik."
"Maksudnya Ta, kamu hamil?"
"Benar kata Papa, Mam? Mama lagi hamil ya?"